BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

PREVALENSI INFEKSI PROTOZOA USUS PADA PASIEN AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: KHOR CHIANG WEI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

DETEKSI PROTOZOA USUS OPORTUNISTIK PADA PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri amuba atau amubiasis tersebar hampir di seluruh bagian di dunia,

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Sri Wahyuni Dwintasari, Hendro Mandela Fakultas Kedokteran Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

PREVALENSI INFEKSI AMEBIASIS PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN PEKALONGAN, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deteksi Protozoa Usus Oportunistik pada Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE DI BANGSAL MELATI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

DETEKSI PROTOZOA USUS PATOGEN PADA PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

Organization (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam thypoid diseluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dibidang kesehatan (Depkes, 2007). masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara berkembang. Penyakit tersebut sering dihubungkan dengan beberapa keadaan misalnya tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi yang rendah. Selain itu, kejadian diare diduga terkait juga dengan keadaan sanitasi yang buruk, keterbatasan sumber air yang ada serta fasilitas kesehatan yang kurang memadai (Kemenkes RI, 2012). Beberapa parasit usus penyebab diare antara lain Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, serta Cryptosporidium sebagai penyebab infeksi oportunistik (Stanley, 2003). Insiden amoebiasis tertinggi ditemukan pada kelompok usia 10-25 tahun dan jarang terjadi pada usia di bawah 5 tahun. Strain patogen banyak didapatkan di negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara maju yang beriklim sub tropis (Tanyuksel et al., 2001). Prevalensi amoebisis di beberapa wilayah Indonesia sekitar 10-18% (Sutanto et al., 2008). Infeksi G. lamblia banyak ditemukan di negara berkembang dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk dan sarana air bersih yang tidak mencukupi. Infeksi G. lamblia lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa (Nkrumah & Nguah, 2011). Prevalensi infeksi G.lamblia di negara industri adalah 2 5%, sedangkan di negara berkembang menginfeksi anak anak pada usia di bawah 10 tahun dengan persentase 15 20% (Noor et 1

2 al., 2007). Anak dengan kondisi malnutrisi rentan terserang G. lamblia (Al- Mekhlati et al., 2005). Prevalensi balantidiasis di Asia Tenggara berkisar 0,4%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara personal hygiene, dan sanitasi lingkungan dengan terjadinya infeksi B. coli (Boonjaraspinya et al., 2013). Daerah endemis balantidiasis berhubungan dengan keberadaan babi sebagai hospes definitif (Zaman & Mary, 2008). Selain E. histolytica, G. lamblia dan B. coli, terdapat protozoa usus oportunistik yang juga patogen pada manusia. Protozoa usus tersebut adalah Cryptosporidium. Protozoa usus oportunistik biasanya tidak menimbulkan penyakit tetapi pada keadaan imunitas buruk akan menjadi patogenik seperti pada individu imunokompeten maupun imunokompromais. Gejala diare akut yang bersifat cair secara makroskopis dapat ditemukan pada individu imunokompeten yang terinfeksi oleh parasit tersebut (Sutanto et al., 2008). Penelitian di daerah Taiz wilayah Yemen pada tahun 2007 menyebutkan adanya stadium ookista Cryptosporidium dalam 393 feses anak dari total 712 feses anak diare (38,4%), sedangkan pada anak yang tidak diare berjumlah 319 anak (30,1%) (Shamiri, 2010). Penelitian di Gujarat pada tahun 2008 menemukan adanya infeksi protozoa usus oportunistik sebesar 25% dari 100 sampel feses penderita imunokompeten dan imunokompromais (Gupta, 2008). Berdasarkan data profil kesehatan Bantul 2012 diketahui bahwa diare merupakan salah satu dari 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. Jumlah kasus diare dan infeksi

3 gastroenteritis pada tahun 2011 sebanyak 1.171 kasus. Penyakit diare dan infeksi gastroenteritis juga tercantum dalam distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas wilayah Kabupaten Bantul. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 dari 14,9% menjadi 21,9%. Insiden tertinggi ada di Kecamatan Banguntapan dengan 196 kasus dari jumlah total kasus diare 688 kasus (Dinkes Bantul, 2012). Keberadaan infeksi protozoa oportunistik Cryptosporidium belum diketahui dikarenakan metode pemeriksaan feses yang digunakan di laboratorium RSUD Panembahan Senopati Bantul dan Puskesmas wilayah Bantul adalah metode langsung sehingga Cryptosporidium tidak dapat terdeteksi. Pemeriksaan tentang keberadaan infeksi protozoa opurtunistik dibutuhkan karena belum pernah dilakukan di wilayah Bantul. Menurut Depkes RI (2002) faktor resiko yang paling dominan dalam menimbulkan penularan penyakit diare terkait agent seperti protozoa usus ataupun agent lain adalah: sarana air bersih yang dipakai sebagai sumber air; pembuangan kotoran berupa jamban yang dipergunakan oleh masyarakat; pembuangan air limbah; pengelolaan sampah. Berdasarkan data profil kesehatan Bantul 2012, diketahui bahwa 73% rumah yang mempunyai sumur gali telah memanfaatkan air bersih. Pengelolaan limbah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 68,40% dari 81,1% yang diperiksa, pengelolaan sampah sebanyak 70,6% dari 86,3% yang diperiksa. Sarana pembuangan kotoran atau jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 81,9% dari 88,8% rumah yang diperiksa (Dinkes Bantul, 2012). Pemeriksaan tersebut belum dilakukan pada seluruh rumah yang ada di

