III HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

II. BAHAN DAN METODE

II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.3. Metode Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Latar belakang. Kerusakan hutan. Perlu usaha: Perlindungan Pemantauan 22/06/2012

KARAKTERISTIK BACKSCATTER CITRA ALOS PALSAR PADA TEGAKAN HUTAN TANAMAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6 Kenampakan pada citra Google Earth.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

III. BAHAN DAN METODE

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 1 : 1-16 (2003)

BAB III METODE PENELITIAN

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah lokasi penelitian tumpahan minyak berada di sekitar anjungan

5. SIMPULAN DAN SARAN

BAB II METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Operasi dalam Erdas 12/18/2011 IMAGE ENHANCEMENT (PENAJAMAN CITRA) A. Radiometric Enhancement. a. Histogram Match Mengapa perlu Histogram Match :

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Phased Array Type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)

ESTIMASI BIOMASSA PADA DAERAH REKLAMASI MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS PALSAR : Studi Kasus Wilayah Kerja Pertambangan Batubara di Kalimantan Timur

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. 23 LAMPIRAN

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 1 : 1-16 (2003)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. global, sehingga terjadi penyimpangan pemanfaatan fungsi hutan dapat merusak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 2 : (2000)

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

Estimasi Stok Karbon di Kawasan Penambangan Akibat Perubahan Luas Penutupan Lahan Terkait dengan REDD

III. METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 2 : (2000)

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Analisa Tutupan Hutan Pulau Nunukan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara

Statistika Industri II TIP - FTP UB

PENDAHULUAN. Latar Belakang

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA

Transkripsi:

25 3.1 Eksplorasi Data Lapangan III HASIL DAN PEMBAHASAN Data lapangan yang dikumpulkan merupakan peubah-peubah tegakan yang terdiri dari peubah kerapatan pancang, kerapatan tiang, kerapatan pohon, diameter batang pancang, diameter batang tiang, diameter batang pohon, tinggi total pancang, tinggi total tiang, tinggi total pohon, luas bidang dasar pancang, luas bidang dasar tiang, luas bidang dasar pohon, biomasa pancang, biomasa tiang, biomasa pohon, tebal tajuk pancang, tebal tajuk tiang, tebal tajuk pohon, diameter tajuk pancang, diameter tajuk tiang, diameter tajuk pohon, persentasi tutupan tajuk dan Leaf Area Index (LAI). Peubah tegakan diukur pada tingkat pancang, tingkat tiang dan tingkat pohon. Rekapitulasi data untuk setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Lampiran 1. 3.1.1 Kerapatan Tegakan Peubah kerapatan tegakan yang digunakan adalah kerapatan pancang, kerapatan tiang dan kerapatan pohon. Berdasarkan rumus kerapatan, maka diperoleh hasil kerapatan rata-rata, kerapatan minimal dan kerapatan maksimal pada tingkat pancang, tiang dan pohon seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Kerapatan tegakan menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Kerapatan (n/ha) pertumbuhan minimal maksimal rataan Pancang 400 6800 1470 Tiang 100 1300 512 Pohon 20 368 214 3.1.2 Diameter Batang Hasil pengukuran lapangan, diperoleh nilai minimal, nilai maksimal dan nilai rataan diameter batang untuk tingkat pancang, tingkat tiang dan tingkat pohon. Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa tingkat pancang memiliki diameter batang paling rendah 5 cm dan paling tinggi 9 cm dengan rata-rata diameter batang 6,8 cm. Tingkat tiang memiliki diameter batang paling rendah 11 cm dan paling tinggi 18 cm dengan rata-rata diameter batang 14,3 cm, sedangkan tingkat pohon memiliki diameter batang paling rendah 25 cm dan paling tinggi 42 cm dengan rata-rata diameter batang 31,3 cm.

