MASALAH WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT MOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA MELIANTI D : Abdul Karim Uddin, S.H., M.H

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus. AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KELALAIAN DEBITUR DALAM JUAL BELI TANAH 1 Oleh : Rael Wongkar 2

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

2 tersebut dapat dipakai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan atau dapat dimiliki oleh pembeli. Pengelolah pusat perbelanjaan menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

Transkripsi:

MASALAH WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT MOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA MELIANTI D 101 13 408 PEMBIMBING I PEMBIMBING II : Abdul Karim Uddin, S.H., M.H : Syamsu Thamrin, S.H., M.H ABSTRAK Secara khusus penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit motor dengan jaminan fidusia, 1. Wanprestasi yaitu suatu bentuk ingkar janji yang dilakukan oleh konsumen dalam hal ini debitur kepada kreditur dengan tidak melakukan hal-hal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak antara lain: sama sekali tidak memenuhi prestasi, tidak sempurna prestasi, dan terlambat berprestasi. Pada pelaksanaannya jika terjadi wanprestasi maka barang yang menjadi objek perjanjian maka haruslah disita atau dititipkan kepada pihak kreditur. Akibat yang akan ditimbulkan dari tindakan wanprestasi tersebut yaitu pihak kreditur memberikan surat peringatan kepada debitur, namun sesuai batas yang telah ditentukan tidak ada tanggapan positif dari debitur maka kreditur dapat menuntut debitur kepada pihak yang berwenang yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Perjanjian dengan Jaminan Fidusia memiliki resiko yang cukup besar, diantaranya kerugian yang akan dialami jika terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur. Tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dan mengakibatkan kerugian yang dialami kreditur, maka dasar hukumnya merujuk pada pasal 1238 KUHPerdata, sementara itu mengenai ganti rugi atas tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur diatur dalam pasal 1234 KUHPerdata. 2. Upaya wanprestasi kredit macet dapat ditempuh dengan dua jalan yaitu upaya litigasi melaluli jalur pengadilan dan upaya non-litigasi melalui upaya preventif yaitu tindakan untuk mengantisipasi munculnya kredit macet, early warning, dan upaya negosiasi. Kendala yang sering dihadapi dalam menyelesaikan kredit macet adalah adanya debitur yang tidak beretikad baik, di mana dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya dalam menyelesaikan masalah kreditnya.penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status hukum dalam perjanjian kredit motor dengan jaminan fidusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang menitik beratkan pada penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder dari bahan-bahan hukum. Pendekatan normatif dilakukan dengan cara mengkaji ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kata Kunci : Wanprestasi, Perjanjian, Kredit Motor, Jaminan Fidusia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kegiatan usaha pembiayaan konsumen (Consumer Finance) berkembang begitu pesat. Konsumen bisa mendapatkan barang yang diinginkan dengan cara kredit, mencicil hingga jangka waktu tertentu. Tanpa di dukung lembaga pembiayaan, rasanya sulit bagi konsumen kebetulan tidak memiliki dana Cash untuk memiliki kendaraan bermotor. Pembiayaan konsumen merupakan model pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk pembeli produk-produk tertentu. Bantuan dana diartikan sebagai pemberian kredit yang bukan pemberian uang secara tunai untuk pembelian suatu barang dan nasabah, melainkan konsumen akan menerima barang yang diinginkan. 1 Dengan kehadiran berbagai lembaga pembiayaan tersebut sangat berperan bagi masyarakat, sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua orang dalam masyarakat mempunyai cukup dana untuk memenuhi kebutuhan 1 Miranda Nasihin, Segala Hal Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan,Buku Pintar, 2012, hlm 80 hidupnya, oleh karena itu lembaga pembiayaan sangatlah memba ntu menjalankan roda perekonomian Negara ini. Pembiayaan konsumen merupakan model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk pembel ian produk-produk tertentu. Bantuan da na diartikan sebagai pemberian kredit yang bukan pemberian uang secara tunai untuk pembelian suatu barang dan nasabah hanya akan meneri ma barang tersebut, pembiayaan konsumen ini di sale creditkarena konsumen tidak menerima uang tunai tapi hanya menerima barang yang dibeli dari kredit tersebut. 2 Sementara pihak konsumen berkewajiban untuk membayar kembali uang tersebut secara angsuran (cicilan) kepada pihak perusahaan pembiayaan. Secara hukum, apabila kontrak pembiayaan konsumen telah ditanda tangani oleh para pihak dan dana suda dicairkan serat barang sudah diserahkan oleh supplier kepada konsumen, maka barang tersebut sudah langsung menjadi 2 Munir Faudy, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen, ( PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002), hlm 164 1

