TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012

PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN MENGGUNAKAN ONGGOK DI LOKASI PENDAMPINGAN PSDSK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KONSENTRAT DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) TERHADAP PERTAMBAHAN BERAT BADAN SAPI POTONG

KAJIAN PEMANFAATAN PAKAN LOKAL DAN UREA MOLASES BLOK (UMB) UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH LEVEL PENGGUNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.) DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

MATERI DAN METODE. Materi

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

PEMANFAATAN PAKAN LENGKAP BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK PENGGEMUKAN KAMBING PADA KELOMPOK UP FMA DESA KARANGSARI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN KULIT UMBI UBI KAYU ( Manihot Utilissima ) Fermentasi Aspergillus Niger TERHADAP PAKAN KONSENTRAT PADA DOMBA LOKAL JANTAN

PROFITABILITAS PENGGEMUKAN SAPI PO PADA DAERAH BERBASIS USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUBANG

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

EFISIENSI PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) SEBAGAI SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELE DALAM RANSUM SAPI PERAH

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

SUBTITUSI TEPUNG IKAN KOMERSIAL DENGAN LIMBAH TEPUNG UDANG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ITIK PEKING UMUR 1 HARI - 8 MINGGU

Transkripsi:

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN MURSAL BOER, ARIZAL P. B., YANOVI HENDRI dan ERMIDIAS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat PO Box 34 Padang, Sumatera Barat ABSTRACT The Level of Onggok Utilization as A Feedstuffs in Fattening Cattle Rations. The utilization of onggok which is a waste product of agriculture industry as a cheap and easy to find local feedstuff is the best strategic to repress the cost of feed in livestock farming. The other advantages in utilization of onggok were decreased the impact of environmental damaged, saving of devisen and open the chance of new job possibility in livestock business. The objectives of this assessment were a) to study several level of onggok in the ration of fattening cattle, and b) to obtain an economic feed supplement. Experimental design used was CRD, with 3 treatments (0, 15 and 20% onggok in feed supplements), and 5 replications. The animals used were 15 heads of PO cattle, 1.5-2 years of age, and body weight between 200-250 kg. Supplement formulation was made to iso protein. The assessment results showed that supplement contain 20% onggok gave smaller ADG that significant statistically (P>0.05) compared to the supplement contain 15% onggok (0.367 kg vs. 0.503 kg). While ADG from treatment with 15% onggok was not significant difference with control treatment. The conclusions of this assessment were: a) in supplement of fattening cattle, the utilization of onggok only up to 15% as ground maize substitution, and b) supplement formulation with 15% onggok is the most economic ration. Key words: Onggok, fattening, PO cattle PENDAHULUAN Pembangunan peternakan menyongsong era globalisasi mendatang diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh yang dicirikan oleh kemampuannya memenuhi kebutuhan masyarakat, kemampuannya menyesuaikan pola dan struktur produksi dengan permintaan pasar serta kemampuannya untuk menyumbang terhadap pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, dan perbaikan taraf hidup, perbaikan lingkungan serta berperan dalam pertumbuhan ekonomi (ANONIM, 1999). Penyediaan pakan ternak yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Masalah penyediaan pakan ini terjadi antara lain disebabkan oleh belum kuatnya basis industri pakan nasional yang dicirikan oleh ketergantungan yang tinggi pada bahan baku impor terutama jagung dan kedelai (SARAGIH, 1998). Oleh sebab itu diperlukan upaya mencarikan substitusi bahan baku yang harganya tinggi dengan bahan baku yang murah dan tersedia di lokasi. Bahan - bahan sebagai pencampur pakan tambahan cukup banyak tersedia, misalnya dedak padi, bungkil kelapa, dan juga hasil limbah industri tapioka seperti onggok. Masalahnya adalah seberapa jauh komposisi campuran pakan tersebut sesuai untuk ternak sapi potong. Ditinjau dari biaya produksi, biaya pakan merupakan biaya terbesar setelah pembelian sapi bakalan. Menurut ROSNERI (1995), besarnya biaya pakan tersebut tergantung lamanya penggemukan, misalnya untuk sapi yang digemukkan selama 6 bulan mencapai 22,98% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, setiap peternak dituntut untuk memberikan pakan sesuai dengan tingkat produktivitasnya namun biayanya harus seekonomis mungkin (HELLIWARD dan AGUSTAR, 1992). PANDEANGAN (1989) mengatakan bahwa penggunaan limbah industri pertanian sebagai bahan pakan lokal yang murah dan mudah didapat merupakan strategi terbaik untuk menekan biaya pakan. Dalam usaha mencari pakan alternatif pengganti bahan pakan yang telah ada, berbagai penelitian penggunaan ampas ubikayu sebagai bahan makanan ternak telah banyak dilakukan (SITORUS, 1984). Saat ini, onggok tergolong hasil ikutan industri pengolahan ubikayu yang tidak termanfaatkan dengan baik. Sebagai limbah, onggok sering dibiarkan tertumpuk tidak termanfaatkan sebagaimana mestinya. Padahal bila dimanfaatkan onggok dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena mengandung karbohidrat mudah tercerna relatif tinggi (MOERTINAH, 1984). Berdasarkan hasil analisa Laboratorium Gizi Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang dikutip oleh FEBRINA (1998), kandungan BETN onggok 85,94%, bahan kering 67%, protein kasar 2,32% dan lemak kasar 0,37%. Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 99