26 Tabel 4 Diameter batang menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Diameter batang (cm) pertumbuhan minimal maksimal rataan ragam Pancang 5 9 6.8 1 Tiang 11 18 14.3 4 Pohon 25 42 31.3 14 3.1.3 Tinggi Total Tinggi total tumbuhan diukur dari permukaan tanah sampai puncak tajuk. Dari data yang diperoleh di lapangan, data tinggi total minimal, tinggi total maksimal dan tinggi total rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Tinggi total menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Tinggi total (m) pertumbuhan minimal maksimal rataan Ragam Pancang 3 15 8.2 9 Tiang 6 19 12.6 7 Pohon 11 23 17.3 8 Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa tinggi total tingkat pancang berkisar antara 3 m sampai dengan 15 m. Tingkat tiang memiliki tinggi total antara 6 m sampai dengan 19 m, sedangkan tingkat pohon, tinggi total paling rendah 11 m dan tinggi total paling tinggi 23 m. 3.1.4 Biomasa Kandungan biomasa dihitung menggunakan persamaan allometrik yang dikembangkan oleh Basuki et al. (2009). Nilai minimal, nilai maksimal dan nilai rataan kandungan biomasa pada tingkat pancang, tingkat tiang dan tingkat pohon disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Biomasa menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Biomasa (ton/ha) pertumbuhan minimal maksimal rataan ragam Pancang 4.3 163.8 31.3 1087 Tiang 5.8 119.4 53.7 894 Pohon 24.5 454.1 157.0 8152

27 3.1.5 Luas Bidang Dasar Luas bidang dasar dihitung dengan rumus luas bidang dasar dengan satuan m 2 /ha. Adapun luas bidang dasar paling besar pada tingkat pohon adalah 43,51 m 2 /ha dan luas bidang dasar paling kecil untuk tingkat pohon adalah 3,00 m 2 /ha. Tingkat tiang memiliki luas bidang dasar paling besar yaitu 20,29 m 2 /ha dan luas bidang dasar tingkat tiang paling kecil yaitu 0,22 m 2 /ha. Sedangkan luas bidang dasar untuk tingkat pancang paling besar yaitu sebesar 28,55 m 2 /ha dan luas bidang dasar tingkat pancang paling kecil yaitu sebesar 0,82 m 2 /ha. Luas bidang dasar menurut tingkat pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Luas bidang dasar menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Luas bidang dasar (m 2 /ha) pertumbuhan minimal maksimal rataan ragam Pancang 0.82 28.55 5.54 34 Tiang 0.22 20.29 8.44 25 Pohon 3.00 43.51 19.54 88 3.1.6 Tebal Tajuk Hasil pengukuran tebal tajuk di lapangan, tebal tajuk pohon paling tinggi sebesar 5,3 meter dan yang paling rendah sebesar 2,5 meter. Tingkat tiang memiliki tebal tajuk paling tinggi 4,8 meter dan paling rendah 1,0 meter, sedangkan tingkat pancang tebal tajuk paling tinggi 2 meter dan paling rendah 0,3 meter. Tebal tajuk menurut tingkat pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Tebal tajuk menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Tebal tajuk (m) pertumbuhan minimal maksimal rataan ragam Pancang 0.3 2.0 1.1 1 Tiang 1.0 4.8 2.3 24 Pohon 2.5 5.3 3.8 33 3.1.7 Diameter Tajuk Diameter tajuk merupakan rata-rata hasil pengukuran arah Utara Selatan dan Timur Barat. Hasil pengukuran lapangan diperoleh diameter tajuk pohon paling besar adalah 9,4 meter dan diameter tajuk pohon paling kecil sebesar 4,7 meter.

