BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah Indonesia membuat kebijakan baru yakni mereformasi berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, serta evaluasi. Diharapkan dengan berlakunya undang-undang tersebut, pemerintah daerah dapat meningkatkan kemandirian dalam mengurus dan mengatur manajemen keuangan daerah. Sumenge (2013) mengungkapkan bahwa organisasi sektor publik dituntut untuk memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Tuntutan akuntabilitas organisasi publik menyebabkan akuntansi sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut Mardiasmo (2002), terdapat sembilan kriteria pemerintahan yang baik dalam mengelola urusan-urusan publik, yaitu : a. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. b. Kerangka hukum yang adil 1
2 c. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik yang secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan d. Lembaga- lembaga publik harus cepat dan tanggap e. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas f. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. g. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara efektif dan efisien. h. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. i. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah mewajibkan untuk membuat laporan keuangan dalam setiap pertanggungjawaban pelaksanaan APBD/APBN kepada DPR/DPRD. Laporan keuangan daerah memiliki peranan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Selain itu laporan keuangan daerah juga digunakan untuk membandingkan antara realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Halim (2004) mengungkapkan bahwa pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak Penyampaian laporan pertanggungjawaban pemerintah dengan prinsip-prinsip ketepatan waktu dan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima umum merupakan upaya untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan
3 negara yang transparan. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi kepada pihak pemerintah untuk dapat menganalisis keuangan pemerintah agar apa yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan sesuai. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus memperhatikan total pendapatan yang diperoleh selama tahun anggaran tersebut dan membandingkannya dengan biaya kebutuhan sehingga dapat terlihat apakah anggaran dapat mencukupi kebutuhan belanja atau tidak. Pemerintah daerah juga akan berupaya menutupi kekurangan apabila rencana pendapatan daerah lebih kecil dari kebutuhan belanja. Terdapat empat laporan keuangan yang wajib dipublikasikan, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang pertama dihasilkan yang nantinya digunakan dalam penyusunan neraca dan laporan arus kas. Laporan realisasi anggaran akan menyajikan informasi perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan. Menurut Mardiasmo (2002), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk program dan aktivitas. Dalam laporan realisasi anggaran terdapat beberapa elemen utama, antara lain : pendapatan, transfer, belanja, penerimaan pembiayaan, surplus atau defisit, pembiayaan neto dan sisa lebih / kurang pembiayaan anggaran. Anggaran merupakan alat bantu untuk pengambilan keputusan seperti menentukan besarnya pengeluaran di masa yang akan datang, pendapatan dan pembiayaan pada aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran juga berguna untuk menilai kinerja baik secara internal maupun eksternal dalam
4 pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk menyusun strategi dalam mengurangi pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan. Setiap instansi pemerintah akan menerima anggaran belanja yang nantinya akan menunjang kebutuhan belanja daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses penyusunan anggaran yang tidak berorientasi pada kinerja bisa saja dapat menggagalkan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Kinerja keuangan merupakan bagian terpenting dalam penyusunan anggaran. Menurut Tambuwun dkk (2014), kinerja keuangan akan menujukkan kondisi keuangan serta kemampuan pemerintah dalam menggunakan dana guna menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Maka, kinerja pemerintah perlu diukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pemerintah dalam menyelesaikan tugasnya. Laporan realisasi anggaran menjadi salah satu laporan pertanggungjawaban yang digunakan dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang jujur, efektif, efisien, dan akuntabel. Analisis rasio keuangan pada anggaran pemerintah perlu dilaksanakan namun perhitungan akuntansinya akan berbeda dengan perusahaan swasta. Jandi (2015) mengungkapkan bahwa penggunaan rasio pada sektor publik khususnya APBD masih belum banyak dilakukan sehingga secara teori masih belum ada kesepakatan mengenai kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang transparan. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Dalam menganalisis Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara menghitung kemampuan keuangan daerah dan kinerja keuangan daerah. Ada beberapa cara untuk menghitung kinerja keuangan
