BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI A. LKS. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar cetak yang berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Prastowo, 2011). Menurut Nasution buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) demontrasi. (Trianto, 2011:222).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), buku siwa, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN QUANTUM POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS SMP KELAS VIII

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. Segitiga dan Segiempat untuk siswa SMP sekaligus mengetahui. kevalidan, keefektifan, dan kepraktisannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Key Words: Developmental Research, Characteristics of deaf students, 4-D model.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

EFEKTIVITAS MODUL BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK I

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested dengan Setting

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ke arah mutu internasional dengan pembelajaran bilingual

BAB III METODE PENELITIAN

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. tanggal 06 Januari 2014 s/d 07 Januari Model pengembangan perangkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

Ika Santia 1, Jatmiko 2 Pendidikan matematika, Universitas Nusantara PGRI Kediri 1 2.

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

Abstrak PENDAHULUAN ISSN : X

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

Eka Nurjanah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: e-book interaktif, menyimak, unsur-unsur intrinsik cerpen, kearifan lokal

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lembar berarti helai, kerja berarti melakukan kegiatan, dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi siswa untuk melakukan kegiatan. Berikut ini adalah pengertian lembar kerja siswa yang diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Trianto (2011) LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Sedangkan menurut Prastowo (2012), LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Di dalam LKS siswa akan mendapatkan ringkasan materi dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari LKS secara mandiri. Dari berbagai pengertian lembar kerja siswa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan materi dan petunjuk-petunjuk 8

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang dikemas berdasarkan kebutuhan pembelajaran dan dapat digunakan siswa secara mandiri. 2. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Prastowo (2012) Lembar kerja siswa sebagai salah satu bahan ajar memiliki sedikitnya 4 fungsi, yaitu sebagai berikut: a. sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa. b. sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. c. sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih d. memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. 3. Macam-macam bentuk LKS Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan pengemasan dalam LKS, sehingga bentuk LKS menjadi bermacammacam. Berikut adalah 5 macam bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh siswa, diantaranya: a. LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, perlu merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian meminta siswa untuk mengamati hasil kegiatannya. 9

b. LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan LKS jenis ini memberikan tugas kepada mereka untuk berdiskusi, kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabanya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini sesuai untuk keperluan remidiasi. d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pembelajaran. e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum Petunjuk praktikum dapat digabungkan ke dalam LKS. Oleh karena itu, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS. Dari bentuk bentuk LKS di atas, LKS yang akan peneliti kembangkan yaitu LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep, 10

kemudian dipadukan dengan LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. B. Pendekatan Kontekstual 1. Istilah dan Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kontekstual diartikan berhubungan dengan konteks. Konteks sendiri diartikan situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian, sehingga kontekstual dapat diartikan berhubungan dengan situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Menurut Johnson (2010), sistem kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Menurut Sanjaya (Syaefudin, 2008), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003), pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara 11

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan dapat diartikan sebagai sudut pandang terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2010). Dari ketiga pendapat ahli tersebut, ketiganya memiliki sudut pandang yang sama yaitu keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran dan pengaitan antara materi akademik dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep yang dipelajari dengan menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Karakteristik pendekatan kontekstual Pendekatan kontekstual memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan yang lainnya. Ditjen Dikdasmen (Komalasari, 2010) menyebutkan tujuh komponen utama pendekatan kontekstual, yaitu: a. Konstruktivisme Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah 12

yang siap untuk diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. b. Menemukan Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. c. Bertanya Pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melakukan kegiatan menemukan. d. Masyarakat belajar Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu dan mereka yang belum tahu. e. Pemodelan Dalam pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. 13

f. Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. g. Penilaian yang sebenarnya Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil, dan dengan berbagai cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis dan penilaian berdasarkan perbuatan. C. Karakter kerja keras Indonesia saat ini sedang mengusung pendidikan karakter sebagai salah satu tujuan pendidikan. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan pendidikan haruslah mengacu pada penanaman karakter. Pemerintah menetapkan 20 nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan dalam pendidikan karakter kepada siswa SMP. Salah satu dari 20 nilai-nilai karakter yang ditetapkan pemerintah yaitu karakter kerja keras. Kerja keras juga merupakan 1 dari 5 karakter yang perlu diterapkan dalam pembelajaran matematika (Kemendiknas, 2010). Oleh karena itu, dengan semangat pendidikan karakter peneliti ingin memberikan muatan karakter kerja keras pada LKS yang peneliti kembangkan. Berikut adalah pengertian karakter, kerja keras, dan indikator karakter kerja keras: 14