28 Tingkat tiang memiliki diameter tajuk paling besar 7,5 meter dan diameter paling kecil 1,6 meter. Sedangkan tingkat pancang, 5,3 meter merupakan diameter tajuk paling besar dan 0,5 meter diameter tajuk paling kecil. Ukuran minimal, maksimal dan rataan diameter tajuk dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Diameter tajuk menurut tingkat pertumbuhan Tingkat Diameter tajuk (m) pertumbuhan minimal maksimal rataan ragam Pancang 0.5 5.3 1.9 11408 Tiang 1.6 7.5 3.8 5812 Pohon 4.7 9.4 6.6 1713 3.1.8 Persentasi Tutupan Tajuk Persentasi tutupan tajuk dihitung menggunakan software ArcView 3.3 (extension IHMB yang dikembangkan oleh Jaya tahun 2008). Dari hasil perhitungan, persentasi tutupan tajuk paling kecil yaitu 4% dan persentasi tutupan tajuk paling besar 96% dengan rata-rata persentasi tutupan tajuk 50%. 3.1.9 Leaf Area Index Nilai leaf area index diketahui dengan menggunakan software HemiView versi 2.1. Leaf area index paling besar yaitu 1,94 dan leaf area index paling kecil yaitu 0,27 serta rata-rata leaf area index yaitu 1,16. 3.2 Pra Pengolahan Citra ALOS PALSAR Citra ALOS PALSAR Provinsi Sumater Utara liputan Juni tahun 2009 dipotong sesuai dengan lokasi penelitian yang dibutuhkan, hal ini dilakukan untuk membatasi citra sehingga analisis dapat lebih fokus dan pemrosesan citra berlangsung lebih cepat. Citra dipotong pada koordinat 98 o 43 00 BT sampai dengan 98 o 64 00 BT dan 2 o 54 00 LU sampai dengan 2 o 86 00 LU. Citra ALOS PALSAR yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari dua polarisasi yaitu HH dan HV yang dapat diperlakukan sebagai band. Untuk menampilkan warna citra komposit diperlukan tiga band pada Red, Green Blue, sehingga diperlukan penambahan satu band sintetis. Dalam penelitian ini akan menggunakan band sintetis yang berasal dari turunan HH dan HV, yaitu HH dibagi HV (ratio).

29 Citra komposit ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter memiliki gangguan (noise) sehingga dilakukan reduksi noise menggunakan metode Filter Frost dengan moving window 7 x 7. 3.3 Pengolahan Citra ALOS PALSAR 3.3.1 Konversi Digital Number Citra ALOS PALSAR yang digunakan pada penelitian ini adalah citra komposit yang telah memiliki nilai bakcscatter. Nilai backscatter diperoleh dari konversi digital number untuk setiap polarisasi HH dan HV. Polarisasi HH dan HV dengan nilai backscatter disintesis sehingga memperoleh band baru yaitu HH/HV (ratio) yang memiliki nilai backscatter. Citra komposit dibentuk dengan menempatkan polarisasi HH pada gun red, polariasi HV ditempatkan pada gun green dan band sintetis (HH/HV) ditempatkan pada gun blue. 3.3.2 Klasifikasi tidak terbimbing ALOS PALSAR resolusi 50 meter Kelas awal yang dibentuk pada klasifikasi tidak terbimbing dalam penelitian ini sebanyak 20 kelas. Kelas tersebut merupakan nilai backscatter piksel yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan diagram dendrogram yang dibuat berdasarkan matrik jarak Euclidean dari masing-masing kelas. Penggambaran dendrogram dilakukan dengan menggunakan metode single linkage. Berdasarkan matriks jarak Euclidean pada Tabel 10, kelas-kelas diurutkan untuk membentuk sebuah dendrogram menggunakan metode tetangga terdekat (nearest neighbour method) dimulai dari kelas C17 (1.0292), C18 (1.0292), C16 (1.27557), C14 (1.46078), C13 1.271), C11 (1.45863), C10 (1.53767), C19 (1.69353), C8 (1.78543), C7 (1.52479), C6 (1.56524), C4 (1.83715), C3 (2.01541), C12 (2.32108), C5 (2.39083), C9 (2.55156), C15 (2.56038), C2 (2.92082), C1 (3.62085), dan C20 (8.2447). Nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter 20 kelas disajikan pada Tabel 11. Hasil klasifikasi awal yang terdiri dari 20 kelas dengan metode unsupervised classification citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter disajikan pada Gambar 9, dan diagram dendrogram 20 kelas awal, klasifikasi menggunakan single linkage method disajikan pada Gambar 10.

