BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

NILAI-NILAI ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

Pertentangan Adat dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli (Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Erna Dwi Setyowati

BUDAYA PADA NOVEL MEMANG JODOH DAN SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI SERTA TRADISI PERNIKAHAN MINANGKABAU: PERSPEKTIF KAJIAN SASTRA BANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

2015 MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLAWANAN BUDAYA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI SKRIPSI. Oleh Sofi Nur Fadilah NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Kritik atas..., Silvy Riana Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

ISSN CITRA PEREMPUAN DALAM SASTRA MODERN (Sebuah Pandangan Feministik pada Dua Pengarang Laki-laki)

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diciptakan melalui kata-kata.sastra lahir dari representasi pikiran

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan terhadap budaya yang ada. Perlawanan budaya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyebab perlawanan tersebut karena tertindasnya seseorang dikarenakan budaya tersebut. Perlawanan budaya sering kali mengakibatkan terjadinya perubahan pada budaya yang ada, namun tidak jarang mengakibatkan perpecahan antar individu atau kelompok. Menurut Azwar (2014: 28), dalam kajian budaya juga dikenal istilah articulation yang dilihat sebagai proses bagaimana menerima realitas ditentukan oleh banyak sumber. Tidak semua ideologi yang ada mempunyai posisi yang setara. Dalam masyarakat kapitalis, dominasi dilakukan oleh ideologi tertentu dari elit berkuasa. Ideologi dominan melakukan hegemoni dilawan dengan kelompokkelompok yang tidak berkuasa. Hegemoni menjadi proses perjuangan atau pertarungan antara ideologi-ideologi yang bertentangan secara konstan mengalami perubahan. Ada arena kompetitif dimana individu atau kelompok mengekpresikan kepentingan-kepentingan yang berlawanan dan bertarung bagi kekuasaan atau kekuatan budaya. Perlawanan budaya yang memang belum banyak dilakukan oleh peneliti lain menjadi permasalahan baru dalam dunia penelitian sehingga menarik untuk dibahas lebih lanjut. Perlawanan terhadap budaya memang jarang terjadi, mengingat kebudayaan merupakan pandangan hidup yang terus dijaga dalam 1

2 setiap individu maupun kelompok. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan lebih dalam, mengenai permasalahan tersebut. Beberapa contoh kasus perlawanan budaya dapat dilihat pada beberapa karya sastra Indonesia. Sastra merupakan bentuk komunikasi pengarang kepada pembaca. Melalui karya sastra, pengarang menuangkan ide dan gambaran pengalamannya untuk dinikmati oleh penikmat karya. Berbagai bentuk tema mewarnai karya sastra, salah satunya yaitu sastra yang bertemakan budaya. Keberadaan tema, khususnya tema budaya dalam sebuah karya sastra dipengaruhi oleh latar belakang pengarang. Latar belakang tempat tinggal pengarang tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi karya sastra yang dihasilkannya. Menurut Anwar (1997: 43), keberadaan tema tersebut dapat dilihat pada abad ke-20, dunia kesusastraaan Indonesia didominasi oleh pengarang dari Minangkabau. Kebanyakan dari mereka mengangkat tema tentang adat istiadat. Salah satu karya sastra yang menjadi sorotan publik adalah kemunculan seorang pengarang bernama Marah Rusli. Keberhasilan Marah Rusli dalam mengarang sebuah novel juga banyak menginspirasi penulis Minang lainnya untuk ikut serta mengetengahkan permasalahan adat. Salah satu novel yang mengangkat tentang permasalahan adat yaitu novel Memang Jodoh karangan Marah Rusli. Novel Memang Jodoh merupakan sebuah novel terbitan Qanita. Pada dasarnya novel ini sudah sudah selesai dikarang sejak tahun 1996, namun karena novel ini merupakan kisah nyata pengarang yang dituangkan dalam sebuah karya sastra, sehingga novel ini baru diterbitkan pada tahun 2013, agar tidak ada pihak yang tersinggung. Novel Memang Jodoh menarik untuk dikaji karena dalam novel tersebut syarat akan makna, sehingga walaupun termasuk dalam novel lama,