4 wilayah Bantul, sehingga belum diketahui keadaan sanitasi lingkungan rumah yang tidak diperiksa. Selain itu, rumah-rumah yang keberadaannya dekat dengan sungai masih memanfaatkan sungai sebagai sarana pembuangan kotoran. Berdasarkan latar belakang peningkatan kasus diare di wilayah Bantul dan belum adanya penelitian tentang infeksi protozoa usus serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi protozoa usus di RSUD Panembahan Senopati Bantul, maka akan dilakukan penelitian tentang infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Berapakah persentase kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 2. Bagaimanakah distribusi jumlah kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015 berdasarkan karakteristik subjek penelitian (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, ada tidaknya kontak dengan penderita, status gizi)? 3. Bagaimanakah karakteristik feses dan gejala klinis yang menyertai infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015?

5 4. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 5. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi sarana jamban dengan infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? 6. Apakah terdapat hubungan antara sanitasi pengelolaan sampah dengan infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persentase kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 2. Mengetahui distribusi jumlah kasus protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta berdasarkan karakteristik subjek penelitian (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, ada tidaknya kontak dengan penderita, status gizi) periode September 2014-Februari 2015. 3. Mengetahui karakteristik feses dan gejala klinis yang menyertai infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015.

6 4. Mengetahui hubungan antara sanitasi sarana air bersih dengan infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 5. Mengetahui hubungan antara sanitasi sarana jamban dengan infeksi protozoa usus pada pasien diare di bagian rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. 6. Mengetahui hubungan antara sanitasi pengelolaan sampah dengan infeksi Senopati Bantul,Yogyakarta periode September 2014-Februari 2015. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. Beberapa penelitian yang mempunyai persamaan dengan penelitian peneliti antara lain: 1. Herlina (2011) melakukan penelitian yang berjudul Deteksi Protozoa Usus Patogen pada Penderita Diare Anak di Puskesmas Rawat Inap Kota Pekanbaru. Perbedaannya, jenis penelitian tersebut adalah deskriptif, subjek penelitian adalah anak yang mengalami diare, penderita diare dewasa tidak diteliti, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi protozoa usus juga tidak diteliti. 2. Basthian (2011) melakukan penelitian yang berjudul Prevalensi Amebiasis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat Periode Tahun 2007 2010. Perbedaannya, jenis penelitian tersebut adalah deskriptif, pengambilan

7 data secara retrospektif terhadap data rekam medis pasien rawat inap penderita amebiasis, infeksi protozoa oportunistik Cryptosporidium serta faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi protozoa usus tidak diteliti. 3. Resnhaleksmana (2010) melakukan penelitian dengan judul Prevalensi dan Faktor Risiko Infeksi Protozoa Usus pada Penderita HIV AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Perbedaannya adalah subjek penelitian yang digunakan, faktor-faktor yang diteliti, dan cara pengumpulan data. 4. Hunter dan Nichols (2002) melakukan penelitian dengan judul Epidemiology and Clinical Features of Cryptosporidium Infection in Immunocompromaised patient. Perbedaannya adalah jenis penelitian bersifat deskriptif, protozoa usus yang diteliti adalah protozoa oportunistik Cryptosporidium, sedangkan infeksi protozoa usus lainnya tidak diteliti. 5. Mahdy, et.al. (2008) melakukan penelitian Risk Factors for Endemic Giardiasis: Highlighting The Possible Association of Contaminated Water and Food. Perbedaannya adalah protozoa usus selain Giardia lamblia tidak diteliti,cara pengumpulan data, dan faktor resiko yang diteliti. 6. Khalili, et al. (2009) melakukan penelitian Frequency of Cryptosporidium and Risk Factors Related to Cryptosporidiosis in Under 5-years old Hospitalized Children Due to Diarrhea Iranian Journal of Clinical Infectious Diseases. Perbedaannya adalah protozoa usus selain Cryptosporidium tidak diteliti, subjek penelitian, dan faktor resiko yang diteliti. E. Manfaat Penelitian

8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Memberikan informasi tentang penyebab diare khususnya yang disebabkan oleh infeksi protozoa usus. 2. Kalangan medis dan masyarakat Memberikan informasi tentang infeksi protozoa usus serta faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya infeksi protozoa usus. 3. Peneliti lain Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut tentang protozoa usus.