30 Tabel 10 Matrik Jarak Euclidean 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C1 0 3.621 6.304 8.314 8.995 10.125 11.063 12.457 12.750 14.195 14.908 15.780 16.365 17.587 19.277 18.949 20.106 21.109 22.695 30.922 C2 0 2.921 4.908 6.164 6.746 7.885 9.161 9.935 10.938 11.829 13.022 13.263 14.519 16.433 15.813 16.911 17.930 19.562 27.743 C3 0 2.015 3.476 3.845 4.972 6.244 7.136 8.019 8.923 10.215 10.350 11.609 13.575 12.894 13.990 15.010 16.643 24.823 C4 0 2.447 1.837 3.112 4.265 5.533 6.049 7.048 8.541 8.445 9.713 11.789 10.958 12.026 13.050 14.697 22.852 C5 0 2.539 2.391 3.915 3.793 5.443 5.940 6.873 7.399 8.602 10.325 9.987 11.175 12.161 13.719 21.957 C6 0 1.565 2.446 4.194 4.231 5.322 7.019 6.680 7.951 10.120 9.158 10.205 11.231 12.887 21.025 C7 0 1.525 2.633 3.145 3.954 5.484 5.378 6.637 8.678 7.932 9.054 10.066 11.683 19.888 C8 0 2.820 1.785 2.979 4.973 4.264 5.533 7.798 6.713 7.762 8.787 10.441 18.590 C9 0 2.962 2.552 3.087 3.912 4.994 6.536 6.438 7.687 8.619 10.093 18.319 C10 0 1.538 3.837 2.558 3.807 6.190 4.934 5.978 7.002 8.656 16.809 C11 0 2.321 1.459 2.691 4.821 4.047 5.245 6.222 7.787 16.022 C12 0 2.402 2.750 3.515 4.132 5.393 6.163 7.423 15.537 C13 0 1.271 3.662 2.589 3.797 4.766 6.330 14.565 C14 0 2.560 1.461 2.733 3.628 5.120 13.362 C15 0 2.570 3.274 3.532 4.274 12.120 C16 0 1.276 2.184 3.752 11.980 C17 0 1.029 2.715 10.842 C18 0 1.694 9.828 C19 0 8.245 C20 0

31 Tabel 11 Nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter 20 kelas Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 3 1993 2000 1999 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 4 2000 1638 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 5 2000 2000 2000 1997 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 6 1937 1953 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 7 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 8 2000 1891 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 9 2000 2000 1995 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 10 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 11 2000 1971 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 12 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 13 1871 2000 2000 2000 2000 2000 2000 14 2000 2000 2000 2000 2000 2000 15 2000 2000 2000 2000 2000 16 1996 2000 2000 2000 17 1962 2000 2000 18 1997 2000 19 2000

32 Gambar 9 Hasil Unsupervised Classification 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter.

33 Gambar 10 Dendrogram 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter. Berdasarkan dendrogram Gambar 10, terdapat nilai spektral dari kelas yang dibentuk saling berdekatan. Kelas-kelas yang berdekatan dilakukan penyatuan (merging) hingga mencapai lima kelas untuk mengurangi kelas-kelas yang tidak diperlukan. Dari lima kelas baru yang terbentuk, plot-plot tersebar pada kelas tiga, kelas empat dan kelas lima. Untuk mengetahui keterpisahannya maka dibentuk matriks jarak Euclidean dan dendrogramnya serta dilakukan analisis keterpisahan menggunakan metode transformed divergence (TD). Diagram dendrogram 5 kelas dengan menggunakan metode single linkage disajikan pada Gambar 11 sedangkan matriks jarak Euclidean 5 kelas disajikan pada Tabel 12 dan gambar hasil klasifikasi 5 kelas dengan metode unsupervised classification citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter disajikan pada Gambar 12.