hak milik konsumen, meskipun harganya belum dibayar lunas. 3 Hubungan antara pihak kreditur dengan debitur adalah hubungan kontraktual dalam hal ini kontrak pembiayaan konsumen. Pada sistem pembiayaan konsumen ini pihak perusahaan pembiayaan konsumen memberikan pembiayaan berupa pinjaman dana untuk pembelian suatu barang. Kemudian pihak konsumen akan menerima fasilitas dana untuk pembelian barang tertentu dan membayar hutangnya secara berkala atau angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen pihak penjual atau supplier menyediakan barang yang dibayar lunas oleh perusahaan pembiayaan konsumen. 4 Terkait dengan adanya jaminan dengan transaksi kredit antara kreditur dan debitur maka diperlukan adanya suatu lembaga jaminan. Salah satu lembaga jaminan yang digunakan adalah lembaga jaminan fidusia. Jaminan fidusia telah digunakan di indonesia sejak jaman penjajahan belanda sebagai suatu bentuk jaminan 3 Miranda Nasihin, Op.Cit, hlm 81 4 Arie S. Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi, cet, 1, (Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1997), hlm 241 yang lahir dari yuriprudensi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam-meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat, walau dalam beberapa hal dianggap kurang menjamin adanya kepastian hukum. Dalam perjalanannya, fidusia telah mengalami perkembangan yang cukup berarti misalnya menyangkut kedudukan para pihak. Fidusia ini sendiri merupakan istilah lama yang sudah dikenal dalam bahasa Indonesia. Menurut undang-undang nomor 42 tahun1999 tentang jaminan fidusia ini disebut juga dengan istilah penyerahan hak milik secara kepercayaan, dari debitur kepada kreditur. 5 Penyerahan hak milik secara kepercayaan dalam fidusia ini lazim disebut juga dengan penyerahan constitutum posesorium (penyerahan dengan melanjutkan penguasaannya). kontruksi fidusia adalah penyerahan hak milik atas barang-barang debitur kepada kreditur sedang penguasaan fisik atas barangbarang itu tetap pada debitur (Costitutum posesorium) dengan syarat 5 H. Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, (Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta, 2009), hlm 48 2

bahwa bilamana debitur melunasi hutangnya, maka kreditur harus mengembalikan hak milik atas barangbarang itu kepada debitur. 6 Sehubungan dengan penjaminan ini, apa yang harus dilakukan oleh penerima fidusia (kreditur). Apabila pemberi fidusia (debitur) melalaikan kewajibannya atau cidera janji yang berupa lalainya. Pemberi fidusia (debitur), memenuhi kewajibannya pada saat pelunasan utangnya sudah matang untuk ditagih, maka dalam peristiwa seperti itu penerima fidusia (kreditur) bisa melaksanakan eksekusinya atas benda jaminan fidusia. Ketentuan ini didasarkan pada Pasal 29 ayat 1 (a) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Eksekusi yang dilakukan pihak lembaga pembiayaan tidak harus dimintakan suatu putusan pengadilan, akan tetapi lembaga pembiayaan selalu kreditur memiliki hak secara hukum untuk melakukan eksekusi secara langsung apabila konsumen melakukan wanprestasi. Dari latar belakang di atas, penulis sangat tertarik untuk bagaimana upaya penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang mana diketahui obyek bendanya tidak secara langsung dikuasai oleh lembaga pembiayaan? Yang penulis mengajukan sebagai judul penelitian seminar hasil, yaitu : PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT MOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian kredit motor dengan Jaminan Fidusia? 2. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam hal adanya wanprestasi dalam perjanjian kredit motor dengan Jaminan Fidusia? 6 Munir Faudy, Jaminan Fidusia Revisi Kedua (Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2003), hlm 10 3

