BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2006, yaitu 28%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Depkes RI, 2007). Terlihat angka prevalensi ibu hamil sebesar 40,1%, menunjukkan masih sangat besar angka kejadian anemia pada ibu hamil. Angka anemia pada kehamilan trimester I sebesar 3.8%, trimester II sebesar 13,6% dan pada trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan penanggulangan yang serius karena jika diabaikan akan mempengaruhi generasi yang mendatang. Anemia pada ibu hamil tidak hanya disebabkan karena kurangnya asupan gizi tetapi juga karena anemia yang diderita saat remaja (Manuba, 2006). Salah satu penyebab anemia pada wanita adalah kehilangan darah saat menstruasi dan kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, protein, asam folat dan B12. Pada saat menstruasi terjadi pembuangan zat besi setiap menjalani siklus menstruasi setiap bulan, sehingga remaja putri lebih rentan terhadap anemia. Volume darah yang keluar selama periode menstruasi normalnya berkisar antara 25 ml 60 ml, sedangkan volume darah yang keluar lebih dari 80 ml terjadi pada golongan remaja yang mengalami waktu menstruasi yang lama. Pengeluaran darah dalam waktu yang lama ketika menstruasi menunjukkan kehilangan simpanan zat besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Semakin lama 1
2 wanita mengalami menstruasi maka semakin banyak pula darah yang keluar dan semakin banyak kehilangan timbunan zat besi. Oleh karena itu wanita yang ketika mengalami menstruasi dalam waktu yang lama merupakan golongan yang lebih cendrung mengalami defesiensi besi (Arisman, 2004). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia defisensi besi pada remaja putri usia 10-18 tahun 57,1% dan usia 19-45 tahun 39,5% (Ryan, 2008). Defisiensi zat besi terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit. Ketidakcukupan dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi dalam bahan makanan. Zat besi di dalam tubuh bisa diperoleh melalui makanan hewani seperti daging, telur, ayam, dan ikan. Besi di butuhkan dalam tubuh untuk produksi hemoglobin. Besi juga merupakan mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi menghantarkan oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh. Kekurangan zat besi dalam tubuh dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan terjadinya anemia defesiensi besi, sehingga anemia defesiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah (Bakta, 2006). Zat gizi lain yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin adalah protein. Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Salah satu peranan esensial dari protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain adalah membangun serta memelihara sel-sel dari jaringan tubuh. Angka kecukupan protein pada wanita dewasa sebesar 48 mg/hari (Supariasa, 2010 ). Protein dalam tubuh manusia berperan sebagai pembentuk butir-butir darah (hemopoisis) yaitu pembentukan eritrosit dengan hemoglobin di dalamnya.
3 Protein dapat diperoleh melalui sumber pangan salah satunya adalah susu. Selain mengandung protein susu juga mengandung hampir semua zat-zat makanan seperti karbohidrat, kalsium, mineral dan vitamin. Protein dalam susu terdiri dari kasein dan whey. Kasien terdiri atas empat jenis polipeptida. Whey terdiri dari serum albumin dan protein antimikroba yang berupa laktabumin (Edwars dalam Budimarwani, 2009). Susu terbagi menjadi 2 yaitu susu hewani dan susu nabati. Beberapa orang alergi terhadap susu hewani serta susu hewani dapat meningkatkan kadar kolesterol sehingga sebagian orang mulai mengkonsumsi susu nabati dalam bentuk susu kedalai sebagai pengganti susu hewani (Santoso, 1994). Susu kedelai merupakan salah satu hasil olahan ekstraksi dari kedelai. Susu kedelai harganya lebih murah dari pada susu hewani dan dapat dibuat dengan teknologi dan peralatan sederhana sehingga semua orang dapat membuat sendiri di rumah. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai sering digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terurama kandungan proteinnya. Kandungan protein dalam susu kedelai yaitu sebesar 3,50 mg. Pemberian susu kedelai yang kaya akan protein, dimungkinkan juga akan memberikan cadangan yang disimpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang untuk menyediakan kebutuhan akan protein, khususnya untuk pembentukan hemoglobin (Sudoyo, 2009). Cara untuk mengetahui seseorang menderita anemia atau tidak yaitu dengan dilakukan pemeriksaan hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli. Hasil pemeriksaan hemoglobin dapat digolongkan sebagai berikut : (1) Hb 11 gr% : tidak anemia, (2) Hb 9-10gr% : anemia ringan, (3) 7-8 gr% : anemia sedang, Hb <7 gr% : anemia berat ( Manuba, 2011).
