BAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS HIDUP DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENGIKUTI KEGIATAN PADA LANSIA DALAM KELOMPOK SENAM PRODIA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas BPS 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 246,9 juta jiwa. Menurut data tersebut sebagian besar lansia di Indonesia berjenis kelamin perempuan (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Dimana berarti Indonesia pada tahun 2025 akan berada pada level tersebut. Menurut data draf BPS 2013, jumlah lansia di kabupaten Banyumas ini sebanyak 1,605,579 Jiwa. Dari fakta tersebut tentunya berarti bahwa jumlah lansia di Purwokerto juga tidak sedikit jumlahnya. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Papalia, 2008). Sementara WHO membagi lanjut usia dalam 3 golongan, usia 60-74 disebut sebagai usia lanjut awal, 75-90 1

2 tahun disebut lanjut usia menengah dan 91 tahun ke atas disebut lanjut usia akhir (Papalia, 2008). Kondisi lanjut usia yang mengalami berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis dapat mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial. Titik berat rentang kehidupan tidak lagi terletak pada orang orang muda, sebaliknya dengan semakin bertambahnya orang orang yang berusia lanjut maka proporsi individu di berbagai tingkat usia lambat laun akan semakin sebanding, sejalan dengan semakin majunya metode kontrasepsi dan kesehatan serta perawatan medis yang lebih baik, maka angka kelahiran akan menjadi menurun serta memungkinkan lebih banyak lagi orang yang berumur panjang (Hurlock, 2004). Searah dengan pertambahan usia, lanjut usia akan mengalami penurunan/degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar, yang hal itu dapat menyebabkan menurunnya interaksi sosial. (Septiningsih & Na imah, 2012) Saat ini, banyak lansia menghadapi diskriminasi, dimana mereka sering kali merasa ada suatu hal yang mengganjal dan tersembunyi dalam perasaannya sehingga sulit melawannya, lansia mungkin tidak dipekerjakan untuk pekerjaan pekerjaan yang baru atau mungkin dikeluarkan dari pekerjaan lama karena mereka dipandang terlalu kaku, dan lemah berfikir. Mereka mungkin ditolak secara sosial karena

3 dipandang sudah pikun serta membosankan, lansia mungkin disingkirkan dari kehidupan keluarga mereka sebagai sosok yang sakit, jelek, dan parasit. Menurut Darmawan (dalam Hidayati, 2009), bagi lansia interaksi sosial juga akan mendasari untuk memperoleh kepuasan hidup, sehingga dalam diri seorang lansia mampu menerima diri menjadi seorang lansia dengan perubahan perubahan yang dialami, memiliki penguasaan lingkungan, kemandirian, berperan dalam masyarakat serta memiliki keinginan merealisasikan potensi. Dalam proses interaksi, terbagi menjadi 2 yakni interaksi secara langsung dan tidak langsung. Interaksi secara langsung biasanya dilakukan dengan bertatap muka. Sedangkan tidak langsung biasanya menggunakan media perantara dalam penyampaian pesannya (Rakhmat, 2008). Proses interaksi juga bisa dilaksanakan dalam komunitas atau kelompok. Fungsi komunitas terdiri dari 5 bagian yaitu fungsi ekonomi, sosialisasi, pelayanan kesehatan yang baik, kontrol sosial dan interpartisipasi sosial serta dukungan mutualistis. Dari fungsi komunitas tersebut disebutkan bahwa salah satunya adalah interpartisipasi sosial yang berarti keterlibatan seseorang dalam berpartisipasi sosial biasanya melalui kelompok masyarakat atau kelompok kegiatan. Dalam komunitas atau kelompok kegiatan sendiri biasanya berisi kegiatan-kegiatan sosial atau aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari hari yang dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses

4 adalah lansia yang mempunyai aktivitas sosial di lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath (dalam Nafidah 2014) Activities of Daily Living Scale for Elderly People (2014) adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi serta aktif dalam aktivitas kelompok. Adapun aktivitas kelompok yang disebutkan diatas juga merupakan salah satu indikator dalam kualitas hidup seseorang, dimana kualitas hidup seorang lansia nampak dari keikut sertaannya dalam aktivitas kelompok. Sehingga kualitas hidup seseorang seyogyanya akan berkaitan dengan pengambilan keputusan seseorang untuk aktif dan ikut serta dalam aktivitas kelompok atau kegiatan-kegiatan dalam komunitas. Banyaknya lansia yang memutuskan untuk mengikuti kegiatan senam lansia, terlihat dari jumlah lansia yang terdaftar menjadi anggota senam di Prodia Purwokerto sebagai berikut : Tabel 1. Data Anggota Komunitas Senam Prodia Purwokerto No Bulan Jumlah Peserta Terdaftar Jumlah Peserta Aktif 1. November2015 190 Orang 74 Orang 2. Desember 2015 198 Orang 82 Orang 3. 16 Januari 2016 199 Orang 83 Orang

5 Selain data tersebut, menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan 5 orang lansia, disebutkan pada wawancara pertama (31 Oktober 2015) bahwa EN memilih untuk bergabung atau mengikuti kegiatan senam lansia yakni karena adanya alasan atau kebutuhan akan kesehatan dan keinginan untuk lebih produktif lagi sehingga tenaganya tidak terbuang sia-sia. Selain itu, subjek juga menuturkan alasannya bergabung di komunitas senam prodia karena di komunitas senam prodia ini, selain kegiatan senam, ada pula kegiatan cek kesehatan baik asam urat, gula dan juga cek kesehatan jantung yang ditangani oleh dokter praktik di klinik prodia tersebut. Pada wawancara kedua (7 November 2015) saat dilakukan interview lebih lanjut mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan oleh subjek EN dan alasan untuk mengikuti kegiatan tersebut, subjek mulai terbuka dan menceritakan bagaimana awal mula ia mengikuti kegiatan tersebut. Subjek EN merupakan seorang istri pensiunan TNI yang aktif dalam berbagai aktivitas sosial, baik di lingkungan tempat tinggalnya, lingkungan tempat suaminya bekerja maupun di tempat tinggal putranya. Di lingkungan rumahnya, ia dipercaya sebagai ketua RT dan ketua RW, selain itu ia juga dipercaya untuk menjadi ketua kelompok posyandu lansia. Di lingkungan tempat suaminya bekerja ia menjadi ketua kelompok ikatan istri pensiunan TNI. Ia mengaku sebenarnya sudah sejak lama ia senang dengan kegiatan atau aktifitas sosial tetapi dulu, karena ia memiliki anak yang masih kecil-kecil sehingga ia harus menjadi ibu rumah tangga yang full time. Kini, ketika anaknya sudah besar, sudah menikah dan tidak

6 banyak aktivitas di dalam rumah yang harus ia selesaikan maka ia mulai mencari aktivitas diluar rumahnya. Subjek EN juga mengatakan bahwa alasan utamanya untuk mengikuti kegiatan sebanyak ini adalah untuk mengobati rasa sepi di rumahnya, dimana dulu ia merasa di rumahnya sangat ramai dengan keberadaan putra-putrinya kini rumah yang besar hanya di tinggali oleh ia dan suaminya saja. Sehingga ia mencoba untuk mencari keceriaan di luar dengan mengikuti komunitas senam prodia dan ia mulai merasakan senangnya bertemu teman sebayanya yang bisa diajak bercanda dan bersenda gurau. Selanjutnya juga ia banyak kegiatan di posyandu lansia, kelompok senam yang lainnya yang menyebabkan ia jarang ada di rumahnya. Sehingga ia mulai bisa menerima keadaan di rumahnya yang tidak seramai dulu. Sedangkan subjek PS pada pertemuan awal (31 Oktober 2015) menyebutkan bahwa alasannya untuk bergabung dalam komunitas atau kelompok senam ini sendiri selain karena faktor kesehatan, beliau juga sebagai ajang untuk mencari kegiatan atau mengisi waktu luang. Dimana lansia yang pada umumnya merupakan seorang pensiunan dari sebuah instansi atau pekerjaan yang terbiasa untuk bekerja, lalu ketika sudah pensiun menjadi kurang kegiatan, maka mereka mengambil keputusan untuk bergabung pada komunitas tertentu. Pada pertemuan kedua (20 November 2015) subjek PS banyak menceritakan mengenai jenis kegiatan yang dilakukannya, saat ditanya alasan mengapa mengikuti kegiatan tersebut beliau menyatakan bahwa alasannya hanya untuk kesehatan dan

