thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN. commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

KORELASI KADAR F 2 -ISOPROSTAN URIN DAN ESTIMASI LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYOR KARYA AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB III ANALISIS III-1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. prevalensi tuberkulosis tertinggi ke-5 di dunia setelah Bangladesh, China,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. autosomal resesif. Kelainan ini menyebabkan produksi hemoglobin (Hb)

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

GAMBARAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA)SERUM PADA LANSIA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tembakau merupakan salah satu komuditas perkebunan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Diameter Folikel Hasil pengamatan Tabel 3 menunjukkan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talasemia adalah penyakit genetik kelainan darah akibat penurunan produksi rantai globin, sehingga menyebabkan anemia. Distribusi talasemia terkonsentrasi pada thalassemia belt, yaitu daerah yang mencakup mediterania ke timur sampai Asia Tenggara dan ke selatan sampai Afrika Utara. Menurut World Health Organization, sekitar 5% dari seluruh populasi dunia adalah karier talasemia. Talasemia beta adalah jenis talasemia yang paling banyak diderita, dan mayor menyebabkan anemia yang berat. Frekuensi karier tertinggi di Asia terdapat di Indonesia (Rejeki et al., 2012; Rodak et al., 2012; Latif et al., 2013). Salah satu pengobatan yang dilakukan pada penderita talasemia adalah transfusi darah setiap dua sampai empat minggu (Rejeki et al., 2012). Transfusi yang dilakukan terus menerus dapat menyebabkan kelebihan besi dalam tubuh (iron overload) (Longo et al., 2012). Besi yang jumlahnya meningkat ini, dalam bentuk ferrous iron (Fe 2+ ) dapat mengalami reaksi Fenton yang membentuk radikal bebas, menyebabkan stres oksidatif dengan salah satu akibatnya adalah peroksidasi lipid (Chiou et al., 2006; Rubin dan Strayer, 2012). Peroksidasi lipid dapat mengurai lipid menjadi malondialdehyde (MDA), F 2 -isoprostan (F 2 -IsoPs), dan lain-lain (Rahman et al., 2012; Ayala et al., 2014). Peroksidasi lipid membran dapat mengganggu fungsi dan integritas sel normal. Maka pengukuran produk peroksidasi lipid adalah cara yang umum untuk menggambarkan stres oksidatif (Montuschi et al., 2004; Chiou et al., 2006; Comporti et al., 2008). Peroksidasi lipid dapat diukur dengan pengukuran kadar MDA dengan pemeriksaan thiobarbituric acid-reacting substances (TBARS), yang merupakan produk peroksidasi. Namun pemeriksaan MDA mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang rendah, dan 1

2 thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah prostaglandin (PG) like substance yang dibentuk in vivo secara nonenzimatik [independen dari enzim cyclooxygenase (COX)], terutama dari peroksidasi asam arakidonat (AA) yang dimediasi radikal bebas. F 2 -isoprostan adalah kelompok yang terdiri dari 64 zat yang mempunyai struktur isomer dengan PGF 2, dengan isomer yang paling banyak diperiksa dan digunakan dalam penelitian adalah 8-IsoPs (Montuschi et al., 2004; Matayatsuk et al., 2007; Comporti et al., 2008; Cayman, 2014). F 2 - isoprostan adalah produk peroksidasi lipid dan dapat digunakan sebagai marker stres oksidatif (Matayatsuk et al., 2007). Pengukuran F 2 -IsoPs adalah cara paling reliabel untuk menggambarkan status stres oksidatif in vivo, dan sangat berguna dalam mempelajari peran stres oksidatif pada patogenesis penyakit-penyakit manusia. Pengukuran F 2 -IsoPs mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan marker stres oksidatif lainnya, yaitu stabil secara kimia karena kurang reaktif, merupakan produk spesifik peroksidasi, dibentuk in vivo, dan dapat diukur pada semua jaringan dan cairan biologis (Montuschi et al., 2004; Comporti et al., 2008). Akumulasi besi dan stres oksidatif ini dapat terjadi pada hepar dan menimbulkan kerusakan pada hepar (Srichairatanakool dan Fucharoen, 2014; Hosen et al., 2015). Kandungan besi hepar berkorelasi sangat baik dengan kandungan besi total tubuh (Orkin et al., 2009). Enzim aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT) dan gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim yang dapat digunakan sebagai marker kerusakan hepar. Enzim-enzim di dalam hepatosit ini berperan dalam fungsi metabolik, dan enzim-enzim ini dapat terlepas ke dalam sirkulasi jika terjadi kerusakan pada hepatosit, sehingga kadarnya dalam darah meningkat (Kaplan dan Pesce, 2010). Peningkatan sintesis GGT dan kadar GGT serum dapat diinduksi oleh deplesi glutathione (GSH) akibat stres oksidatif yang disebabkan iron overload (Lee et al., 2004).