5 daerah melalui rasio-rasio yang ada, di antaranya : Rasio Pendapatan, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Varians Anggaran Belanja, Rasio Efektifitas Pajak Daerah, Rasio Efisiensi Belanja, serta Rasio Keserasian Belanja. Diharapkan dengan menganalisis Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pemerintah dapat mengukur kinerja keuangan daerah yang nantinya digunakan sebagai upaya mengembangkan suatu daerah. Fidelius (2013) mengungkapkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan daerah kota Manado pada tahun anggaran 2011-2012 berdasarkan analisis rasio keuangan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari Pendapatan dan PAD mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Sementara itu, Tambuwun,dkk (2014) juga melakukan penelitian di kota Manado, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kontribusi PAD kota Manado berdasarkan rasio derajat desentralisasi masih rendah dalam melaksanakan otonominya. Dien dkk (2015) mengungkapkan bahwa kriteria efektivitas PAD di Kota Bitung pada tahun anggaran 2009-2013 sangat efektif, namun kriteria efisiensi anggaran kurang efisien karena dalam penggunaan anggaran belanja masih terlalu tinggi. Penelitian dengan kriteria serupa juga dilakukan oleh Sumenge (2013) pada BAPPEDA Minahasa Selatan tahun anggaran 2008-2012. Berdasarkan penelitian tersebut, tingkat efektifitas pada kabupaten Minahasa Selatan sangat bervariasi. Sedangkan berdasar kriteria efisiensi secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. Kota Semarang merupakan salah satu dari tiga Kabupaten/Kota yang meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan tahun anggaran 2012. Namun, Laporan Keuangan Pemerintah Kota Semarang Tahun Anggaran 2014 mendapatkan sorotan oleh DPRD Kota
6 Semarang, dikarenakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Perolehan WDP menjadi catatan penting atas pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah Kota Semarang terlaksana oleh suatu sistem yang terintegrasi dan diwujudkan dalam APBD. Tantangan yang dihadapi Pemerintah Kota Semarang di bidang pengelolaan keuangan daerah di antaranya tuntutan masyarakat agar pemerintah mandiri dalam membiayai daerahnya. Selain itu belum adanya transparansi pada pembagian hasil pajak serta kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Struktur APBD Kota Semarang terdiri dari (1) Penerimaan Daerah yang berupa pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah ; (2) Pengeluaran daerah berupa Belanja Daerah dan (3) Pengeluaran pembiayaan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan keuangan daerah dalam mendanai pembangunan daerah, sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah dapat menjelaskan tentang visi, misi, dan kebijakan keuangan daerah. Dengan adanya penurunan kualitas opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Semarang di tahun 2012 ke tahun 2014, penulis ingin mengetahui dan menganalisisnya, maka penulis melakukan replikasi terhadap penelitian yang dilakukan oleh Daling (2013). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan tahun anggaran, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2012-2014
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan dilihat dari rasio keuangan pada Realisasi Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada tahun anggaran 2012 2014 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan pokok permasalahan lebih terfokus, penelitian ini akan dibatasi pada lingkup pengukuran kinerja keuangan untuk tahun anggaran 2012-2014 dikarenakan terdapat penurunan opini pada tahun 2012 ke tahun 2014. Pengukuran kinerja tersebut dilakukan menggunakan rasio-rasio keuangan APBD 1.4 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Semarang Tahun Anggaran 2012-2014 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi Pemerintah Menjadi masukan dalam mengelola daerah di masa depan dan memberikan informasi sejauh mana tingkat kinerja Pemerintah Kota Semarang sehingga pemerintah terpacu untuk meningkatkan kinerja pada periode selanjutnya
8 2. Bagi Akademis Menjadi acuan dan menambah literatur bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan akuntansi sektor publik. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi secara transparan tentang laporan pertanggungjawaban APBD yang diperoleh Pemerintah Kota Semarang 4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan mengenai kinerja pemerintah Kota Semarang dalam mengelola keuangan daerah 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dalam skripsi ini dapat dibagi menjadi lima bab meliputi : BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian BAB II Tinjauan Pustaka Berisi landasan teori mengenai pengertian akuntansi keuangan daerah, anggaran sektor publik, macam-macam rasio keuangan, review penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran BAB III Metode Penelitian Berisi tentang jenis dan sumber data, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data
9 BAB IV Pembahasan Berisi tentang gambaran umum Kota Semarang, analisis data dan pembahasan yang ditinjau dari analisis rasio-rasio keuangan yang digunakan BAB V Penutup Berisi tentang simpulan dari analisis data dan saran-saran yang mungkin berguna bagi Pemerintah Daerah dan dinas terkait