BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN. daerah yang dinamakan sebagai Medan ini menuju pada bentuk kota

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merupakan suatu desa yang harmonis dan termasuk desa yang lingkungannya masih

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Deli Serdang. Desa Bandar Baru berada pada LU dan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB II GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM. Sejarah Pekon Banyu Urip selama ini belum pernah dibukukan secara pasti,

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama BANDAR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA. Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN SELAYANG SejarahTerbentuknya Kecamatan Medan Selayang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB II PROFIL DESA KASIKAN. Propinsi. Desa Kasikan merupakan desa paling ujung sebelum Desa Talang

BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN SABAK AUH KABUPATEN SIAK SRI INDRAPURA A. Letak Geografis, Demografis, Visi dan Misi Kecamatan Sabak Auh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Simpang Baru merupakan salah satu kelurahan yang terletak di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Dermojurang, Seloharjo, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua termasuk ke

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Sungai Tonang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar merupakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan Keadaan Umum Desa Rejosari

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN AKAD SEWA MENYEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

BAB II GAMBARAN UMUM KENAGARIAN PANGKALAN KOTO BARU. Kota. Menurut data statistik di kantor kepala Kenagarian Pangkalan Koto

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya , 75 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa sawah:

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Kondisi Umum Kota Medan Perkembangan Kota Medan sebagai kota metropolitan sekaligus kota paling maju di Pulau Sumatera berbanding lurus dengan gerak laju pertumbuhan penduduknya. Bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang memancing masyarakat luar untuk datang ke Kota Medan tetapi juga karena kualitas pendidikan Kota Medan yang lebih baik daripada yang ada di daerah sekitarnya. Pertambahan jumlah penduduk yang selalu terjadi tiap tahunnya tentu merubah kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Lokasi yang semakin sempit sudah pasti merubah cara hidup masyarakatnya. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus ibukota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kotakota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki masyarakat 23

potensi kerja yang cukup banyak. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2015 diperkirakan telah mencapai 2.583.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan, keuangan dan pendidikan baik regional maupun nasional. Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya, secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai Medan ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 1590 4, sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424 4 Perbedaan pendapat mengenai hari lahir Kota Medan tidak dibahas dalam konteks ini, penulis mengutip pernyataan mengenai hari lahir Kota Medan berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh pihak berwenang, dalam hal ini Pemerintahan Kota Medan sebagaimana yang tercantum dalam buku 24

Tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut, Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo kata Guru berarti Tabib atau Orang Pintar, kemudian kata Pa merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata Timpus berarti bundelan., bungkus atau balut. Maka dengan demikian, nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/medan diakses pada 15/September2015) Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Batubara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan Medan Dalam Angka maupun situs elektronik Pemerintahan Kota Medan. 25

tembakau dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu. Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara. Gambaran Kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan Kota Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat pemerintahan kota Medan yang memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/medan diakses pada 15/September/2015). Dari 21 kecamatan tersebut, hanya satu kecamatan saja yang dipilih menjadi fokus lokasi penelitian yakni Kecamatan Medan Selayang. Pemilihan tersebut dikarenakan lokasi Kampung Susuk yang menjadi lokasi penelitian berada di Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kecamatan Medan Selayang. 26

2.2. Letak Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kelurahan Padang Bulan Selayang I termasuk wilayah Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I sekitar 8930 Ha. Jarak antara Kelurahan Padang Bulan Selayang I dengan Kecamatan sekitar 3 km. Untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I sangat mudah, karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I terletak di pinggiran jalan Lintas. Biasanya untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I dapat menggunakan kendaraan roda empat, sebagian juga menggunakan roda dua. Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I bahwa kelurahan tersebut tergolong Desa Swasembada, yaitu Lingkungan yang berkemampuan untuk berkembang sendiri. Sesuai dengan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan tujuan Pembangunan Kelurahan. Secara geografis letak Kelurahan Padang Bulan Selayang I mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang c. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Bulan II dan Tanjung Sari d. Sebelah Barat berbatasan dengan K.Tanjung Rejo dan Tanjung Selamat 27