34 C3 (3.9565) C4 (3.9565) C5 (7.0354) C2 (10.195) C1 (10.23) Gambar 11 Dendrogram 5 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter. Tabel 12 Matrik jarak Euclidean 5 kelas pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m C1 C2 C3 C4 C5 C1 0 30.922 17.021 20.738 10.230 C2 0 13.982 10.194 20.739 C3 0 3.957 7.035 C4 0 10.554 C5 0 Berdasarkan hasil klasifikasi yang dilakukan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter menghasilkan lima kelas, dari lima kelas yang terbentuk, plot contoh di lapangan tersebar pada kelas tiga, empat dan lima. Untuk mengetahui keterpisahan statistik antar kelas tiga, empat dan lima, maka dilakukan analisis separabilitas menggunakan metode Transformed Divergence. Nilai keterpisahan citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter berdasarkan kelas-kelas yang memiliki plot contoh di lapangan disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter 5 kelas No Kelas 4 5 1 3 2000 2000 2 4 2000 Kelas-kelas yang memiliki plot contoh dilapangan termasuk ke dalam kategori keterpisahan yang sangat baik atau excellent dengan nilai TD 2000. Hal ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropis dapat dipisahkan kelas-kelasnya dengan memanfaatkan citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter.

Gambar 12 Hasil Unsupervised Classification 5 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter. 35

36 3.3.3 Klasifikasi tidak terbimbing ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter Pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter dibentuk dua puluh kelas awal. Berdasarkan matriks jarak Euclidean pada Tabel 14, kelas-kelas diurutkan untuk membentuk sebuah dendrogram menggunakan metode tetangga terdekat (nearest neighbour method) dimulai dari kelas C16 (1.47057), C17 (1.47057), C15 (1.5763), C18 (1.89805), C14 (1.9779), C10 (2.41605), C7 (2.39602), C5 (2.41812), C6 (2.43818), C8 (2.10243), C9 (2.03475), C12 (2.20844), C13 (2.3117), C4 (2.9014), C3 (3.00727), C19 (3.16672), C11 (3.23158), C2 (4.85695), C1 (3.48857), dan C20 (11.6451). Tabel 15 merupakan nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter 20 kelas. Gambar hasil klasifikasi awal yang terdiri dari 20 kelas dengan metode unsuverpised classification citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter disajikan pada Gambar 13. Diagram dendrogram 20 kelas awal, klasifikasi menggunakan single linkage method disajikan pada Gambar 14.

37 Tabel 14 Matrik Jarak Euclidean 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 C16 C17 C18 C19 C20 C1 3.489 8.282 9.676 11.184 11.226 13.242 13.326 14.477 15.584 17.189 16.662 18.828 17.986 19.957 20.932 21.935 22.162 24.781 34.348 C2 4.857 6.918 7.918 7.755 10.128 9.857 11.091 12.395 13.703 13.292 15.415 14.763 16.716 17.611 18.560 18.720 21.303 31.034 C3 3.766 3.259 3.007 5.648 5.076 6.238 7.729 9.009 8.442 10.559 10.030 11.952 12.782 13.706 13.881 16.532 26.199 C4 2.901 4.968 3.877 6.227 6.157 6.264 9.912 7.988 10.299 8.661 10.627 11.821 13.031 13.715 16.711 25.051 C5 2.438 2.418 3.329 3.480 4.494 7.055 5.555 7.818 6.845 8.799 9.752 10.801 11.233 14.111 23.167 C6 4.401 2.102 3.647 5.772 6.003 5.812 7.754 7.779 9.572 10.189 10.973 10.987 13.556 23.519 C7 4.147 2.935 2.396 6.837 4.264 6.552 4.808 6.784 7.944 9.162 9.930 12.994 21.226 C8 2.035 4.591 3.964 3.947 5.710 6.179 7.814 8.264 8.952 8.893 11.460 21.499 C9 2.609 3.919 2.208 4.370 4.190 5.929 6.578 7.469 7.767 10.633 19.974 C10 5.720 2.449 4.497 2.416 4.394 5.562 6.822 7.743 10.873 18.837 C11 3.428 3.232 5.686 6.401 6.068 6.157 5.471 7.639 18.357 C12 2.312 2.479 3.881 4.379 5.274 5.731 8.742 17.767 C13 3.177 3.262 2.859 3.253 3.424 6.443 15.792 C14 1.978 3.237 4.605 5.840 9.005 16.424 C15 1.576 3.047 4.674 7.727 14.453 C16 1.471 3.168 6.162 13.435 C17 1.898 4.717 12.555 C18 3.167 12.890 C19 11.645 C20