7 pengisi waktu luang. Kemudian, pada pertemuan ketiga (12 Desember 2015) subjek PS mulai mengatakan bahwa awal ia memutuskan untuk bergabung dalam berbagai aktivitas sosial seperti senam, kegiatan posyandu lansia ataupun terapi kesehatan adalah karena untuk pengalihan. Dimana subjek PS sebelumnya mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dimana dalam waktu kurang dari 1 tahun ia kehilangan ayahnya karena meninggal, lalu disusul suaminya meninggal 2 bulan setelah ayahnya meninggal dan ia kehilangan pekerjaan atau dipensiun 3 bulan setelahnya. Hal itu tentu membuat subjek PS merasa sangat sedih dan terpuruk. Hingga kemudian ada teman yang mengajaknya untuk mengikuti kegiatan senam lansia sebagai alternative pengalihan atas rasa kesedihannya itu. Ternyata setelah mengikuti 1 kelompok senam ia merasa kecanduan dan ingin lebih banyak beraktivitas supaya tidak teringat tentang masalalunya tersebut. Hal yang sama juga disebutkan oleh subjek NP pada wawancara pertama (31 Oktober 2015) dimana ia memilih untuk berkegiatan atau mengikuti kegiatan kelompok sebagai alasan kesehatan dan juga karena subjek merasa bingung tidak ada pekerjaan, dan dirumah tidak diijinkan untuk melakukan hal-hal seperti, menyapu, mengepel atau mencuci piring oleh anaknya, karena takut kecapekan. Sehingga ia merasa kurang produktif jika hanya berdiam diri dirumah. Alasan lain dalam mengikuti kegiatan kelompok adalah, karena subjek merasa senang bisa bertemu dengan banyak orang dan bercerita tentang pengalamannya. Pada

8 pertemuan kedua (15 Desember 2015) Subjek NP juga menuturkan bahwa sebelumnya, ketika tidak banyak bergabung dalam kegiatan komunitas ini ia hanya tiduran saja dan justru menyebabkan ia menjadi merasa sangat kesepian dan mudah curiga. Subjek NP mengatakan demikian karena ketika ia dirumah, dan ia sendiri merasa pendengaranya sudah tidak begitu baik sehingga ketika ada anaknya yang sedang berbisik-bisik ia akan merasa sangat curiga bahwa mereka pasti sedang membicarakan tentangnya dan ia menjadi sangat kesal. Subjek DC juga memiliki alasan yang sama dengan ketiga subjek sebelumnya tentang alasan untuk mengikuti kegiatan kelompok. Seperti yang dikemukakannya saat interview awal (31 Oktober 2015) yakni untuk kesehatan dan tambahan kegiatan, selain itu juga sarana untuk bertemu dengan teman-teman seusianya. Tetapi, berbeda dengan ketiga subjek sebelumnya, subjek DC hanya memiliki 1 kegiatan kelompok selebihnya ia hanya sebagai ibu rumah tangga Saat ditanya mengenai alasan mengapa ia tidak mengikuti banyak kegiatan ia mengatakan bahwa ia merasa sudah cukup capek dengan menjadi ibu rumah tangga. Alasan subjek memilih komunitas senam di prodia karena ia diberi tahu oleh rekannya (subjek TN) untuk bergabung dengan komunitas senam dan ia pun mengikuti kegiatan tersebut sudah 3 bulan lamanya. Begitupun dengan subjek TN, beliau mengaku senang jika mengikuti kegiatan kelompok seperti senam, tetapi ia tidak bisa banyak berkegiatan karena mobilitas atau akses mengikuti kegiatan kurang didukung dengan