2.2.1. Tata Guna Tanah Sebahagian besar luas tanah di Kelurahan Padang Bulan Selayang I ini dipergunakan untuk dan sebagian Lahan Perumahan. Tabel 1 : Tata Guna Lahan Tahun 2010 No. Tata Guna Tanah Luas Ha 1. 2. 3. 4. 5. Areal Permukiman Areal Perumahan Areal Perkantoran Areal Pertanian & Perladangan Areal Lain-lain 2.235 2.840 900 500 - Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2010 Tabel 2 : Tata Guna Lahan Tahun 2015 No. Tata Guna Tanah Luas Ha 1. 2. 3. 4. 5. Areal Permukiman Areal Perumahan Areal Perkantoran Areal Pertanian & Perladangan Areal Lain-lain 2.500 3.000 1.000 350 - Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2015 28

Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa keadan daerah Kelurahaan Padang Bulan Selayang I sebahagian besar dipergunakan untuk areal Perumahan sekitar 2.840 Ha, kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.000 Ha, atau kira-kira 50% dari luas wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I dipergunakan untuk Perumahan. Luas lahan yang dipergunakan untuk perumahan tersebut biasanya diambil dari lahan pertanian. Sehingga seperti pada Table 2 terlihat bahwa lahan pertanian menyusut luasnya. 2.2.2. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I Setiap organisasi memerlukan struktur organisasi yang baik dan teratur dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal yang dikelola dalam kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen yang mempunyai hubungan-hubungan antara komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan. Suatu struktur organisasi merinci struktur wewenang, pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing serta menunjukkan bagaimana tingkatan aktivitas berkaitan stu sama lainnya. Struktur organisasi menunjukkan garis perintah maupun jalur komunikasi formal yang pada tingkat tertentu memiliki spesialisasi dari aktivitas kerja sehingga tercipta suatu team kerja yang kompak dan dapat mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam 29

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian. Struktur organisasi yang tepat dan teratur memberikan stabilitas dan kontuinitas yang memungkinkan organisasi berhasil mencapai tujuannya. Struktur organisasi pemerintah Kelurahan terdiri dari 2 (dua) pola pemerintah yaitu pemerintahan pola minimal dan pola maksimal. Susunan organisasi pemerintah Kelurahan pola minimal terdiri atas: 1. Sekretaris Kelurahan terdiri dari : a. Urusan Pemerintahan b. Urusan Pembangunan c. Urusa Umum 2. Lingkungan atas: Sedangkan susunan organisasi pemerintahan Kelurahan pola maksimal terdiri 1. Sekretariat Kelurahan terdiri dari: a. Urusan Pemerintahan b. Urusan ketentraman dan Ketertiban c. Urusan Pembangunan d. Urusan Kesejahteraan Rakyat e. Urusan Umum 2.3. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 sebanyak 10.864 jiwa yang terdiri dari : - Kepala Keluarga : 6.486 KK 30

- Jumlah Pria : 5.233 Jiwa - Jumlah Wanita : 5.631 Jiwa - Kewarganegaraan : - Warga Negara Indonesia 10.800 jiwa - Warga Negara Asing : 64 jiwa Adapun perincian keadaan keadaan Kelurahan Padang Bulan I menurut kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut : 2010 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa 1. 04 06 600 2. 07 12 1.050 3. 13 18 3.500 4. 16 18 1.600 5. 19 Ke atas 3.000 Jumlah 9.750 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2010 2015 Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa 1. 04 06 735 2. 07 12 1.117 3. 13 18 3.801 4. 16 18 1.896 5. 19 Ke atas 3.315 Jumlah 10.375 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2015 31

Dari Tabel 3. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat umur 13 18 tahun yaitu 3.500 jiwa, kemudian meningkat pada Tahun 2015 mengacu pada Tabel 4 menjadi 3.801 jiwa. Jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja sebagai berikut: 20 26 tahun : 798 jiwa 27 40 tahun : 1.372 jiwa Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana. Yang mana jumlah penduduk menurut jenis pendidikan adalah sebagai berikut: Landasan Pendidikan Umum : 3.374 jiwa Landasan Pendidikan Khusus : 240 jiwa 2010 Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa 1. Taman Kanak-kanak 30 2. Tamatan SD 200 3. Tamatan SMP 350 4. Tamatan SMA 700 5. Tamatan Akademi/Diploma 750 6. Tamatan Sarjana 900 Jumlah 2.930 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010 32

2015 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa 1. Taman Kanak-kanak 25 2. Tamatan SD 250 3. Tamatan SMP 400 4. Tamatan SMA 800 5. Tamatan Akademi/Diploma 950 6. Tamatan Sarjana 974 Jumlah 3.374 Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Adalah sebagai berikut: Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2010 No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa 1. Pondok Pesantren 40 2. Madrasah 60 3. Sekolah Luar Biasa 25 4. Kursus 50 Jumlah 175 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010 33