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Penggunaan onggok sangat menguntungkan terutama untuk ternak yang diharapkan produksinya dengan waktu relatif singkat seperti usaha penggemukan sapi potong. Kandungan karbohidrat yang mudah larutnya tinggi merupakan sumber energi yang dapat memacu pertumbuhan ternak dan produksi daging. SIREGAR (1994) menyatakan ternak membutuhkan energi yang tinggi di dalam ransum untuk mengimbangi pertumbuhan dan produksinya terutama yang dipelihara dengan waktu relatif singkat. Menurut SITORUS, (1984). Keuntungan lain pemanfaatan onggok dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan, menghemat devisa dan membuka kesempatan kerja baru di bidang pemeliharaan ternak. Pengkajian ini merupakan kerja sama antara BPTP Sukarami dengan PT Hati Prima Agro dengan tujuan: a) melakukan pengujian fomula pakan tambahan dengan beberapa tingkat penggunaan onggok dalam ransum terhadap pertambahan bobot hidup ternak sapi bakalan, dan b) mendapatkan formulasi pakan tambahan yang ekonomis untuk penggemukan sapi bakalan. kontrol memberikan respon yang baik karena selama 4 bulan penelitian memberikan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat, sebagaimana terlihat pada Gambar 1 Penelitian Tabel 2 memperlihatkan bahwa pertambahan bobot hidup harian (PBHH) untuk perlakuan dengan pakan tambahan mengandung 0, 15 dan 20% onggok adalah 0,438 kg, 0,503 kg dan 0,367 kg. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan R-0 yang merupakan perlakuan kontrol, pakan tambahan mengandung 15% onggok memberikan tingkat pertumbuhan atau pertambahan bobot hidup harian yang terbaik. MATERI DAN METODE Kegiatan ini merupakan suatu penelitian untuk menguji pengaruh beberapa tingkat penggunaan onggok dalam ransum pakan ternak sapi penggemukan. Pengkajian dilakukan di lokasi BPTP Sumatera Barat, Kecamatan Gunung Talang - Kabupaten Solok. Rancangan statistik yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Ternak yang digunakan adalah 15 ekor ternak sapi PO berumur 1,5-2 tahun, bobot hidup sapi antara 200-250 kg. Ternak sapi dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing diberi satu perlakuan pakan tambahan selama 4 bulan atau sampai mencapai bobot pasar. Perlakuan pakan tambahan adalah 2 level onggok dalam pakan tambahan, dengan pakan tanpa onggok sebagai pakan kontrol, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Formula pakan tambahan perlakuan disusun dengan kandungan protein yang sama (iso protein). Pada awal penelitian semua ternak diberi obat cacing, sehingga semua ternak bebas dari cacing dan pertumbuhan yang terjadi adalah benar-benar akibat perlakuan. Data yang dikumpulkan adalah: pertambahan bobot hidup per bulan., tingkat konsumsi pakan tambahan dan nilai ekonomis pakan tambahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan ternak sapi selama penelitian Ternak sapi penelitian yang diberi perlakuan pakan tambahan yang mengandung onggok maupun perlakuan 100 Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003

