MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

dokumen-dokumen yang mirip
Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMASRANOMUUT KOTA MANADO

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kasad*, Supriyanti** Langsa

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STROKE DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

PERILAKU DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA Behavior with Chikungunya Atat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. 1

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

Transkripsi:

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA FACTORS RELATED TO THE INCIDENT AT THE ELDERLY HYPERTENSION Eni Yulia Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang Abstrak Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia. Berdasarkan Profil Puskesmas Nanga Mahap kejadian hipertensi pada Lansia tahun 2012 mencapai 390 kasus, terjadi peningkatan menjadi 400 kasus di tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, meliputi pengetahuan, sikap, aktifitas fisik, merokok, konsumsi alkohol dan pola makan. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan analitik dan desain cross sectional. Total populasi 210 lansia. 137 lansia sebagai sampel diambil dengan teknik random sampling. Analisis data menggunakan software statistik dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa 32,8% responden pernah menderita hipertensi, 56,2% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 57,7% responden memiliki sikap negatif, responden aktifitas fisik kurang baik 62,8%, responden merokok kurang baik 36,5%, responden memiliki konsumsi alkohol kurang baik 40,1% dan responden memiliki pola makan kurang baik 49,6%. Hasil uji statistik diketahui ada hubungan pengetahuan dengan kejadian hipertensi (p=0,008), ada hubungan sikap dengan kejadian hipertensi (p=0,041), ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,06), ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,000), ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,000) dan ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi (p=0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara variabel bebas dengan kejadian hipertensi. Saran bagi puskesmas Perlu adanya program-program promosi kesehatan khususnya tentang hipertensi, bagi lansia agar lebih waspada dengan menjaga kesehatan dan bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mendalami faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada Lansia. Kata kunci : hipertensi, faktor-faktor, lansia Abstract Hypertension is still a health problem in the elderly group. As a result of rapid development today can improve life expectancy, so that the number of elderly is increasing each year, increasing age is often followed by an increase in degenerative diseases and other health problems in this group. Hypertension as a degenerative disease often found in the elderly group. Based Health Center Profile Nanga Mahap incidence of hypertension in elderly in 2012 reached 390 cases, an increase to 400 cases in 2013. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of hypertension, including knowledge, attitudes, physical activity, smoking, alcohol consumption and diet. The study was observational and analytic cross sectional design. The total population of 210 elderly. 137 samples Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 59

were taken with the elderly as a random sampling technique. Data were analyzed using statistical software with significance level of 0.05. The results showed that 32.8% of respondents had suffered from hypertension, 56.2% of respondents have a poor knowledge, 57.7% of respondents have a negative attitude, poor physical activity respondents 62.8%, of respondents 36.5% smoked less well, respondents have unfavorable alcohol consumption and 40.1% of respondents have a poor diet 49.6%. The results of the statistical test is known to have a relationship with the incidence of hypertension knowledge (p = 0.008), relationship attitude with the incidence of hypertension (p = 0.041), relationship physical activity with incidence of hypertension (p = 0.06), no association of smoking with the incidence of hypertension (p = 0.000), relationship alcohol consumption with the incidence of hypertension (p = 0.000) and relationship diet with the incidence of hypertension (p = 0.001). The conclusion from this study is that there is a significant relationship between the independent variables with the incidence of hypertension. Advice for health center needs a health promotion program on hypertension in particular, for the elderly to be more vigilant with maintaining health and for further research needs to be done further research to explore the factors associated with incident hypertension in the elderly. Keywords: hypertension, factors, elderly Pendahuluan Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi, meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miokard bahkan walaupun tekanan sistoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension) (Kuswardhani, 2007). Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah, 2005). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Sementara untuk negara Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita Hipertensi. Lanjut usia merupakan faktor risiko tertinggi terserang Hipertensi. Hasil penelitian modern, penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang, meski faktor keturunan cukup berperan besar. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi provinsi Kalimantan Barat mencapai 28,3% lebih tinggi dari prevalensi Indonesia yaitu 26,5%. Sedangkan di Kabupaten Sekadau kejadian Hipertensi mencapai 1.518 kasus kejadian Hipertensi (Laporan Data Hipertensi Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau tahun 2013). Berdasarkan Profil Puskesmas Nanga Mahap kejadian hipertensi pada Lansia tahun 2012 mencapai 390 kasus, terjadi peningkatan menjadi 400 kasus di tahun 2013. Kecamatan Nanga Mahap terdiri dari 11 Desa yang merupakan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mahap Kabupaten Sekadau yang terjadi masalah Hipertensi pada lansia yaitu, Desa Nanga Mahap sebanyak 60 kasus dari 210 Lansia, Desa Batu Pahat sebanyak 45 kasus dari 220 Lansia, Desa Lembah Beringin sebanyak 31 kasus dari 250 Lansia, Desa Teluk Kebau sebanyak 25 kasus dari 240 Lansia, Desa Landau Apin sebanyak 25 kasus dari 273 Lansia, Desa Tembaga sebanyak 40 kasus dari 411 Lansia, Desa Cenayan sebanyak 26 kasus dari 190 Lansia, Desa Landau Kumpai sebanyak 40 kasus dari 135 Lansia, Desa Nanga Suri sebanyak 35 kasus dari 140 Lansia, Desa Sebabas sebanyak 43 kasus dari 250 Lansia, dan Desa Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 60