Table 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2015 No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa 1. Pondok Pesantren 60 2. Madrasah 50 3. Sekolah Luar Biasa 45 4. Kursus 80 Jumlah 240 Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 2.3.1. Jenis dan Mata Pencaharian Penduduk Penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar adalah sebagai karyawan karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I memiliki luas wilayah areal perumahan yang luas, dan yang lainnya sebagai wiraswasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut: Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2010 No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa 1. Karyawan/PNS 900 2. Wiraswasta 600 3. Petani 150 4. Pensiunan 15 5. Jasa 10 Jumlah 1.675 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010 34

Table 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015 No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa 1. Karyawan/PNS 982 2. Wiraswasta 700 3. Petani 95 4. Pensiunan 35 5. Jasa 10 Jumlah 1.792 Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I sebahagian besar mata pencahariannya dari hasil Perkantoran atau sekitar 900 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2015 seperti pada Tabel 10 sebesar 982. Sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai Petani pada tahun 2010 sebesar 150 jiwa, pada tahun 2015 berkurang menjadi 95 jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan pertanian yang sudah berubah menjadi perumahan. Masyarakat yang dulunya bertani saat ini sebagian sudah memiliki pekerjaan lain, ada yang membuka usaha laundry ada juga yang menjadi pengusaha kos-kosan karena menjual lahannya, namun ada pula yang menjadi tukang becak karena lahan pertanian yang dikelolanya dulu memang adalah milik swasta. 35

2.4. Sejarah Singkat Kampung Susuk Nama Kampung Susuk berasal dari nama desa yang ada di Kecamatan Tiganderket yang berada di Tanah Karo yang bernama Desa Susuk. Pada awal zaman penjajahan Belanda, suku bangsa Karo yang berasal dari Desa Susuk di Tanah Karo ingin tinggal di wilayah kekuasaan Belanda dan salah satunya adalah daerah yang sekarang bernama Kampung Susuk. Daerah tersebut dahulu merupakan perkebunan. Setelah suku bangsa Karo menetap di wilayah jajahan Belanda, mereka membuat suatu pemukiman yang dahulunya berlokasi di pusat Susuk V (lima). Perolehan wilayah tersebut akibat pihak Belanda meninggalkan wilayah tersebut dan mencari daerah yang lebih strategis lagi di tempat lain. Seiring perjalanan waktu penduduk suku bangsa Karo menjadi lebih banyak dan meluas hingga membentuk suatu kampung dan dengan kesepakatan bersama diberi nama Kampung Susuk. Penduduk Kampung Susuk pada awalnya ditempati oleh masyarakat asli dari Desa Susuk yang ada di Tanah Karo. Seiring perjalanan waktu, akhirnya Kampung Susuk dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa. Walaupun demikian, suku bangsa Karo masih dominan bila dibandingkan dengan suku bangsa yang lainnya. Jumlah luas areal di daerah Kampung Susuk sekitar 45 hektar. Bila memasuki wilayah Kampung Susuk pasti akan terlihat banyak rumah-rumah yang dikontrakkan atau dikoskan. Alasanya karena daerah Kampung Susuk merupakan daerah yang sangat strategis menurut mahasiswa USU. Jarak yang sangat dekat terhadap (USU) membuat berbagai mahasiswa memilih tempat 36

tinggal sementaranya di lokasi Kampung Susuk. Akibat banyaknya rumah yang disewakan maka tidak heran di sepanjang jalan banyak terdapat rumah makan, rental, warnet dan warung yang menjual kebutuhan sehari-hari. Daerah Kampung Susuk juga dipenuhi sawah-sawah yang cukup lumayan luas. Bila memasuki wilayah susuk VIII (delapan) dan seterusnya maka dapat terlihat daerah persawahan yang sangat indah dan seakan-akan berada di suatu daerah pedesaan. Di daerah Kampung Susuk memang masih terdapat daerah pertanian, walaupun dapat dikatakan sebagai pertanian di tengah kota. Dengan adanya daerah persawahan maka Kampung Susuk sangat asri bila di lihat. Dengan banyaknya penduduk yang ada di daerah Kampung Susuk dengan berbagai suku bangsa ditambah dengan berbagai macam mahasiswa dari berbagai suku bangsa dan dengan latar belakang yang berbeda, membuat daerah Kampung Susuk menjadi ramai dan multietnis. Suku bangsa yang ada di daerah tersebut terdiri dari suku bangsa Karo, Minangkabau, Jawa, Toba, Simalungun, Aceh, Tapanuli Selatan, dan Nias. Suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk cukup lumayan banyak sekitar 30 KK (Kepala Keluarga). Masing-masing suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk saling membentuk komunitasnya sendiri. Di Kampung Susuk mereka juga menyebar, antara lain di Susuk II, III, VI, VII, dan VIII. Di antara daerah tersebut suku bangsa Nias paling banyak di daerah susuk VII dan VIII. Lingkungan area hunian terbentuk karena adanya proses pembentukan tempat tinggal merupakan wadah fungsional yang didasarkan pada pola aktivitas manusia 37