1. Karakter Menurut kamus besar bahasa indonesia karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, dan watak. Sehingga dapat dikemukakan bahwa karakter merupakan hal paling mendasar yang membedakan suatu individu dengan individu yang lain. 2. Kerja keras Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti kerja sampai tuntas lalu berhenti, namun mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikannya dan lingkungannya (Kesuma, dkk., 2011). Saat ini begitu banyak pemuda yang merupakan penduduk produktif lebih memilih bekerja ringan walaupun tidak halal dari pada bekerja keras yang halal. Mereka lebih suka meminta-minta di perempatan jalan atau lampu merah dari pada melakukan pekerjaan yang mengandalkan kerja keras mereka. Dilain pihak, terkadang kita masih dapat melihat seorang kakek-kakek yang sudah tua masih giat berjuang untuk bertahan hidup. Seperti kakek-kakek penjual jipang (sebuah makanan tradisional) yang masih giat menjajakan barang dagangannya setiap hari mengelilingi kampus kita tercinta ini. Perilaku seperti kakek penjual jipang itu lah yang patut kita tiru. Walaupun umurnya yang sudah 15

senja, namun semangat kerja kerasnya masih senantiasa terjaga sampai titik darah penghabisan. Orang dengan karakter kerja keras cenderung berusaha memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Karakter ini muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta berorientasi ke depan yang jelas. Orang ini biasanya selalu berpikir positif dan tidak mudah dipatahkan oleh rintangan yang menghalanginya, karakter ini sangat diperlukan di tengah dunia yang semakin dinamis, kompetensi dan persaingan yang semakin tajam (Elfindri, dkk., 2012). 3. Indikator karakter kerja keras Berikut ini adalah kemampuan siswa yang diharapkan dalam pembelajaran yang berorientasi pada karakter kerja keras diantaranya sebagai berikut (Kemendiknas, 2010): a. mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan. b. tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi masalah. c. tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah. D. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Sudjana (Trianto, 2011), untuk melaksanakan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Ada 3 model pengembangan perangkat 16

pembelajaran yang biasa digunakan, yaitu: model Dick-Carey, Model 4-D, dan model Kemp. Secara umum ketiga model pengembangan perangkat pembelajaran di atas terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model 4-D sebagai model pengembangan perangkat pembelajaran untuk mengembangkan LKS yang peneliti kembangkan. Model pengembangan 4-D adalah model pengembangan perangkat pembelajaran yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (Trianto, 2011). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Model ini dapat digambarkan seperti gambar berikut ini: 17

Analisis Awal Akhir Analisis Siswa Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan Pembelajaran PENDEFINISIAN Penyusunan Tes Pemilihan Media Pemilihan Format PERANCANGAN Rancangan Awal Validasi Ahli Uji Pengembangan PENGEMBANGAN Uji Validasi Pengemasan Penyebaran dan Pengadobsian PENYEBARAN Diagram 1: Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thiagarajan (Trianto, 2011) 18

Secara garis besar, keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: a. Analisis awal akhir (front-end analysis) Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. b. Analisis siswa (learner analysis) Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran c. Analisis tugas (task analysis) Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilanketerampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan ketrampilan tambahan yang mungkin diperlukan. d. Analisis konsep (concept analysis) Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal akhir. 19

e. Perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional) Perumusan tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dalam tingkah laku. 2. Tahap Perancangan (Design) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menciptakan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah, yaitu: a. Pemilihan media b. Pemilihan format c. Desain awal 3. Tahap pengembangan (Develop) Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba terbatas. 4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tujuan ini adalah untuk menguji efektifitas penggunaan perangkat pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 20

E. Garis dan Sudut Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 kelas VII SMP, materi garis dan sudut meliputi: 1. Standar Kompetensi: Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, serta menentukan ukurannya. 2. Kompetensi Dasar: a. Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. b. Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. c. Melukis sudut. d. Membagi sudut. 21