38 Tabel 15 Nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter 20 kelas Kelas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 3 1991 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 4 1961 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 5 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 6 2000 1991 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 7 2000 2000 1999 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 8 1992 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 9 2000 2000 1999 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 10 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 11 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 12 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 13 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 14 1966 2000 2000 2000 2000 2000 15 1901 2000 2000 2000 2000 16 1997 2000 2000 2000 17 1996 2000 2000 18 2000 2000 19 2000

39 Gambar 13 Hasil Unsupervised Classification 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter.

40 Gambar 14 Dendrogram 20 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter. Berdasarkan dendrogram dua puluh kelas awal yang terbentuk (Gambar 14), dilakukan merge (penggabungan) terhadap kelas yang memiliki nilai yang berdekatan. Hasil penggabungan kelas pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter menghasilkan lima kelas, dan dari lima kelas yang terbentuk, plot contoh berada hanya pada dua kelas yaitu pada kelas empat dan kelas lima. Diagram dendrogram 5 kelas klasifikasi menggunakan single linkage method disajikan pada Gambar 15 dan matriks jarak Euclidean 5 kelas disajikan pada Tabel 16. Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter disajikan pada Gambar 16

41 C4 (4.21759) C5 (4.21759) C3 (8.00198) C2 (8.52405) C1 (13.8265) Gambar 15 Dendrogram 5 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter. Tabel 16 Matrik Jarak Euclidean 5 kelas pada citra ALOS PALSAR Res. 6,25 m C1 C2 C3 C4 C5 C1 34.065 25.567 17.975 13.826 C2 8.524 16.269 20.278 C3 8.002 11.825 C4 4.218 C5 Berdasarkan hasil klasifikasi yang dilakukan pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter diperoleh lima kelas, dari lima kelas yang terbentuk, plot contoh di lapangan tersebar pada kelas empat dan lima. Untuk mengetahui keterpisahan statistik antar kelas empat dan lima, maka dilakukan analisis separabilitas menggunakan metode Transformed Divergence. Nilai keterpisahan citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter berdasarkan kelas-kelas yang memiliki plot contoh di lapangan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai separabilitas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter 5 kelas No Kelas 4 5 1 4 0 2000 2 5 0 Berdasarkan katergori keterpisahan, maka kelas-kelas yang memiliki plot contoh dilapangan termasuk ke dalam kategori keterpisahan yang sangat baik atau exellent dengan nilai TD 2000. Hal ini menunjukkan bahwa hutan hujan tropis dapat dipisahkan kelas-kelasnya dengan memanfaatkan citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter.

42 Gambar 16 Hasil Unsupervised Classification 5 kelas citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter.

43 3.4 Pemilihan Peubah 3.4.1 ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter Untuk mengetahui peubah-peubah tegakan yang mempengaruhi nilai backscatter pada hutan hujan tropis, maka dilakukan analisis diskriminan terhadap data gabungan antara data lapangan dan data hasil pengolahan citra ALOS PALSAR. Berdasarkan analisis diskriminan, peubah tegakan yang mempengaruhi nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter yang telah dilakukan noise reduction (speckle suppression) dengan filter frost ukuran 7 x 7 adalah luas bidang dasar pohon, biomasa pohon dan tinggi pohon. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18, bahwa ketiga peubah ini memiliki nilai F hitung yang lebih tinggi dibanding dengan peubah-peubah lainnya. Tabel 18 Tests of Equality of Group Means ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter Peubah tegakan Wilks' Lambda F Sig. Luas bidang dasar pohon 0,935 3,007 0,090 Biomasa pohon 0,936 2,922 0,095 Tinggi pohon 0,951 2,196 0,146 Diameter batang tiang 0,964 1,592 0,214 Persentasi tutupan tajuk 0,983 0,750 0,391 Tebal tajuk pohon 0,984 0,717 0,402 Diameter batang pohon 0,987 0,566 0,456 Tinggi tiang 0,987 0,562 0,458 Tebal tajuk tiang 0,988 0,526 0,472 Biomasa tiang 0,991 0,385 0,538 Diameter tajuk pohon 0,994 0,258 0,614 Tinggi pancang 0,994 0,240 0,626 Biomasa pancang 0,996 0,160 0,691 Kerapatan tiang 0,997 0,145 0,706 Luas bidang dasar pancang 0,997 0,144 0,706 Kerapatan pohon 0,998 0,068 0,795 Diameter tajuk pancang 0,999 0,051 0,823 Kerapatan pancang 0,999 0,046 0,832 Diameter batang pancang 1,000 0,017 0,895 Tebal tajuk pancang 1,000 0,011 0,917 Diameter tajuk tiang 1,000 0,010 0,921 Luas bidang dasar tiang 1,000 0,003 0,957 Leaf Area Index 1,000 0,003 0,959 Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar nilai luas bidang dasar pohon, biomasa pohon dan tinggi pohon maka nilai backscatter untuk kedua