dan pengaruh setting (tata letak). Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik (sosial budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola aktivitas dan proses perletakan. Suatu kawasan di perkotaan ada yang memiliki kumpulan orang dari desa yang berasal dari suku bangsa yang sama. Kumpulan orang tersebut membentuk suatu desa di kota yang proses pembentukannya memiliki kaitan dengan keadaan sosial dan budaya dari desa asal mereka. Desa yang terbentuk di perkotaan ini dinamakan kampung kota. Ruang tempat kehidupan suatu kumpulan masyarakat di kampung kota ini merupakan ruang yang terjadi sebagai wujud peralihan dari desa dan kota. Tata cara dalam ruang tersebut masih terbawa ke kota. Padahal pada saat bersamaan mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara hidup orang kota. Kampung kota merupakan kenyataan sosial-budaya yang terjadi di kota-kota di Indonesia yang sudah menggenal sejak kerajaan Hindia Belanda. Definisi yang tepat pada awal abad ke-20 adalah pemukiman pribumi yang masih meneruskan tradisi desa asalnya sekalipun tinggal di kota. Saat ini kampung kota lebih dekat pengertiannya sebagai suatu sistem pemukiman yang struktur sosial, budaya dan ekonominya tidak terorganisir dalam suatu sistem kelembagaan formal. Pemukiman tersebut tumbuh di kawasan kota tanpa pencerahan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota (Marpaung, 2009). Dari segi ekonomi suku bangsa Nias bermata pencaharian sebagai tukang becak dan pemungut barang bekas (tukang butut). Di daerah Kampung Susuk sendiri, tukang becak yang bersuku bangsa Nias lebih banyak dibandingkan dengan suku 38

bangsa Karo sebagai tukang becak yang sudah menetap dan sekaligus sebagai masyarakat asli penduduk setempat. 2.4.1. Kependudukan dan Komposisi Berdasarkan Suku Bangsa, Agama, dan Pendidikan Penduduk daerah Kampung Susuk dihuni oleh beberapa suku bangsa, yakni: suku bangsa Karo, Toba, Tapsel, Jawa, Nias, Simalungun, Aceh, dan Minangkabau. Suku bangsa Karo merupakan penduduk asli Kampung Susuk sementara suku bangsa lainnya merupakan kelompok masyarakat pendatang. Saat ini penduduk daerah Kampung Susuk mayoritas bersuku bangsa Karo. Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak disebabkan oleh suku bangsa yang menempati daerah Kampung Susuk pertama kali adalah suku bangsa Karo. Komposisi penduduk di Kampung Susuk berdasarkan suku bangsa dapat di lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2010 No. Suku Bangsa Jumlah Jiwa 1. 2. 3. 4. 5. 6. Batak Toba Karo Jawa Tapanuli Selatan Melayu DLL 2.343 Jiwa 2.426 Jiwa 3.136 Jiwa 424 Jiwa 337 Jiwa 609 Jiwa Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010 39