II. PEMBAHASAN A. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Motor dengan Jaminan Fidusia Pengertian perjanjian sewa beli adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang telah di sepakati bersama dan yang di ikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barangtersebut baru beralih dari penjualan kepada pembeli setelah jumlah harga di bayar lunas oleh pembeli kepada penjual. 7 Suatu perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihaknya. Ketentuan mengenai kewajiban penjual secara umum di atur dalam Pasal 1512 Kitab Undangundang Hukum Perdata. Sedangkan kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat yang ditetapkan dalam persetujuan. Apabila pembeli sewa tidak melakukan melakukan kewajiban dalam perjanjian sewa beli sesuai dengan yang telah di sepakati sebelumnya misalnya apabila ia 7 R.Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian,Sumur, Bandung, 1993, hlm.13. terlambat melakukan pembayaran angsuran, maka hal tersebut tergolong sebagai wanprestasi. Menurut Yahya Harahap wanprestasi adalah sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau tidak dilakukan menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi, atau adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, dengan pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalah perjanjian. 8 Di dalam terjadinya sebuah perjanjian pembeli atau debitur seringkali melakukan wanprestasi terhadap perjanjian karena tidak melunasi uang pembayaran sesuai dengan yang telah di sepakati pada saat melakukan perjanjian yang sudah di sepakati. Hal tersebut juga terjadi dalam perjanjian sewa beli sepeda motor, atas tindakan itu debitur atau pembeli bisa mendapatkan akibat hukum sebagai berikut : 1. Dalam perikatan untuk memberikan suatu resiko beralih kepada debitur sejak terjadi 8 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hlm 60 4

wanprestasi (Pasal 1237 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). 2. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur ( Pasal 1243 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). 3. Apabila perikatan tersebut timbal balik, kreditur dapat menuntut keputusan/pembatalan perikatan melalui hakim (Pasal 1266 Kitab Undangundang Hukum Perdata). 4. Debitur di wajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan yang disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). 5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka Pengadilan Negri dan dinyatakan bersalah. Menurut pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, ganti kerugian terjadi disebabkan karena tidak dipenuhinya perikatan, dan barulah mulai diwajibkan jika debitur telah dinyatakan tidak memenuhi perikatan, sesuatu yang dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Wanprestasi pembayaran yang terjadi dimana debitur tidak dapat membayarkan cicilan bulanannya yang telah disepakati sesuai dengan masa jatuh tempo yang berlaku. Wanprestasi pembayaran disebut non performing loan atau sering dikatakan sebagai kredit macet. Kredit macet atau non performing loan (NPL). 9 Hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak debitur harus dinyatakan dahulu secara resmi, yaitu dengan memperingatkan debitur, bahwa kreditur menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek. Biasanya peringatan (sommatie) itu dilakukan oleh seorang juru sita dari pengadilan, yang membuat proses verbal tentang pekerjaan itu, atau juga cukup dengan surat tercatat atau surat kawat, asalkan jangan sampai dengan mudah dipungkiri si debitur. Somasi adalah teguran keras secara tertulis dari kreditur berupa akta kepada debitur, supaya debitur 9 Siamat, serba Serbi Kredit, Graha Press, Jakarta, 2003, hlm. 220 5

melakukan prestasi dengan mencantumkan tanggal terakhir debitur harus berprestasi dan disertai dengan sanksi atau denda atau hukuman yang akan ditajuhkan atau diterapkan, apabila debitur wanprestasi atau lalai. Beberapa kemungkinan yang dapat dipilih oleh seorang debitur yang melakukan wanprestasi; a. Kreditur dapat meminta pelaksa naan perjanjian, meskipun perjanjian pelaksanaan ini sudah terlambat. b. Kreditur dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang dideritanya. Karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya; c. Kreditur dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian yang disertai olehnya sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian; d. Dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbalbalik, kelalaian saru pihak memberikan hak kepada pihak yang lain untuk meminta pada hakim supaya perjanjian dibatalkan, disertai dengan permintaan kerugian. 10 pengganti melihat pada bentuk-bentuk prestasi pada pasal 1234 KUHPerdata serta pendapat J. Satrio dalam bukunya yang berjudul hukum perikatan, dapat kita lihat bahwa wujud wanprestasi bisa berupa: 1. Debitur sama sekali tidak berprestasi; 2. Debitur keliru berprestasi; 3. Debitur terlambat berprestasi. Apabila kredit macet tersebut terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana terdapat dalam perjanjian kredit, maka sebelum melakukan eksekusi barang jaminan, debitur harus terlebih dahulu dinyatakan wanprestasi, yang dilakukan melalui putusan pengadilan. Untuk itu kreditur harus menggugat debitur atas dasar wanprestasi. Akan tetapi sebelum menggugat debitur, kreditur harus 10 PT. Federal Internasional Finance, Perjanjian Pembiayaan Konsumen. 6