44 polarisasi HH dan HV akan semakin besar. Hubungan peubah tegakan dengan nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter disajikan pada Gambar 17. Nilai hit ratio untuk ketiga peubah ini sebesar 60%. Hit ratio merupakan persentase jumlah contoh yang kelasnya dapat diprediksi secara tepat keanggotaanya. Hit ratio ini menunjukkan bahwa peubah tegakan terpilih yang mempengaruhi nilai backscatter mampu memprediksikan kelas secara tepat pada citra ALOS PALSAR resolusi spasial 6,25 meter adalah sebesar 60%. Hasil perhitungan persentasi klasifikasi nilai backscatter disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Persentasi hasil klasifikasi nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter Predicted Group Membership Class 1 2 Total 1 64,7 35,3 100 % 2 42,9 57,1 100 b. 60,0% of original grouped cases correctly classified. luas bidang dasar (m 2 /ha) 25 20 15 10 5 0-8.66-7.20 luas bidang dasar (m 2 /ha) 25 20 15 10 5 0-15.78-11.82 Backscatter HH Backscatter HV biomasa pohon (ton/ha) 200 150 100 50 0-8.66-7.20 biomasa pohon (ton/ha) 200 150 100 50 0-15.78-11.82 Backscatter HH Backscatter HV

45 tinggi pohon (m) 18 18 17 17 16 16-8.66-7.20 Backscatter HH Gambar 17 Grafik hubungan peubah tegakan dengan nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR resolusi 6,25 meter. 3.4.2 ALOS PALSAR resolusi 50 meter Pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter, berdasarkan analisis diskriminan, peubah tegakan yang mempengaruhi nilai backscatter adalah luas bidang dasar pohon dan biomasa pohon. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20, bahwa kedua peubah ini memiliki nilai F hitung yang lebih tinggi dibanding dengan peubah-peubah yang lainnya. Tabel 20 Tests of Equality of Group Means ALOS PALSAR resolusi 50 meter Wilks' Lambda F Sig. Luas bidang dasar pohon 0,838 4,057 0,024* Biomasa pohon 0,840 3,998 0,026* Kerapatan pohon 0,898 2,384 0,105 Tinggi tiang 0,914 1,973 0,152 Diameter tajuk tiang 0,914 1,969 0,152 Persentasi tutupan tajuk 0,920 1,824 0,174 Tinggi pancang 0,940 1,342 0,272 Diameter batang pancang 0,942 1,296 0,284 Diameter tajuk pohon 0,948 1,161 0,323 Diameter batang tiang 0,965 0,769 0,470 Luas bidang dasar pancang 0,970 0,644 0,530 Biomasa pancang 0,970 0,639 0,533 Kerapatan pancang 0,971 0,638 0,534 Diameter tajuk pancang 0,972 0,603 0,552 Diameter batang pohon 0,972 0,596 0,556 Tinggi pohon 0,975 0,537 0,588 Kerapatan tiang 0,976 0,527 0,594 Biomasa tiang 0,981 0,399 0,674 Luas bidang dasar tiang 0,982 0,391 0,678 Tebal tajuk pancang 0,986 0,303 0,740 Leaf Area Index 0,987 0,280 0,757 Tebal tajuk tiang 0,995 0,111 0,895 Tebal tajuk pohon 0,996 0,088 0,916 tinggi pohon (m) 18 18 17 17 16 16-15.78-11.82 Backscatter HV