Tabel 1. Formula pakan tambahan untuk penggemukan sapi bakalan. Bahan pakan Perlakuan pakan tambahan R-0 R-15 R-20 Jagung halus (%) 25 10 5 Dedak halus (%) 45 42 45 Bungkil kelapa (%) 17 17 17 Tepung ikan (%) 10 13 10 Onggok (%) 0 15 20 Ultra mineral (%) 2 2 2 Garam (%) 1 1 0,9 Urea (%) -- -- 0,1 Protein kasar (%/kg ransum) 15,07 15,09 14,63 Enersi / TDN 72,32 71,33 71,32 Lemak (% /kg ransum) 8,68 7,87 7,78 Serat Kasar (%/kg ransum) 7,40 8,50 9,00 Harga (Rp/kg ransum) 1020 928,50 785 Tabel 2. Berat badan awal, berat badan akhir dan pertambahan berat badan harian ternak sapi selama penelitian. Perlakuan pakan Berat badan sapi (kg) ± Standard deviasi Berat awal Berat akhir PBBH (kg/ekor/hari) ± standard deviasi R-0 261,6 ± 47,5 314,1 ± 57,6 a 0,438 ± 0,285 ab R-15 258,6 ± 42,6 319,0 ± 44,8 a 0,503 ± 0,080 b R-20 259,6 ± 48,8 303,6 ± 54,4 b 0,367 ± 0,368 a Huruf yang berbeda dalam kolom, berbeda nyata secara statistik (P>0.05) Kurva Pertumbuhan Ternak Sapi 350 Bobot hidup (kg) 300 250 200 Berat awal Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Berat akhir Saat Pengukuran R-0 R-15 R-20 Gambar 1. Kurva pertumbuhan ternak sapi selama Perlakuan dengan kandungan onggok 20% memberikan tingkat pertumbuhan lebih rendah yang nyata secara statistik (P>0.05). dibandingkan dengan perlakuan yang mengandung 15% onggok maupun kontrol. Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 99

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Secara teknis, ternak sapi memberikan respon yang sama terhadap pakan kontrol dan pakan tambahan yang mengandung 15% onggok. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan: a) karena kandungan protein dari kedua pakan tersebut yang relatif sama, b) respon tersebut kemungkinan juga disebabkan karena pada perlakuan R-15 selain penggantian 15% jagung dengan onggok, terjadi pula penggantian 3% dedak halus dengan tepung ikan yang mempunyai kualitas protein yang lebih baik. Analisa biaya penggemukan sapi bakalan Tabel 3 memperlihatkan gambaran biaya penggemukan per ekor sapi untuk masing - masing perlakuan pakan tambahan selama 4 bulan. Harga jual adalah Rp. 10.800,- sedangkan harga beli adalah Rp. 10.200,- per kg berat hidup.dari hasil analisa biaya tersebut terlihat bahwa perlakuan dengan pakan tambahan mengandung 15% onggok memberikan nilai R/C ratio yang terbaik yaitu 1,09. Walaupun tingkat pertumbuhan tidak berbeda antara perlakuan kontrol dengan perlakuan yang mengandung 15% onggok, akan tetapi karena harga pakan tambahan yang mengandung 15% onggok lebih murah dari kontrol., maka pada akhirnya secara ekonomis penggunaan pakan tambahan yang mengandung 15% onggok akan lebih menguntungkan. Secara teknis perlakuan pakan mengandung 20% onggok memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan yang mengandung 15% onggok. Secara ekonomis, walaupun harga ransum yang mengandung 20% onggok lebih murah, tetapi tidak memberikan keuntungan yang lebih besar dari perlakuan kontrol dan perlakuan dengan 15% onggok. 100 Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003