Table 12 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2015 No. Suku Bangsa Jumlah Jiwa 1. 2. 3. 4. 5. 6. Batak Toba Karo Jawa Tapanuli Selatan Melayu DLL 2.543 Jiwa 2.526 Jiwa 3.536 Jiwa 504 Jiwa 307 Jiwa 769 Jiwa Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan pada Tabel 12 di atas komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang terbanyak adalah suku bangsa Batak, namun lain halnya dengan suku bangsa yang terbanyak di lingkungan IX (Kampung Susuk) adalah suku bangsa Karo dibandingkan dengan suku bangsa lainnya. Disusul dengan suku bangsa lainnya yang dianggap sebagai suku bangsa pendatang seperti suku bangsa Batak, Tapsel, Aceh, Simalungun, Minangkabau, dan Nias. Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak diakibatkan suku bangsa Karo merupakan masyarakat asli yang pertama kali menempati daerah Kampung Susuk sejak Belanda meninggalkan wilayahnya. Suku bangsa Batak memang cukup banyak setelah suku bangsa Karo di Kampung Susuk. Selain suku bangsa Batak banyak akibat dari masyarakat setempat yang ada ditambah dengan anak kos yang 40

berada di Kampung Susuk yang mayoritas bersuku bangsa Batak. Sama halnya dari segi agama, penduduk di Kampung Susuk juga berbeda dengan jumlah agama terbanyak di Kelurahan. Jumlah agama tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2010 No. Agama Jumlah Jiwa 1. Islam 2.160 2. Kristen Protestan 3.200 3. Kristen Katolik 1.160 4. Budha 200 5. Hindu 5 Jumlah 6.725 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010 Table 14 : Komposisi Penduduk Berdasarkan AgamaTahun 2015 No. Agama Jumlah Jiwa 1. Islam 2.464 2. Kristen Protestan 3.297 3. Kristen Katolik 1.199 4. Budha 217 5. Hindu 8 Jumlah 7.185 Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 41

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Padang Bulan Selayang I lebih banyak beragama Islam, namun lain halnya dengan daerah Kampung Susuk jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan dengan agama yang lainnya. Faktor lebih banyaknya agama Kristen Protestan pertama dibawa oleh suku bangsa Karo yang ada di tanah Karo yang lebih dahulu mendapat agama tersebut dari misionaris dari luar yang menyebarkarkan injil. Suku bangsa Karo, Batak dan Nias lah yang membuat penduduk daerah Kampung Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan dengan agama lainnya. Selain daripada masyarakat yang menetap di daerah Kampung Susuk. Jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak akibat ditambahnya anak kos yang menempati wilayah Kampung Susuk yang mayoritas juga beragama Kristen Protestan. Semua hal inilah yang menyebabkan Kampung Susuk mempunyai jumlah agama Kristen Protestan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah agama yang lainnya. Dari usianya penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I dengan Kampung Susuk memiliki jumlah yang tidak berbeda jauh dalam hal produktif usia muda dan usia lebih tua dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Table 15 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin No. Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1. 0-5 Tahun 546 520 1075 42

2. 6-10 Tahun 423 402 825 3. 11-15 Tahun 399 378 777 4. 16-20 Tahun 405 414 819 5. 21-25 Tahun 384 321 705 6. 26-30 Tahun 385 384 769 7. 31-35 Tahun 378 430 808 8. 36-40 Tahun 456 371 827 9. 41-45 Tahun 425 390 815 10. 46-50 Tahun 338 515 853 11. 51-55 Tahun 391 442 833 12. Lebih dari 56 Tahun 500 579 1079 Jumlah 5.030 5.155 10.375 Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan tabel di atas jumlah komposisi usia dan jenis kelamin wanita lebih besar dibandingkan dengan jumlah komposisi usia dan jenis kelamin laki-laki. Jumlah komposisi wanita 5.155 jiwa dan komposisi laki-laki adalah 5.030 jiwa. Jumlah usia produktif dengan jumlah golongan tua berbeda jauh. Jumlah golongan tua lebih banyak dibandingkan dengan jumlah usia produktif. Sama halnya dengan jumlah Kampung Susuk, jumlah golongan tua lebih banyak dibandingkan dengan jumlah usia produktif. 43

2.4.2. Organisasi Kemasyarakatan Penduduk daerah Kampung Susuk umumnya dikategorikan dengan suku bangsa Batak dengan sub-etnik yang beragam, antara lain : Karo, Toba, Tapanuli Selatan, Simalungun, Aceh, Minangkabau, dan Jawa. Sistem kekerabatan penduduk daerah Kampung Susuk mengikuti garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Dalam berkomunikasi, biasanya masyarakat daerah Kampung Susuk memakai bahasa Karo. Hal ini dikarenakan penduduk daerah Kampung Susuk mayoritas berasal dari suku bangsa Karo. Dalam meningkatkan komunikasi atau silaturahmi, warga desa Kampung Susuk maka mereka membentuk atau mengikuti suatu organisasi. Dalam Undangundang yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila (www.theceli.com/dokumen/produk/1985/8-1985.htm). Terdapat dua jenis organisasi sosial yang berada di daerah Kampung Susuk, yaitu lembaga agama dan lembaga umum. Pertama, lembaga agama terdiri dari Islam dan Kristen (terbagi lagi dalam beberapa aliran) dan Khatolik. Masing-masing agama tersebut memiliki struktur dan lembaga, serta organisasi pemuda. Adapun rumah ibadah di daerah Kampung Susuk terdapat 1 (satu) buah gereja dan 1 (satu) buah 44