46 Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar nilai luas bidang dasar pohon dan biomasa pohon maka nilai backscatter untuk kedua polarisasi HH dan HV akan semakin kecil. Nilai hit ratio untuk kedua peubah ini adalah 91,1%. Hubungan peubah tegakan dengan nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter disajikan pada Gambar 18. Nilai hit ratio 91,1% menunjukkan bahwa peubah tegakan terpilih yang mempengaruhi nilai backscatter mampu memprediksikan kelas secara tepat pada citra ALOS PALSAR resolusi spasial 50 meter adalah sebesar 91,1%. Hasil perhitungan persentasi klasifikasi nilai backscatter disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Persentasi hasil klasifikasi nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter Predicted Group Membership Class 1 2 3 Total 1 50,0 50,0 0 100 % 2 2,4 92,9 4,8 100 3 0 0 100,0 100 91,1% of original grouped cases correctly classified. luas bidang dasar pohon (m2/ha) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0-13.28-7.57-6.18 luas bidang dasar pohon (m2/ha) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0-19.03-14.93-11.23 Backscatter HH Backscatter HV

47 400 400 biomasa pohon (ton/ha) 350 300 250 200 150 100 50 biomasa pohon (ton/ha) 350 300 250 200 150 100 50 0 0-13.28-7.57-6.18-19.03-14.93-11.23 Backscatter HH Backscatter HV Gambar 18 Grafik hubungan peubah tegakan dengan nilai backscatter pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter. Contoh foto lapangan dan data leaf area index yang diambil dengan kamera lensa fisheye berdasarkan kelas-kelas yang terbentuk disajikan pada Gambar 19 untuk kelas 3, Gambar 20 untuk kelas 4 dan Gambar 21 untuk kelas 5. Dari contoh foto lapangan dapat dilihat kondisi tegakan, bahwa pada kelas 5 kondisi tegakan lebih rapat sehingga luas bidang dasar pohon, biomasa pohon yang mempengaruhi backscatter lebih tinggi yang menyebabkan nilai backscatter citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter baik pada polarisasi HH maupun polarisasi HV semakin kecil.

48 Foto arah Utara Foto arah Timur Foto arah Selatan Foto arah Barat Gambar 19 Foto lapangan dan LAI plot 50019 pada kelas 3 citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter.

49 Foto arah Utara Foto arah Timur Foto arah Selatan Foto arah Barat Gambar 20 Foto lapangan dan LAI plot 10002 pada kelas 4 citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter.

50 Foto arah Utara Foto arah Timur Foto arah Selatan Foto arah Barat Gambar 21 Foto lapangan dan LAI plot 10020 pada kelas 5 citra ALOS PALSAR resolusi 50 meter.

51 Dari analisis citra ALOS PALSAR resolusi spasial 6,25 meter dan resolusi spasial 50 meter diperoleh hasil bahwa, citra ALOS PALSAR dengan resolusi spasial 50 meter memiliki kemampuan yang lebih baik untuk dibedakan kelaskelasnya pada hutan hujan tropis. Hal ini didasarkan pada kemampuan peubah tegakan terpilih dalam mempengaruhi nilai backscatter di atas 85%. Peubah tagakan yang paling berpengaruh terhadap backscatter pada hutan hujan tropis adalah luas bidang dasar pohon yang merupakan fungsi dari diameter batang pohon, dan diikuti peubah biomasa pohon serta tinggi pohon. Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang mikro yang panjang (longer-wavelengt) yang dimiliki oleh citra radar ALOS PALSAR dengan band L mampu melakukan penetrasi hingga mencapai batang pohon (Smith 2006).