BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Bermaksud membuktikan suatu hipotesa

1 Populasi dan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Selamat membaca, mempelajari dan memahami

Teknik Pengambilan Sampel. Khaola Rachma Adzima FKIP-PGSD Universitas Esa Unggul

Definisi Populasi: Keseluruhan wilayah subjek penelitian Meliputi jumlah, karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti

Jakarta, 7 Desember 1991

Bambang Avip Priatna Martadiputra

SAMPEL PENELITIAN DOSEN : DIANA MA RIFAH. dmarifah.wordpress.com

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dengan pengukuran dapat dihitung pengaruh variabel satu terhadap yang lain. Fungsi :

Research Methodology 7. Metode Penelitian. Sistematika BAB III Tugas Akhir I Program Studi Teknik Informatika S1 UDINUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi yang meneliti tentang analisa kepuasan terhadap

POPULASI, SAMPEL, METODE SAMPLING. Musafaah, SKM, MKM

Bab III Populasi dan Sampel

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. MYRNA SUKMARATRI

PERTEMUAN 12 VARIABEL, POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING PENELITIAN. sampel, dan teknik sampling penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

Metoda Penelitian TEKNIK SAMPLING

POPULASI DAN SAMPEL. WAHYU HIDAYAT, M.Pd

ALUR KERJA DENGAN SAMPLE SAMPEL POPULASI TEMUAN

POPULASI, SAMPEL DAN SUBJEK PENELITIAN

Teknik Sampling. Materi ke 4 Statistika I. Kelas 2 EB, EA dan DD Semester PTA 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tahap Pemilihan Sampel

BAB 5 PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis

Minggu 11. Pengambilan Sampel. Metode Penelitian. By : Dra. Ai Lili Yuliati, MM

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TEKNIK SAMPLING. Oleh: Rofi Amiyani ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (campuran). Di mana penelitian

PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

kelemahan: membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, waktu). tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan.

METODOLOGI PENELITIAN 10FEB. Modul ke: Sampling. Fakultas. AFRIZON, SE, M.Si, AK. Program Studi AKUNTANSI

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social

III. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh Promosi, Harga, dan

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman masing-masing manajemen pembiayaan bank syariah terhadap

BAB I LATAR BELAKANG KULIAH KERJA PRAKTEK. 1.1 Alasan Ketertarikan Terhadap Obyek Kuliah Kerja Praktek

BAB 3 METODE PENELITIAN

REVIEW BAHAN PERKULIAHAN METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM 1 TIM PENGAJAR MPPH-FHUI

BAB III METODE PENELITIAN

Mengapa Kita Perlu Melakukan Sampling?

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian fungsi terminal ini adalah di kantor Dinas Perhubungan

Populasi Mahasiswa Matematika, FMIPA, UNY Populasi Mahasiswa Matematika Angkatan 2016, FMIPA, UNY

TEKNIK SAMPLING MODUL: 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di objek Wisata Pantai Pondok Bali yang terletak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

BAB III METODE PENELETIAN

BAB III PROSSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penelitian ini berada di

BAB III METODE PENELITIAN

KLASIFIKASI SAMPLING ATRIBUT VARIABEL. kualitatif (dihitung) peta p np. kuantitatif (diukur) peta X - R. 1. Cara Pemeriksaan Karakteristik

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB II METODE PENELITIAN. memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB IV PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis mengambil lokasi penelitian di Kampung Padi RT. 04/RW. 03, Kelurahan

Pemilihan Data (Sampel) Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi tersebut mencakup konteks riset, data dan sumber data, lokasi

cara menentukan populasi dan sampel dalam penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL Apakah populasi? Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada sebuah penelitian terkandung suatu tujuan dan harapan yang ingin

6.5 Pertimbangan penentuan ukuran sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:118) obyek penelitian adalah Fenomena

POPULASI DAN SAMPEL. Gambar 1 POPULASI dan SAMPEL

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

MENENTUKAN SUMBER DATA

M E T O D E P E N G A M B I L A N C O N T O H R A M D A N B U D I A W A N E 5 0

Populasi dan Sampel. 1. Pengertian Populasi dan Sampel 2. Teknik Pengambilan Sampel 3. Normalitas Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

PENGUMPULAN DATA. S0192 Metode Penelitian dan Penulisan Telnik Sipil PERTEMUAN : 8

Sistem Informasi [Kode Kelas]

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Untuk mendeskripsikan Kinerja Guru MAN Model Palangka Raya.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perspektif Orang Tua maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel. Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami populasi dan sampel dalam penelitian pendidikan. Indikator. Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