3 novel tersebut dapat terus dijadikan objek penelitian untuk memperdalam pemahaman terhadap permasalahan yang ada di dalamnya. Selain hal tersebut, dalam novel Memang Jodoh ini, Marah Rusli justru memberikan warna yang berbeda dengan menuangkan pengalaman pribadinya dalam sebuah novel. Pengalaman tersebut merupakan kisah nyata dirinya yang dituang dalam sebuah cerita. Salah satu pengalaman pribadinya adalah melawan adat. Dalam novelnya tersebut, Marah Rusli menceritakan bahwa adat yang dianut oleh para priyayipriyayi Minangkabau tidak selaras dengan kebudayaan pada umumnya. Minangkabau lebih dikenal sebagai bentuk kebudayaan dari pada sebagai bentuk negara atau kerajaan yang pernah ada dalam sejarah. Hal itu mungkin karena dalam catatan sejarah yang dapat dijumpai hanyalah hal pergantian nama kerajaan yang menguasai wilayah tersebut tidak ada satu catatan yang dapat memberi petunjuk tentang sistem pemerintahan yang demokratis dengan masyarakatnya yang berstelsel matrilineal (Navis, 1984: 1). Kebudayaan Minangkabau memang sangat beragam. Keberagaman tersebut dijadikan simbol oleh masyarakat Minangkabau. Mulai dari hal yang bersifat kompleks sampain yang sederhana. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kebudayaannya, masyarakat Minangkabau tentunya memiiliki cara untuk melestarikan kebudayaanya tersebut. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, artinya sistem kekerabatan tersebut berada pada garis keturunan ibu. Sistem matrilineal tersebut mengharuskan seorang suami tinggal di rumah istri setelah menikah, bahkan dengan kebudayaan semacam ini, suami tidak mempunyai hak atas anaknya, karena anak merupakan tanggung jawab seorang mamak (paman). Oleh karena itu, harta dan pusaka juga diturunkan

4 dari mamak kepada kemenakan (keponakan), sehingga setelah dewasa seorang kemenakan juga harus membayar hutang budi kepada seorang paman dengan cara menikahi anak perempuan dari pamanya atau menikahi sepupunya sendiri. Jika hal tersebut dilanggar maka kemenakan harus mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan paman kepadanya. Kebudayaan Minangkabau memang mempunyai kerumitan tersendiri. Salah satu budaya yang menonjol dari masyarakat Minangkabau yaitu mengenai sistem perkawinannya. Perkawinan pada masyarakat Minangkabau tidak hanya menyangkut kedua calon mempelai saja, tetapi juga menyangkut orang tua dan seluruh keluarga dari kedua belah pihak. Ketentuan adat Minang memang menganjurkan agar wanita mau dan senang dipoligami. Adat perkawinan Minang juga tidak memperbolehkan laki-laki asli Minang menikah dengan wanita di luar Minang, hal ini dianggap akan merusak keturunannya. Walaupun mengangkat tema tentang budaya daerahnya, justru dalam novelnya ini Marah Rusli melakukan sebuah perlawanan yang disebabkan adanya kecatatan dalam budaya yang dianutnya. Diceritakan dalam novel ini, Marah Hamli yang merupakan pria Minang melawan adatnya sendiri dengan menikahi wanita yang berada di luar suku Minang, justru Marah Hamli menikahi seorang wanita Sunda. Oleh karena itu, diperbolehkannya Marah Hamli tetap menikah dengan wanita pilihannya tersebut dengan syarat dia harus menikah lagi dengan wanita Minang, namun demikian Marah Hamli tidak bersedia melakukan poligami, bukan hanya karena istrinya tidak mau dimadu, tapi juga dirinya tidak mau membagi kasih sayangnya kepada orang lain. Bagi Hamli cinta sejati seumur hidupnya hanyalah satu, yaitu Din Wati. Selain hal tersebut, karena seorang

5 Marah Hamli tidak mau menuruti permintaan pamannya untuk menikahi anak perempuan pamannya, maka Marah Hamli diminta untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan pamannya untuk dirinya. Perlawanan tidak selalu harus berbentuk kekerasan, hal ini juga yang dilakukan Marah Rusli terhadap novelnya tersebut. Dalam novel tersebut, terdapat sebuah perlawanan budaya yang diwakili sendiri oleh Marah Rusli selaku pengarang dan tokoh dalam novel tersebut. Marah Rusli menggugat adat lapuk priyayi-priyayi Minangkabau yang menganggap perkawinan antara laki-laki bangsawan Padang dan perempuan daerah lain sebagai suatu hinaan. Marah Rusli merupakan seorang pemuda asli Minang yang seharusnya ikut menjaga dan menjunjung adat kebudayaanya, justru malah menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap budayanya tersebut. Perlawanan budaya tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya Marah Rusli menganggap bahwa adat yang dijunjung tinggi oleh para priyayi-priyayi Minang sudah tidak selaras dengan perkembangan pada masa itu. Sehingga perlu adanya pembenaran atas ketidakselarasan tersebut. Menurut Hadikusuma (2003: 70), perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-istri untuk maksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan pihak suami. Terjadinya perkawinan, berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai. Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar masyarakat cermat akan budaya yang saat ini dilakukan, sehingga tidak selalu menganggap bahwa budaya