Tabel 3. Analisa biaya penggemukan per ekor ternak sapi Kriteria R-0 R-15 R-20 Harga jual (Rp/ekor) 3 392 280 3 445 200 3 278 880 Harga beli (Rp/ekor) 2 668 320 2 637 720 2 725 800 Biaya pakan (Rp/ekor) 244 800 222 840 188 400 Biaya hijauan (Rp/ekor) 180 000 180 000 180 000 Biaya tenaga kerja (Rp/ekor) 120 000 120 000 120 000 Total biaya 3 213 120 3 160 560 3 214 200 Keuntungan 179 160 284 640 64 680 R/C ratio 1,06 1,09 1,02 KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dalam formula pakan tambahan untuk penggemukan sapi bakalan, bahan pakan onggok hanya dapat menggantikan jagung sampai 15%. 2. Formula pakan tambahan dengan 15% onggok merupakan pakan tambahan yang paling ekonomis. 3. Onggok merupakan bahan hasil sisa pabrik tepung tapioka yang berbentuk basah. Oleh sebab itu, dari pengalaman selama pelaksanaan pengkajian disarankan agar dalam penggunaan onggok sebagai bahan pakan sebaiknya dilakukan penggeringan terlebih dahulu untuk memudahkan penggunaan dan penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA ANONIM, 1999. Program Pembangunan Peternakan Propinsi Sumatera Barat 1999-2003. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat. Dinas Peternakan Tingkat I Sumatera Barat. FEBRINA D, 1998. Sintesis Protein Mikroba Dan Karakteristik Rumen Ternak Sapi Lokal Yang Diberi Ransum Jerami Padi Amoniasi Urea Dan Konsentrat Dengan Tingkat Berbeda. Program Pasca Sarjana UNAND, 1998. HELLIWARD, J dan A. AGUSTAR, 1992. Performance Usaha Pemeliharaan Sapi Potong Dengan Sistem Kreman di Kabupaten Agam Sumbar. Pusat Penelitian UNAND, Padang. MOERTINAH, S. 1984. Limbah Tapioka di Indonesia dan Kemungkinan - Kemungkinan Penanganannya. Lokakarya Pemanfaatan Limbah Industri Tepung Tapioka. Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan, IPB. Bogor. PANDEANGAN, H. 1989. Pengawetan Onggok Basah Melalui Proses Fermentasi Dan Kemungkinan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Makanan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. ROSNERI, A.R. 1995. Daya cerna protein kasar, serat kasar serta pertambahan bobot badan sapi lokal dengan ransum yang mengandung kombinasi onggok fermentasi dan jerami padi. Fakultas Peternakan Unand, Padang SARAGIH, B. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan Kumpulan Pemikiran. Pusat Studi Pembangunan. Lembaga Penelitian IPB, Bogor. SIREGAR, B. S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Swadaya. Jakarta. SITORUS, M. 1984. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan limbah tapioka. Lokakarya Pemanfaatan Limbah Industri Tapioka. Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan, IPB, Bogor. DISKUSI : Pertanyaan: 1. Jika yang dipergunakan adalah sapi hasil silangan, bagaimana responnya? 2. Apakah hasil penelitian nya dapat langsung diterapkan? Bagaimana dengan sapi pesisir, apakah pernah dilakukan? 3. Protein kasar ransum perlakuan sama, namun dengan penambahan onggok sejumlah 15% memberikan hasil yang terbaik, mengapa demikian? Apakah disebabkan faktor nutrisi lainnya, seperti energi, TDN atau lainnya? Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003 101

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Jawab 1. Hasil-hasil penelitian nutrisi sebelumnya menunjukkan bahwa sapi persilangan memberikan respon yang lebih baik dari sapi PO. Oleh karena itu, dapat kami katakan jika kegiatan ini menggunakan sapi hasil persilangan akan memberi respon yang lebih baik dari yang kami peroleh, dimana pada kesempatan ini kami mempergunakan sapi PO. 2. Penelitian ini memang diarahkan/ditujukan untuk diterapkan. Namun demikian hingga saat ini baru di ujikaji dalam skala Laboratorium dan belum dicoba di lapang. Direncanakan uji lapang akan dilakukan dari hasil yang terbaik. Kendala yang dihadapi adalah, petani masih merasa teknologi yang ada cukup mahal, sehingga sulit untuk diterima. Dengan demikian problem utama yang dihadapi di lapang adalah bukan masalah teknologi tetapi social-budaya. Upaya ujicoba dengan sapi pesisir sedang dilakukan pendekatan demplot (dikandangkan) untuk membuktikan kepada peternak bahwa teknik yang disarankan adalah yang terbaik. 3. Tidak diketahui dengan pasti apakah pengaruh kandungan energi. Namun demikian penambahan tepung ikan sejumlah 3% pada ransum yang mendapat 15% menyebabkan kualitas ransum lebih. Konsequensinya pertambahan bobot hidup hariannya lebih baik. 102 Puslitbang Peternakan, Bogor 29 30 September 2003