9 alat transportasi yang ada. Alasannya mengambil keputusan untuk mengikuti kegiatan senam lansia ini karena awalnya ia disarankan oleh putranya untuk mengikuti kegiatan diluar supaya tidak hanya mengurusi kegiatan di dalam rumah saja, tetapi karena subjek TN merasa kesulitan dengan akses menuju tempat kegiatan akhirnya ia memtuskan untuk mengajak subjek DC mengikuti kegiatan tersebut supaya bisa sama-sama berkegiatan. Sehingga, sama dengan subjek DC ia bergabung dalam komunitas senam prodia ini selama 3 bulan lamanya. Jadi, berdasarkan hasil waawancara yang dilakukan dengan kelima orang subjek alasan mereka mengambil keputusan untuk mengikuti kegiatan adalah karena munculnya permasalah dalam diri mereka seperti, kesepian, banyaknya waktu luang, pengalihan akan kejadian di masa lalu, pelarian dari permasalahan yang ada di rumahnya yang menyebabkan dirinya merasa kurang berkualitas. Searah dengan pernyataan yang diungkapkan oleh kelima subjek tersebut, dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan. Dimana lansia sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan atau kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi konflik (Dermawan, 2004). Dimana hal tersebut sesuai dengan contoh kasus yang telah disebutkan diatas. Lansia mengambil keputusan karena adanya kondisi kondisi yang tidak pasti dalam hidupnya sehingga mereka mencoba untuk mencari sebuah kepastian dengan bergabung dengan komunitas tertentu. Seperti, kepastian akan kesehatan, kepastian akan

10 hubungan sosial dan juga kepastian psikologis yang itu semua termasuk dalam aspek-aspek kualitas hidup. Dalam hal ini, kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial (Sutikno, 2011). Larasati (2009) menyatakan subyek dengan kualitas hidup positif terlihat dari gambaran fisik subyek yang selalu menjaga kesehatannya, dalam aspek psikologis subyek berusaha meredam emosi agar tidak mudah marah, hubungan sosial subyek baik dengan banyaknya teman yang dimilikinya, lingkungan mendukung dan memberi rasa aman kepada subyek. Subyek dapat mengenali diri sendiri, subyek mampu beradaptasi dengan kondisi yang dialami saat ini, subyek mempunyai perasaan kasih kepada orang lain dan mampu mengembangkan sikap empati dan merasakan penderitaan orang lain. Dalam penelitian Septiningsih (2012) disebutkan bahwa kegiatan dan keterikatan dalam kelompok akan menghadirkan nuansa kegembiraan pada saat pertemuan berlangsung. Setidaknya usia lanjut memiliki agenda kapan bisa bertemu dengan teman-teman untuk saling bertukar informasi dan bersendau gurau. Beberapa hal tersebut diatas bisa didapatkan jika subjek mampu bersosialisasi dengan baik meskipun dalam rentang usia yang sudah tidak

11 muda lagi. Adapun beberapa langkah dalam meningkatkan kualitas hidup dengan melakukan pengambilan keputusan untuk terlibat dalam kelompok kegiatan tertentu seperti senam lansia yang didalamnya terdapat banyak teman sebayanya yang nantinya dapat saling berinteraksi dan memberikan suatu pengalaman yang bisa menjadikan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Dari permasalahan yang ada tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara kualitas hidup dengan pengambilan keputusan pada lansia yang bergabung dalam komunitas senam prodia Purwokerto B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara kualitas hidup dengan pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan pada lansia komunitas senam prodia Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Untuk menguji hubungan antara kualitas hidup dengan pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan pada lansia komunitas senam prodia Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan mengenai antara kualitas hidup dengan pengambilan

12 keputusan pada lansia yang bergabung dalam komunitas senam. Hasil penelitian ini juga dapat dikembangkan lagi dengan variabel-variabel lain maupun subjek lainnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta senam lansia, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sehingga peserta senam lansia senantiasa meningkatkan kualitas hidupnya maupun pembuatan keputusan. b. Akademisi, penelitian ini dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan kualitas hidup maupun pengambilan keputusan. c. Peneliti, melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan serta dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.