3 Beberapa analit yang juga digunakan untuk menilai gangguan hepar antara lain adalah alkaline phosphatase (ALP), albumin dan bilirubin (Kaplan dan Pesce, 2010; Pagana dan Pagana, 2014). Enzim ALP meningkat pada pertumbuhan tulang normal pada anak usia muda dan juga gangguan tulang yang dapat terjadi pada mayor (Perisano et al., 2012; Pagana dan Pagana, 2014). Albumin adalah reaktan negatif, dan kadarnya dalam darah menurun pada kondisi inflamasi yang dapat terjadi pada (Walter et al., 2008; Fischbach dan Dunning, 2009). Pada mayor juga terdapat perbedaan komposisi hemoglobin yang menyebabkan perbedaan hemolisis, maka kadar bilirubin dapat bervariasi. Oleh sebab-sebab di atas, maka ALP, albumin dan bilirubin tidak cocok digunakan sebagai marker hepar pada pasien anak-anak dengan mayor. Pada penelitian ini akan dianalisis mengenai korelasi antara kadar F 2 - IsoPs dengan marker hepar yaitu AST, ALT dan GGT serum pada pasien mayor. B. Perumusan Masalah Apakah terdapat korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar pada pasien mayor. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengetahui korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar pada pasien mayor. 2. Tujuan khusus: a. Mengetahui korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar AST pada pasien mayor. b. Mengetahui korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar ALT pada pasien mayor. c. Mengetahui korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar GGT pada pasien mayor.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan: Dapat diketahui mengenai korelasi kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar khususnya AST, ALT dan GGT serum pada pasien mayor. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis: pemeriksaan kadar AST, ALT dan GGT serum dapat digunakan untuk menggambarkan adanya kandungan besi pada hepar yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada hepar, dan juga dapat untuk memperkirakan kandungan besi tubuh pada pasien mayor, sehingga dapat membantu klinisi dalam memutuskan tindakan atau terapi. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti marker stres oksidatif dan marker hepar pada pasien talasemia, namun penelitian mengenai korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar yaitu AST, ALT dan GGT serum pada pasien mayor belum pernah dilakukan. Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Peneliti dan Judul Penelitian Jumlah Kasus Hasil Penelitian 1. Matayatsuk et al., 17 pasien Elevated F 2 -isoprostanes in thalassemic patients serta 9 kontrol sehat Free Radic Biol Med. 2007. 43:1649-1655. 2. Awadallah et al., Ischemia modified albumin : an oxidative stress marker in -thalassemia major Clin Chim Acta. 2012. 413:907-910. 101 pasien mayor serta 65 kontrol sehat Kadar F 2 -IsoPs urin pada pasien talasemia lebih tinggi dibandingkan kontrol (p = 0,002). Kadar F 2 -IsoPs plasma total pada pasien talasemia lebih tinggi dibandingkan kontrol (p = 0,0003). Kadar AST, ALT dan MDA lebih tinggi pada pasien mayor dibandingkan kontrol (p = 0,000; p = 0,000 dan p = 0,000). Terdapat korelasi bermakna antara MDA dengan AST (r = 0,359; p = 0,000) dan ALT (r = 0,445; p = 0,000).

5 Tabel 1. Keaslian Penelitian (Lanjutan) No. Peneliti dan Judul Penelitian Jumlah Kasus Hasil Penelitian 3. Sengsuk et al. 111 pasien Association of iron overload with oxidative stress, hepatic mayor talasemia dan damage and dyslipidemia in beta/hbe serta transfusion-dependent - 60 kontrol thalassemia/hbe patients sehat Ind J Clin Biochem. 2014. 29(3):298-305. 4. Simsek et al., Oxidant and antioxidant status in beta thalassemia major patients 11 pasien mayor serta 10 kontrol sehat Kadar AST, ALT dan MDA lebih tinggi pada pasien mayor dan pasien /HbE dibandingkan kontrol (p < 0,001; p < 0,001 dan p < 0,001). Terdapat korelasi bermakna antara MDA dengan AST (r = 0,347; p < 0,001) dan ALT (r = 0,226; p = 0,017). Kadar MDA lebih tinggi pada pasien mayor dibandingkan kontrol (p < 0,05). J Ankara Univ Faculty Med. 2005. 58:34-38. 5. Hosen et al., Association of AST, ALT, ALB and total protein with beta-thalassemia in Bangladeshi population IJAR. 2015. 3(1):991-995. 35 pasien serta 30 kontrol sehat Kadar AST dan ALT lebih tinggi pada pasien talasemia beta dibandingkan kontrol (p < 0,001 dan p < 0,001).

6