melakukan somasi terlebih dahulu yang isinya agar debitur memenuhi prestasinya. Apabila debitur tidak juga memenuhi prestasinya, maka kreditur dapat menggugat debitur atas dasar wanprestasi, dengan mana apabila pengadilan memutuskan bahwa debitur telah wanprestasi, maka kreditur dapat melakukan eksekusi atas barang jaminan yang diberikan oleh debitur. 11 Menurut pasal 1267 Kitab Undang undang Hukum Perdata, maka pihak yang ingkar janji atau wanprestasi dapat dibebani untuk memenuhi perjanjian atau dibatalkannya perjanjian disertai dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Dapat juga diartikan bahwa pihak yang ingkar janji dapat hanya dibebani kewajiban ngati kerugian saja atau pemenuhan perjanjian dengan ganti rugi. 12 Wanprestasi adalah keadaan dimana seorang telah lalai untuk memenuhi kewajibannya yang diharuskan oleh Undang-undang. Jadi 11 Internet, hukumonline.com/klinik/detail/it50294244defe e/langkah-langkah-penyelesaian-kredit-macet 12 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Pradnya Paramita, Jakarta, 1999), hlm. 329 wanprestasi merupakan akibat dari paada tidak dipenuhinya perikatan hukum. Mengenai bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu sebagai berikut: 13 a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan; b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan; c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya; Wanprestasi dihubungkan dengan perjanjian kredit adalah suatu keadaan dimana seorang debitur yang dimaksud tidak memenuhi kewajiban. Kewajiban debitur yang dimaksud adalah debitur harus membayar kembali kredit telah dipinjamnya setelah jangka waktu tertentu. Pemberian jangka waktu itu penting sebab jika tidak ditentukan batas sampai tanggal berapa debitur paling lambat harus memenuhi prestasi maka debitur akan beranggapan bahwa kreditur akan 13 IswI Hariyani, dan R. Serfianto D.P, Bebas Jeratan Utang Piutang,(Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010), hlm. 103 7

menerima prestasi yang ditentukan setiap waktu dan waktu tersebut dapat diulur-ulur sampai kapan saja tanpa adanya wanprestasi. Adanya tenggang waktu tersebut bertujuan untuk mencegah debitur yang beritikad tidak baik yang hendak menunda-nunda pemenuhan prestasi tersebut. Debitur jika tetap tidak mau atau tidak mampu memenuhi perjanjian kredit, maka debitur tersebut dapat digugat oleh pihak kreditur melalui pengadilan Negeri atas dasar wanprestasi. Dalam keadaan tertentu, pihak kreditur juga dapat melakukan Parate eksekusi obyek jaminan tanpa melalui penetapan ketua pengadilan negeri. Agar parate eksekusi tersebut bisa berjalan dengan lancar maka pada saat membuat perjanjian jaminan harus disertai klausul berupa janji dari pihak debitur kepada pihak kreditur yang menyatakan bahwa pihak debitur tidak akan keberatan terhadap pelaksanaan Parate Eksekusi apabila terjadi kredit macet atau wanprestasi. Aturan tentang Parate Eksekusi di bidang Jaminan Fidusia diatur dalam pasal 15 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jadi, dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia apabila pihak debitur cidera janji atau wanprestasi dan mengalami kredit macet maka dalam pasal 29 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia pihak kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia atau kreditur. B. masalah-masalah Yang Dihadapi Dalam Hal Adanya Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Motor Kredit macet atau non performing loan (NPL), menjadi salah satu penyakit yang bisa menghambat perkembangan sektor jasa keuangan. Apa yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Kredit macet disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun ekternal. 1. Faktor internal Penyebab timbulnya kredit macet adalah penyimpanan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, 8