4 Dampak anemia pada wanita dewasa muda adalah sebagai berikut menurunnya produktifitas, menurunnya konsentrasi, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit, menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot serta meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu (Bakta, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kim et al, pada tahun 1993 terhadap 1712 orang wanita yang berusia 18-44 tahun, ditemukan bahwa nilai rata-rata hemoglobin adalah paling rendah pada saat wanita menstruasi dan paling tinggi pada fase luteal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariah (2006) juga ditemukan bahwa ada hubungan antara pola haid dan konsumsi zat sumber penghambat penyerapan zat besi pada siswi SMU di Kecamatan Mauk Tanggerang. Penelitian yang dilakukan oleh Latif, dkk pada tahun 2005 prevalensi anemia remaja di Jawa Timur sebesar 54,49%. Dengan besarnya prevalensi anemia pada remaja putri di Jawa Timur maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai anemia di Jawa Timur. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswi di PSIK 7A Universitas Muhammadiyah Malang tahun ajaran 2012-2013 pada 45 orang. Didapatkan hasil 10 mahasiswi mengatakan terjadi pendarahan dalam jumlah banyak pada saat menstruasi hal ini diindikasikan dengan penggantian pembalut sebanyak 3 kali sehari selama menstruasi berlangsung, selain itu 10 mahasiswi tersebut memiliki siklus menstruasi yang lama yaitu lebih dari 8 hari. Sebanyak 10 mahasiswi tidak pernah mengkonsumsi supplement Fe selama menstruasi. Dari hasil wawancara Peneliti kepada 5 mahasiswi, didapatkan hasil tidak terbiasa mengkonsumsi susu saat menstruasi, hal ini dikarenakan mereka merasa mual apabila mengkonsumsi susu sapi saat menstruasi, dan sebagian darimereka juga mengatakan mengkonsumsi susu sapi
5 akan mengakibatkan alergi mereka kambuh dan mereka lebih menyukai mengkonsumsi susu kedelai dari pada susu sapi, meraka juga lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji dan minuman-minuman bersoda. Hasil wawancara kepada 10 mahasiswi antara lain mengeluh pusing, mual, lemas saat mengalami menstruasi, serta didapatkan hasil mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan kadar Hb pada saat menstruasi dan mengalami gejala tersebut, mereka juga mengatakan jarang mengkonsumsi sayuran terutama sayur bayam karena banyak dari mereka yang tidak suka mengkonsumsi sayur. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah hubungan antara lama menstruasi, jumlah darah menstruasi, konsumsi zat besi dan protein (susu kedelai) dengan kejadian anemia pada Pada Mahasiswi Jurusan S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesahatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah HubunganAntara Lama Menstruasi dan Jumlah Darah Menstruasi, Konsumsi Zat Besi Dan Konsumsi Protein (Susu kedelai) Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Antara Lama Menstruasi, Jumlah Darah Menstruasi, Konsumsi Zat Besi Dan Konsumsi Protein (Susu Kedelai) Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi Jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
6 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kejadian anemia pada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Mengidentifikasi lama menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Mengidentifikasi jumlah darah menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang 4. Mengidentifikasi konsumsi zat besi pada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 5. Mengidentifikasi konsumsi protein (susu kedelai) pada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 6. Menganalisis hubungan antara lama menstruasi dan jumlah darah menstruasi, konsumsi zat besi dan konsumsi protein (susu kedelai) dengan