masjid. Organisasi keagamaan di gereja terdiri dari Mamre (kumpulan jemaat bapak bapak di dalam gereja), Moria (kumpulan jemaat ibu-ibu di dalam gereja), Permata (Kumpulan muda-mudi di dalam gereja), KA/KR (Kumpulan anak/remaja di dalam gereja), PJJ (Pulung Jabu-Jabu) = Kebaktian dalam rumah tangga dalam jemaat gereja. Sedangkan bagi yang beragama Islam seperti adanya pangajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak dan wirit. Organisasi kedua adalah lembaga umum. Lembaga umum yang dimaksud adalah sebuah wadah atau perkumpulan yang mengurusi kepentingan umum, seperti STM (Serikat Tolong Menolong), Kelompok Tani dan perangkat desa lainnya. Lembaga umum pertama yaitu STM sedikit berbeda dengan perbedaan satu sama lain, misalnya STM yang bergama Islam berbeda dengan STM Yang beragama Kristen (Protestan dan Khatolik). Lembaga umum di atas memiliki struktur dan kelembagaan yang diakui oleh masyarakat daerah Kampung Susuk. Walaupun dalam hal ini organisasi kemasyarakatan dibedakan berdasarkan dari agama, namun organisasi ini tetap terus berjalan di wilayah Kampung Susuk dan sama-sama saling mendukung agar semua dapat aktif digunakan sebagai salah satu wadah untuk mengekspresikan diri. Organisasi kemasyarakatan di daerah Kampung Susuk pada saat ini masih terus berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing dan saling menunjang sesama masyarakat didalamnya. 45

2.4.3. Sarana dan Prasarana Tabel 16 : Sarana Ibadah No. Jenis Sarana Ibadah Jumlah Kondisi Rusak/Baik 1. Masjid 5 Baik 2. Langgar/Surau/Mushola 2 Baik 3. Greja Kristen Protestan 4 Baik 4. Greja Katolik 1 Baik 5. Vihara - - 6. Pura - - Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 16 di atas terlihat jumlah tempat peribadatan di Kelurahan Padang Bulan Selayang I cukup sedikit untuk sebuah satu kelurahan. Di daerah Kampung Susuk sendiri terdapat 1 (satu) buah gereja dan 1 (satu) buah masjid yang masih dalam tahap pembuatan dan renovasi baru. Gereja yang ada di daerah Kampung Susuk adalah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dimana gereja tersebut adalah sebuah gereja suku Karo yang beraliran Kristen Protestan. Keberadaan gereja tersebut dikarenakan penduduk masyarakat di Kampung Susuk lebih bayak suku bangsa Karo. Setiap hari minggu pagi di dalam gereja berbahasa Indonesia, biasanya dipakai oleh mahasisiwa dari berbagai suku bangsa, sedangkan jam siangnya berbahasa Karo untuk kalangan para orang tua. 46

Table 17 : Sarana dan Prasarana Pendidikan No. Jenis Prasarana Keterangan Jumlah Kondisi 1. Perguruan Tinggi - - 2. SLTA/Sederajat 2 Baik 3. SLTP/Sederajat 2 Baik 4. SD/Sederajat 3 Baik 5. TK 2 Baik 6. TPA/Sederajat 2 Baik Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 17 di atas sarana pendidikan di Kelurahan Padang Bulan Selayang I sudah dikatakan lengkap, hanya saja tidak terdapat perguruan tinggi, namun khusus di daerah Kampung Susuk sendiri sarana pendidikan belum tersedia atau tidak ada sama sekali. Kampung Susuk sendiri merupakan lingkungan IX (sembilan) di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang wilayahnya hanya sekitar 45 hektar. Dengan lebar wilayah tersebut kurang cocok bila di bangun sarana pendidikan di wilayah tersebut. 47