Karang Betung sebanyak 30 kasus dari 227 Lansia (Profil Puskesmas Nanga Mahap Tahun 2012/2013). Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup. Umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 45 tahun ke atas namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Beberapa hal yang dapat memicu penyakit hipertensi adalah ketegangan, kekhawatiran, status sosial, kebisingan, gangguan dan kegelisahan. Pengendalian pengaruh dan emosi negatif tersebut tergantung juga pada kepribadian masing-masing individu. Hipertensi dapat dipengaruhi oleh pola hidup (merokok, pola makan, minum alkohol, aktifitas fisik). Kejadian hipertensi telah dibuktikan berkaitan erat dengan perilaku seseorang (Crea, 2008). Insiden Hipertensi didapati meningkat pada mereka yang merokok lebih dari 15 batang per hari. Pola makan yang salah sehingga mengakibatkan seseorang mengidap obesitas juga turut berperan dalam munculnya hipertensi. Studi Trials of Hypertension Prevention, Phase II, menunjukkan bahwa penurunan berat badan berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan penurunan risiko terjadinya hipertensi. Sesso et al mengemukakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol dapat menaikkan tekanan darah dan meningkatkan risiko Hipertensi. Selanjutnya, aktivitas fisik juga terbukti dapat menjaga tekanan darah berada di rentang normal. Sebuah studi meta analisis menyatakan bahwa aktivitas isotonik dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik (Crea, 2008). Metode Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey analitik dengan metode pendekatan cross-sectional. Metode survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang bertempat tinggal di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 Kabupaten Sintang tahun 2014 yaitu 210 lansia. Sampel dari penelitian ini adalah Lansia di Desa Nanga Mahap yaitu 137 lansia dengan menggunakan metode Random Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spymomanometer, kuesioner dan observasi sebagai alat pengukuran dan pengumpulan data. Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan, Sikap, Aktifitas Fisik, Merokok, Konsumsi Alkohol dan Pola Makan di Desa Nanga Mahap Kabuapten Sekadau Tahun 2014 Pengetahuan n % Baik 60 43.8 Kurang Baik 77 56.2 Sikap n % Positif 58 42.3 Negatif 79 57.7 Aktifitas Fisik n % Baik 51 37.2 Kurang Baik 86 62.8 Merokok n % Tidak Pernah 87 63.5 Merokok/Pernah Merokok 50 36.5 Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 61

Konsumsi Alkohol n % Baik 82 59.9 Kurang Baik 55 40.1 Pola Makan n % Baik 69 50.4 Kurang Baik 68 49.6 Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa distribusi frekuensi menurut kejadian Hipertensi responden lebih banyak adalah tidak hipertensi berjumlah 92 responden (67.2%) dan Hipertensi berjumlah 45 responden (32.8%), menurut jenis kelamin responden lebih banyak adalah laki-laki berjumlah 76 responden (55.5%) dan perempuan berjumlah 61 responden (44.5%), menurut pekerjaan responden lebih banyak adalah petani berjumlah 98 responden (71.5%), selanjutnya swasta berjumlah 37 responden (27.0%), dan PNS/TNI/POLRI berjumlah 2 responden (1.5%), menurut tingkat pendidikan responden lebih banyak adalah tamat SMP berjumlah 45 responden (32.8%), tamat SMA berjumlah 34 responden (24.8%), tamat SD berjumlah 29 responden (21.2%), tidak tamat SD berjumlah 20 responden (14.6%) dan tamat PT berjumlah 9 responden (6.6%), menurut tekanan darah responden lebih banyak <135/90 berjumlah 92 responden (67.2%) dan 135/90 berjumlah 45 responden (14.6%), menurut sumber informasi responden lebih banyak mendapatkan informasi dari Media Massa (TV, Radio, Majalah/Koran, Leaflet) berjumlah 42 responden (30.7%), selanjutnya Petugas Kesehatan berjumlah 39 responden (28.5%), dan teman berjumlah 32 responden (23.4%), menurut pengetahuan responden lebih banyak adalah kurang baik berjumlah 77 responden (56.2%) dan baik berjumlah 60 responden (43.8%), menurut sikap responden lebih banyak adalah negatif berjumlah 79 responden (57.7%) dan positif berjumlah 58 responden (42.3%), menurut aktifitas fisik responden lebih banyak adalah kurang baik berjumlah 86 responden (62.8%) dan baik berjumlah 51 responden (37.2%), menurut merokok responden lebih banyak adalah tidak pernah merokok berjumlah 87 responden (63,5%) dan Merokok/Pernah Merokok berjumlah 50 responden (36.5%), menurut konsumsi alkohol responden lebih banyak adalah baik berjumlah 82 responden (59.9%) dan kurang baik 55 responden (40.1%), menurut pola makan responden lebih banyak adalah baik berjumlah 69 responden (50.4%) dan kurang baik 68 responden (49.6%). Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Aktifitas Fisik, Merokok, Konsumsi Alkohol dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensai pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014 Hipertensi Umur 56-74 Total OR P value Tidak Hipertensi Hipertens i 95% CI n % n % n % 3.000 Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 62