itikad kurang baik dari pemilik, pengurus, atau pengawai bank, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem informasi kredit macet. 2. Faktor ekternal Penyebab timbulnya kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur, serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit. 14 Kewajiban ganti rugi ( Schade Vergoeding ) tidak dengan sendirinya timbul pada saat kelalaian. Ganti rugi baru efektif menjadi kemestian debitur setelah debitur dinyatakan lalai dan harus ada pernyataan lain yang diberikan oleh kreditur. Jika wanprestasi benar-benar mengakibatkan kerugian yang akan diderita oleh kreditur, maka konsumen selaku debitur berkewajiban untuk memberikan ganti kerugian yang timbul. Sebagai konsekuensinya yuridis dari terjadinya wanprestasi, adalah tuntutan ganti rugi sebagaimana diatur 14 Internet, Kreditgogo.com/artikel/kredittanpa-agunan/penyebab-kredit-macet-danpenyelesaiannya.html dalam Buku III KUHPerdata, mulai pasal 1246 sampai degan pasal 1252 KUHPerdata. Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara kreditur dengan debitur. Ganti rugi yang dapat dituntut oleh kreditur pada debitur adalah sebagai berikut: 1. Kerugian yang telah dideritanya, yaitu berupa penggantian biayabiaya dan kerugian. 2. Keuntungan yang sedianya akan diperoleh ( pasal 1246 KUHPerdata ), ini ditujukan kepada bunga. Yang diartikan dengan biaya-biaya (ongkos), yaitu ongkos yang telah dikeluarkan oleh kreditur untuk mengurus obyek perjanjian. Kerugian adalah berkurangnya harta kekayaan yang disebabkan karena adanya kerusakan kerugian. Sedangkan bunga adalah keuntungan yang akan dinikmati oleh kreditur. Penggantian biaya-biaya, kerugian dan bunga itu harus merupakan akibat langsung dari wanprestasi dan dapat diduga pada saat sebelum terjadinya perjanjian. Ada berbagai model bagi para pihak yang tidak memenuhi prestasinya 9

walaupun sebelumnya ada persetujuan untuk melaksanakan prestasinya tersebut. Model-model prestasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi b. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi c. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi 15 Perlu dipahami bahwa dalam suatu transaksi dan atau perjanjian dalam bentuk apapun kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi), namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan. Suatu perjanjian apabila debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, maka dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. wanprestasi disebabkan oleh karena salah satu pihak lalai, cidera janji atau melanggar perjanjian, yang mungkin dilakukan pihak debitur dan bisa juga dilakukan oleh pihak 15 Zaeni asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia,(Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), hlm 122 kreditur. Debitur dikatan telah wanprestasi karena debitur melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat. Langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi debitur yang wanprestasi/ingkar janji dalam memenuhi kewajiban pengembalian sesuai dengan perjanjian kredit yaitu dengan upaya preventi yaitu dengan tahap pendekatan, pendekatan ini dilakukan oleh pihak kreditur setelah melihat adanya tanda-tanda bahwa debitur akan mengalami wanprestasi, kemudian petugas akan melakukan pendekatan kepada debitur dengan cara memberikan pengarahan, bimbingan, pembinaan. 16 Pada umumnya, kreditur tidak akan langsung menarik kendaraan ketika terjadi kredit bermasalah. kreditur akan mencoba untuk memberikan beberapa surat peringatan atau menelefon debitur untuk mengigatkan mengenai cicilan yang belum dibayar. Jika sampai batas waktu yang sudah ditentukan pihak debitur masih belum melakukan 16 Skripsi, Yuli Dwi Suryanti, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, hlm 9-10 10

pembayaran cicilan, tindakantegaspun akan diambil oleh pihak kreditur untuk menyelesaikan masalah. Eksekusi Jaminan Fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Yang menjadi penyebab timbulnya eksekusi adalah karena debitur cidera janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun pihak debitur telah diberikan somasi. Namun demikian pelaksanaan eksekusi harus tetap mengikuti prosedur pelaksanaan suatu keputusan pengadilan, 17 objek yang disita tersebut kemudian akan dijual dengan cara dilelang dimuka umum dan hasilnya digunakan untuk melunasi utang kepada perusahaan leasing. Soal pelelangan di depan umum ini menjadi hak sepenuhnya dari perusahaan (kreditur) berdasarkan Pasal 29 UU Fidusia. Artinya kreditur melaksanakan penjualan atau eksekusi berdasarkan kekuasaannya sendiri atau parate eksekusi dan tidak lagi melibatkan pengadilan maupun 17 J. Satrio, Hukum Perikatan-Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku II, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995), hlm 320 jurusita untuk melakukan penjualan dimuka umum atau lelang. 18 Jadi prinsipnya adalah bahwa penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi. Namun demikian dalam hal penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan baik pemberi fidusia dan penerima fidusia, maka dimungkinkan penjualan dibawah tangan asalkan hal tersebut disepakati oleh pemberi fidusia dan penerima fidusia dan syarat jangka waktu pelaksanaan penjualan tersebut dipenuhi. 19 III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagax vi berikut: 18 https://konsultanhukum.web.id/bisa-tidakperusahaan-leasing-langsung-mengeksekusibarang -yang-jadi-objek-jaminan-fidusia/ 19 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani,Jaminan Fidusia,(PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000), hlm. 160 11