kejadian anemiapada Mahasiswi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 7. Menganalisis daya hubungan faktor lama menstruasi dan jumlah darah menstruasi, konsumsi zat besi, dan konsumsi protein (susu kedelai) dengan kejadian anemia pada Mahasiswi S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswi S1 Keperawatan Bagi semua mahasiswi perlu memperhatikan tentang menstruasinya mulai dari jumlah hari yang diperlukan saat menstruasi dan jumlah darah yang keluar saat terjadinya menstruasi agar tidak menyebabkan anemia. Mahasiswi dapat memperbaiki pola konsumsinya dengan mengkonsumsi beragam makanan
7 bergizi yang mengandung zat besi dan protein untuk membantu penyerapan zat besi dalam tubuh dan terutama saat mengalami menstruasi untuk mencegah terjadinya anemia, sehingga tidak menurunnya konsentrasi bejalar dan menurunnya kebugaran tubuh yang berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memperkaya bahan bacaan tentang menstruasi, zat besi dan protein dan khususnya untuk mencegah terjadinya anemia yang lebih banyak pada wanita. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya dengan menambahkan variabel yang lain dengan populasi sampel yang lebih besar. 1.5 Keaslian Penelitian Dining (2011) Efektifitas Penyuluhan Tentang Zat Besi (fe) Dan Protein Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Trimester III di UPTD Kesehatan Kepanjen Kidul Kota Blitar. Dalam hal ini Desain penelitian adalah Quasi Experimental. Dari hasil penelitian di dapatkan rerata (mean) kadar Hb pre penyuluhan 11,47 gr/dl dengan kadar Hb minimum 10 gr/dl, kadar Hb maksimum 13,8 gr/dl dan standart deviasi 1,11. Sedangkan rerata (mean) kadar Hb post penyeluhan 11,73 gr/dl dengan kadar Hb minimum 10,2 gr/dl kadar Hb maksimum 13,3 gr/dl dan standart deviasi 0,838. Perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu pengukuran kadar Hb tidak hanya dilakukan pada ibu hamil saja, tetapi pada remaja yang mengalami menstruasi juga sangat penting karena untuk mencegah terjadinya anemia. Asupan zat besi dan protein juga sangat penting bagi remaja yang mengalami menstruasi. Saran dari peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai refrensi
8 untuk dapat mengukur kadar Hb serta hubungan dari mengkonsumsi Fe dan protein terhadap kadar Hb. Prastika (2011) Hubungan Lama Menstruasi Dengan Kadar Hb pada Remaja Siswi SMAN 1 Wonosari. Dalam hal ini desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel diambil sebanyak 30 siswi SMA 1 Wonosari. Hasil penelitian menggunakan hasil kali product-momen dari pearson didapatkan nilai p=0,000 (<0,05) dan r=0,624 (>0,361) dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kadar Hb pada remaja siswi SMA 1 Wonosari. Perbedaan dengan penelitian selanjutnya sampel yang digunakan berbeda serta terdapat 2 penambahan variable yaitu konsumsi supplement Fe dan susu kedelai terhadap kadar Hb. Nurlina dan Kiki (2011) Hubungan Antara Pola Menstruasi Dan Konsumsi Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Informatika Ciamis. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menyimpulkan rata-rata siklus menstruasi responden 20,93 hari, ratarata lama hari menstruasi responden adalah 9,04 hari, dan rata-rata kadar hemoglobin 11,27 gr/dl. Didapatkan hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian anemia (p=0,025 dan OR=4,54) dan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia (P=0,000 dan OR=44,3). Perbedaan dengan penelitian selanjutnya sampel yang digunakan berbeda serta terdapat penambahan satu variabel yang diteliti terhadap kadar Hb. Saran dari peneliti kepada peneliti selanjutnya untuk memperbaiki pola konsumsi dengan mengkonsumsi makanan bergizi terutama untuk meningkatkan penyerapan zat besi pada saat menstruasi.