Variabel (1.379-6.525) 0.008 Pengetahuan Baik 48 80,0 12 20,0 60 100,0 Kurang 44 57,1 33 42,9 77 100.0 Sikap Positif 45 77,6 13 22,4 58 100,0 2.357 0.041 Negatif 47 59,5 32 40,5 79 100.0 (1.099-5.056) Aktifitas Fisik Baik 42 82,4 9 17,6 51 100.0 3.360 Kurang 50 58,1 36 41,9 86 100,0 (1.454-7.766) 0.006 Merokok Merokok 20 40,0 30 40,0 50 100,0 7.200 0.000 Tidak 72 82,8 15 82,8 87 100,0 (3.256-15.919) Konsumsi Alkohol Komsumsi 23 41,8 32 58,2 55 100,0 7.385 Tidak 69 84,1 13 15,9 82 100.0 (3.322-16.417) 0.000 Pola Makan Baik 56 81,2 13 18,8 69 100,0 3.829 0.001 Kurang 36 52,9 32 47,1 68 100.0 (1.775-8.259) Berdasarkan tabel 2. menunjukan hasil uji statistik untuk variabel pengetahuan diperoleh P value = 0.008 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3,000 artinya responden yang pengetahuannya kurang baik berisiko sebesar 3 kali dibandingkan responden pengetahuannya baik. Hasil uji statistik untuk variabel sikap diperoleh P value = 0.041 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 2,357 artinya responden yang sikap negatif berisiko sebesar 2 kali dibandingkan responden positif. Hasil uji statistik untuk variabel aktifitas fisik diperoleh P value = 0.006 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3,360 artinya responden yang aktifitas fisiknya kurang baik berisiko sebesar 3 kali dibandingkan responden aktifitas fisiknya baik. Hasil uji statistik untuk variabel merokok diperoleh P value = 0.000 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 7,200 artinya responden yang merokok kurang baik berisiko Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 63

sebesar 7 kali dibandingkan responden merokok baik. Hasil uji statistik untuk variabel konsumsi alkohol diperoleh P value = 0.000 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 7,385 artinya responden yang konsumsi alkoholnya kurang baik berisiko sebesar 7 kali dibandingkan responden konsumsi alkoholnya baik. Hasil uji statistik untuk variabel konsumsi alcohol diperoleh P value = 0.001 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3,829 artinya responden yang pola makannya kurang baik berisiko sebesar 3 kali dibandingkan responden pola makannya baik. Pembahasan Hubungan Antara Pengetahuan Responden Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan pengetahuan baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia (80%) sebanyak 48 responden, yang berpengetahuan baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (20%) sebanyak 12 responden sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (57,1%) sebanyak 44 responden, yang berpengetahuan kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (42,9%) sebanyak 33 responden. 0,008 artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,000 yang artinya responden dengan pengetahuan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pengetahuan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosy (2011) dalam Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi Dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke Di Rsup Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan kejadian Hipertensi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Hubungan Antara Sikap Responden Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan sikap positif dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (77,6%) sebanyak 45 responden, yang sikap positif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (22,4%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan sikap negatif dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (59,5%) sebanyak 47 responden, yang sikap negatif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (40,5%) sebanyak 32 responden. 0,041 artinya ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 2,357 yang artinya responden dengan sikap negatif mempunyai risiko terkena hipertensi 2 kali dibandingkan responden dengan sikap positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2011) dalam hubungan pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi tahun 2013 menunjukkan bahwa ada Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 64

hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian Hipertensi. Ada beberapa hal yang memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh, yaitu pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi. Sehingga dari pengetahuan akan membuat subjek berpikir dan saat berpikir ini melibatkan keyakinan dan emosi sehingga muncul sikap tertentu terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan aktifitas fisik baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (82,4%) sebanyak 42 responden, yang aktifitas fisik positif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (17,6%) sebanyak 9 responden sedangkan responden dengan aktifitas fisik kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (58,1%) sebanyak 42 responden, yang aktifitas fisik kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (41,9%) sebanyak 36 responden. 0,006 artinya bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,360 yang artinya responden dengan aktifitas fisik kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan aktifitas fisik baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, dkk (2011) dalam Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarasaty (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi. Kurang melakukan aktifitas fisik dapat berisiko terjadinya obesitas dan risiko untuk terjadinya hipertensi akan bertambah dengan berlebihnya asupan garam (Sutanto, 2010). Melakukan perubahan gaya hidup seperti diet garam akan menurunkan risiko menderita tekanan darah tinggi (Gray (2005). Hubungan Antara Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan tidak pernah merokok dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (82,8%) sebanyak 72 responden, yang tidak pernah merokok dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (17,2%) sebanyak 15 responden sedangkan responden dengan merokok/pernah merokok dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (40,0%) sebanyak 20 responden, yang merokok/pernah merokok dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (60,0%) sebanyak 30 responden. 0,000 artinya ada hubungan antara merokok responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 7,200 yang artinya responden dengan merokok/pernah merokok mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan tidak merokok. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarasaty (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara merokok dengan kejadian Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 65

Hipertensi. Asap dari rokok juga berdampak terhadap orang yang menghirupnya (disebut perokok pasif) untuk terjadinya penyakit. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia didalam rokok juga mempengaruhi kesehatan seseorang yang tidak merokok disekitar perokok. Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan konsumsi alkohol baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (84,1%) sebanyak 69 responden, yang konsumsi alkohol baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (15,9%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan konsumsi alkohol kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (41,8%) sebanyak 23 responden, yang konsumsi alkohol kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (58,2%) sebanyak 32 responden. 0,000 artinya ada hubungan antara konsumsi alkohol responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 7,385 yang artinya responden dengan konsumsi alkohol kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan konsumsi alkohol baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, dkk (2012) dalam Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian Hipertensi. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia dengan pola makan baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (81,2%) sebanyak 56 responden, yang pola makan baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (18,8%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan pola makan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (52,9%) sebanyak 36 responden, yang pola makan kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (47,1%) sebanyak 32 responden. 0,001 artinya ada hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,829 yang artinya responden dengan pola makan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pola makan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2012) dalam hubungan antara konsumsi makanan dengan Kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian Hipertensi. Makanan asin dan siap saji dapat meningkatkan nafsu makan seseorang karena rasanya yang gurih. Sehingga jika seseorang menyukai dan terbiasa mengkonsumsi makanan sumber natrium seperti ikan asin, maka akan cenderung mengkonsumsinya terus-menerus. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014, dapat diambil keseimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,008 dan OR= 3,000 yang artinya responden dengan pengetahuan kurang baik mempunyai risiko terkena Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 66

hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pengetahuan baik. 2. Ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,041 dan OR= 2,357 yang artinya responden dengan sikap negatif mempunyai risiko terkena hipertensi 2 kali dibandingkan responden dengan sikap positif. 3. Ada hubungan antara aktifitas fisik responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,006 dan diperoleh OR= 3,360 yang artinya responden dengan aktifitas fisik kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan aktifitas fisik baik. 4. Ada hubungan antara merokok responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,000 dan OR= 7,200 yang artinya responden dengan merokok/pernah merokok mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan tidak merokok. 5. Ada hubungan antara konsumsi alkohol responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,000 dan OR= 7,385 yang artinya responden dengan konsumsi alkohol kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan konsumsi alkohol baik. 6. Ada hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,001 dan OR= 3,829 yang artinya responden dengan pola makan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pola makan baik. Daftar Pustaka Kuswardhani, T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam Vol.7, No.2. Abdullah, Masqon. 2005. Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia lanjut di kecamatan pengandon kabupaten Kendal. (online) http.fkm.undip.ac.id. Diakses 15 April 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau. 2013. Laporan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau Puskesmas Nanga Mahap. 2012/2013. Profil Puskesmas Nanga Mahap\ Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya Pardosi, Rosy. 2011. Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi Dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke Di Rsup Haji Adam Malik Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Hamid, Syahrul Aminuddin. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Zuraidah, dkk. 2012. Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan. Palembang: Poliklinik Kesehatan Depkes. Sarasaty, Frilyan Rinawang. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Sutanto. 2010. Cegah & Tangkal Penyakit Modern. Yogyakarya: Andi. Gray, Huson. 2005. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga. Widyaningrum, Siti. 2012. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 67

Sosial Lanjut Usia Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember. Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 68