1. Akibat hukum jika debitur Wanprestasi dalam pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia yaitu suatu bentuk ingkar janji yang dilakukan oleh konsumen dalam hal ini menurut ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata menyebutkan bahwa: pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga. Hal dimaksudkan bahwa, wanprestasi kreditur dapat menuntut berupa: 1). Pemenuhan prestasi, 2). Pemutusan prestasi, 3). Ganti rugi. Sanksi kepada debitur yang mealukan wanprestasi, yaitu: membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau ganti rugi. Dan pembatalan perjanjian. 2. Adapun masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian kredit motor adalah keterlambatan dan atau penunggakan pembayaran angsuran oleh debitur. Masalah keterlambatan dan atau penunggakan pembayaran angsuran ini menjadi resiko yang harus dipikul oleh pihak kreditur selaku perusahaan yang memberikan kredit motor kepada debitur. Dalam perjanjian kredit jual beli apabila pihak konsumen (debitur) melakukan salah satu dari bentuk wanprestasi, maka untuk pelaksanaan hukumnya Undangundang menghendaki kreditur untuk memberikan pernyataan lalai kepada pihak debitur. Wanprestasi oleh pihak konsumen (debitur) yang berhutang ini pokoknya harus secara formal dinyatakan telah lalai lebih dahulu, yaitu dengan memperingati pembayaran seketika atau jangka waktu pendek yang telah ditentukan. B. Saran ada beberapa hal yang dapat di sarankan dalam tulisan ini, antara lain: 1. Untuk menyelesaikan kredit macet akibat debitur wanprestasi agar mendapatkan hasil yang adil untuk kedua belah pihak, maka bagi debitur apabila kemampuan melunasi angsuran pokok hutang tidak memadai, maka sebaiknya debitur mengembalikan kendaraan bermotor roda dua sebagai pembiayaan. Akan tetapi apabila kemampuan melunasi debitur 12

memadai, maka debitur diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pokok hutang sesuai waktu yang telah ditetapkan didalam perjanjian pembiayaan konsumen. 2. Cara penyelesaian kredit macet yang dilakukan oleh debitur atas tindakan wanprestasi yang dilakukan sehingga mengakibatkan kerugian yang dialami oleh kreditur dapat dilakukan dengan cara memberikan teguran, kemudia memberikan surat peringatan kepada debitur, namun jika debitur tetap tidak memenuhinya maka kreditur dapat melalakukan tindakan selanjutnya yaitu melalui cara litigasi dan non litigasi. Penyelesaian sengketa dengan cara litigasi maksudnya adalah pihak kreditur melakukan gugatan terhadap debitur melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum, sedangkan mengenai penyelesaian sengketa dengan cara non litigasi maksudnya adalah dalam menyelesaikan permasalahan yang terdiri kreditur dengan debitur dilakukan dengan cara negosiasi, mediasi dan arbitrase. 13

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Arie S. Hutagalung, Serba Aneka Masalah Tanah Dalam Kegiatan Ekonomi, cet, 1, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997), Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, H. Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, (Jakarta :Percetakan Penebar Swadaya, 2009), IswI Hariyani, dan R. Serfianto D.P, Bebas Jeratan Utang Piutang,(Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010), Munir Faudy, Jaminan Fidusia Revisi Kedua (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003),, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), Miranda Nasihin, Segala Hal Tentang Hukum Lembaga Pembiayaan, 2012, Buku Pintar, M. Yahya Harahap, 1990, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, R.Wirjono Projodikoro, 1993, Asas-Asas Hukum Perjanjian,Sumur, Bandung, Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1999), Siamat,2003, serba Serbi Kredit,Graha Press, Jakarta, Zaeni asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2005, 2. Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 3. Skripsi Skripsi, Yuli Dwi Suryanti, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia, 2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 14

4. Internet https://konsultanhukum.web.id/bisa-tidak-perusahaan-leasing-langsungmengeksekusi-barang -yang-jadi-objek-jaminan-fidusia/ Internet, hukumonline.com/klinik/detail/it50294244defee/langkah-langkahpenyelesaian-kredit-macet Internet, Kreditgogo.com/artikel/kredit-tanpa-agunan/penyebab-kredit-macetdan-penyelesaiannya.html 5. Lain-lain PT. Federal Internasional Finance, Perjanjian Pembiayaan Konsumen. 15

BIODATA PENULIS NAMA : MELIANTI TEMPAT TANGGAL LAHIR : BATU LICIN, 03 JUNI 1994 ALAMAT EMAIL : JL. PADAT KARYA : melyyanty970@yahoo.com NOMOR TELEPON/HP : 081242724820 16