6 yang dijalankannya itu benar. Penelitian ini juga merujuk pada penelitiah terdahulu yang dilakukan oleh (Azwar, 2014) dengan judul Perlawanan Sastra dalam Koran Indonesia. Dalam penelitian tersebut juga melakukan perlawanan terhadap budaya, namun bedanya Azwan lebih menitikberatkan pada perlawanan terhadap orang-orang yang tertindas, sedangkan dalam penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini membahas mengenai perlawanan budaya yang disebabkan karena ketidakselarasan antara budaya yang dianut masyarakat dengan perkembangan yang telah ada. Selain penelitian yang dilakukan Azwar (2014), penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Ika Wulandari dengan judul Perlawanan Budaya Sastrawan yang Terbuang. Dalam penelitian tersebut juga mengkaji perlawanan yang terdapat dalam novel Memang Jodoh, namun yang mebedakan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ika Wulandari hanya menitikberatkan pada masalah perkawinan dan poligami pada masyarakat Minangkabau, sedangkan pada penelitian yang diberi nama Perlawanan Budaya Tokoh Utama dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini lebih luas dengan mengkaji sistem kekerabatan, harta pusaka, dan perkawinan pada masyarakat Minangkabau. Pendekatan antropologi sastra merupakan pendekatan yang tepat untuk mengkaji permasalahan ini. Pendekatan antropologi sastra digunakan karena penelitian ini menyangkut tentang kebudayaan dalam kajian karya sastra, kebudayaan tersebut berupa adat istiadat masyarakat Minangkabau yang terdapat dalam novel Memang Jodoh. Menurut Ratna (2004: 351), antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia (anthropos).

7 Antropologi sastra dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat-istiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra. Mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, menarik sekali meneliti bagaimana pesan perlawanan budaya yang dikemukakan oleh Marah Rusli sebagai pengarang sekaligus tokoh. Kisah tentang perlawanan terhadap adat-adat yang mengatur pernikahan ini mengakibatkan dirinya terbuang seumur hidup dari tanah kelahirannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini diberi judul : Kajian Perlawanan Budaya dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli. Berdasarkan judul tersebut kajian ini akan memfokuskan pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. 1.2 Fokus Masalah Fokus penelitian merupakan pembahasan yang harus ada di dalam setiap penelitian, dengan adanya fokus penelitian, maka penelitian yang dibuat akan lebih terarah. Masalah yang dibahas oleh penelitian ini dibatasi pada bentuk, fungsi, dan makna perlawanan budaya dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. Penelitian ini menjadi penting dilakukan agar mengingatkan kembali terhadap adat istiadat Indonesia yang mungkin menyimpang dari nilai-nilai budaya. Selain hal tersebut, alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu bentuk perlawanan budaya yang memang belum banyak dilakukan oleh peneliti lain, sehingga penelitian mengenai perlawanan budaya menjadi permasalahan baru dalam dunia penelitian.

8 1.3 Rumusan Masalah a. Bagaimana bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli? b. Bagaimana fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli? c. Bagaimana makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli? 1.4 Tujuan a. Mendeskripsikan bentuk perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. b. Mendeskripsikan fungsi perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. c. Mendeskripsikan makna perlawanan budaya tokoh utama pada Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. 1.5 Manfaat a. Manfaat Teoretis 1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan kajian mengenai teori perlawanan budaya dalam sastra. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembanganpengembangan ilmu sastra khususnya novel. b. Manfaat Praktis 1. Penelitian ini juga dapat menambah khasanah pengetahuan bagi pembaca tentang kesustraan yang berlatar pada kebudayaan masyarakat Minagkabau.

9 2. Dapat diambil bagi mahasiswa atau penenliti yang ingin meneliti lagi mengenai perlawanan budaya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah merupankan hal yang harus dijelaskan, karena dalam suatu penelitian, kata kunci merupakan suatu pemahan untuk mempermudah peneliti mempertangungjawabkan suatu penelitian. 1. Antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Karakteristik penelitian antropologi sastra adalah pemahaman sastra dari sisi keanekaragaman budaya, (Ratna, 2011: 31). 2. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan terhadap budaya yang ada. Perlawanan budaya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyebab perlawanan tersebut karena tertindasnya seseorang dikarenakan budaya tersebut. Karena terjadi sebuah penindasan, maka akan terjadi pemberontakan yang mengakibatkan terjadinya perlawanan. 3. Budaya adalah cipta, rasa dan karsa manusia yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah dalam suatu kelompok masyarakat, (Koentjaraningrat, 1986: 181). 4. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita, atau tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, (Aminudin, 2011: 79).

10 5. Bentuk perlawanan budaya adalah wujud disparitas (perpedaan) budaya yang mengakibatkan keterasingan budaya bagi sebagian masyarakat dan tidak mendukung cita-cita integrasi kebudayaan, (Kuntowijoyo, 1987: 32). 6. Fungsi perlawanan budaya adalah kegunaan suatu usaha untuk mencegah ketidakselarasan terhadap suatu budaya agar terjalin keselarasan bagi hidup bermasyarakat. 7. Makna perlawanan budaya adalah arti sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perlawanan budaya dengan maksud dan tujuan tertentu.