2/24/2011 1:37 PM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Konsolidasi tanah adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1991). Pengertian lain mengenai konsolidasi tanah yaitu prosedur realokasi komprehensif dari daerah perdesaan yang memiliki fokus pada sektor pertanian dan kehutanan (Vitikainen, 2004). Konsolidasi tanah diperlukan untuk kepentingan pembangunan, peningkatan kualitas lingkungan dari pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1991). Tujuan konsolidasi tanah pada awalnya adalah penataan daerah pertanian dan sebagai solusi dalam permasalahan penggunaan lahan di suatu daerah (Meuser, 1992 dalam Crecente dkk., 2001). Akan tetapi pada pelaksanaannya, sering terjadi peralihan tujuan konsolidasi tanah. Peralihan tujuan konsolidasi tanah yaitu dari penataan daerah pertanian menjadi pembangunan dan pengembangan desa (Crecente dkk., 2001). Di Eropa, konsolidasi tanah biasanya dilaksanakan dengan tujuan untuk pengembangan desa (Vitikainen, 2004). Di Indonesia, pelaksanaan konsolidasi tanah bertujuan untuk mencapai pemanfaatan tanah secara optimal melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1991). Pelaksanaan konsolidasi tanah di suatu daerah ataupun negara biasanya didasari oleh permintaan dari suatu pihak. Permintaan akan pelaksanaan konsolidasi tanah di suatu daerah disebabkan oleh adanya permasalahan di daerah tersebut. Secara umum, permasalahan yang sering terjadi tersebut yaitu kebutuhan untuk pengaturan kembali pembagian bidang tanah yang kurang baik (Vitikainen, 2004). Pada beberapa negara Eropa pernah dilaksanakan konsolidasi tanah dan dari pelaksanaan konsolidasi tanah tersebut terdapat perbedaan objektif dan prosedur pelaksanaan di setiap negara. Perbedaan objektif dan prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah di tiap negara Eropa disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di negara tersebut (Vitikainen, 2004). 1

2 Proses pembuatan prosedur pelaksanaan dan tujuan konsolidasi tanah dipengaruhi oleh kecenderungan sejarah, budaya, tradisi dan perundang-undangan di suatu daerah (Vitikainen, 2004). Akan tetapi, tidak secara penuh prosedur dan tujuan konsolidasi tanah berbeda di tiap daerah. Ada beberapa bagian dari suatu prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah di suatu daerah yang menerapkan prosedur pelaksanaan yang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya. Manfaat diadakannya kegiatan konsolidasi tanah dapat dilihat dari perubahan yang terjadi di lokasi pelaksanaan konsolidasi tanah. Berbagai macam aspek dapat merasakan manfaat dari diadakannya konsolidasi tanah. Di Spanyol pernah dilaksanakan kegiatan konsolidasi tanah, salah satunya di daerah yang bernama Galicia. Pelaksanaan tersebut memberikan manfaat dari berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Crecente dkk., 2001). Selain di negara yang berada di Eropa, sudah banyak juga pelaksanaan konsolidasi tanah yang dilaksanakan di daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia adalah di Desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi pelaksanaan konsolidasi tanah biasanya tidak dilakukan pada lokasi yang sama, akan tetapi berpindah ke lokasi yang berbeda sesuai permintaan atas pelaksanaan konsolidasi tanah. Pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Wajok Hulu dilaksanakan sebanyak dua periode, yaitu periode tahun 2012 dan 2013. Pada pelaksanaan periode tahun 2012 dan 2013 dilaksanakan pada lokasi yang berbeda. Pelaksanaan konsolidasi tanah pada periode tahun 2012 dilaksanakan di Rukun Warga (RW) 06 (Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2012). Pelaksanaan konsolidasi tanah pada periode tahun 2013 dilaksanakan di RW 05 (Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2013). Pelaksana dari konsolidasi tanah di Desa Wajok Hulu adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Pontianak yang mewakili Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat di bidang pertanahan dan penataan ruang. Konsolidasi tanah dilaksanakan di Desa Wajok Hulu juga dikarenakan adanya permintaan dari suatu pihak dan terjadinya suatu permasalahan yang dapat terselesaikan dengan diadakannya konsolidasi tanah. Permintaan diadakannya konsolidasi tanah diajukan oleh perwakilan warga desa yaitu salah satu ketua RW yang ada di Desa Wajok Hulu. Permasalahan yang terjadi di Desa

3 Wajok Hulu adalah adanya konflik yang berhubungan dengan kepemilikan bidang tanah (Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2012). Tujuan dilaksanakan konsolidasi tanah di Desa Wajok Hulu adalah dalam rangka pembangunan desa (peningkatan kualitas akses jalan, pembuatan saluran air, peremajaan fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan pembuatan bukti kepemilikan bidang tanah yang sah (Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2013). Pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Wajok Hulu mengikutsertakan beberapa pemangku kepentingan yang memiliki hubungan dengan Desa Wajok Hulu. Pemangku kepentingan tersebut antara lain adalah pemerintah daerah Kabupaten Mempawah (pemangku kepentingan bupati), Camat Kecamatan Siantan, Kepala Desa Wajok Hulu, perangkat Desa Wajok Hulu, warga Desa Wajok Hulu, Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Mempawah dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Mempawah (Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2012). Kantor Pertanahan Kabupaten Pontianak yang bertindak sebagai pelaksana juga menjadi bagian dari pemangku kepentingan. Pada pelaksanaan konsolidasi tanah ini, hampir seluruh pemangku kepentingan mengikuti jalannya pelaksanaan konsolidasi tanah dari awal hingga akhir pelaksanaan. Selain mengikuti pelaksanaan konsolidasi tanah, pemangku kepentingan tersebut juga berkontribusi di setiap tahapan pelaksanaan. Salah satu contohnya yaitu kontribusi saat tahapan pembuatan prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah. Setiap tahapan pelaksanaan konsolidasi tanah dari awal pelaksanaan hingga selesai tentunya memberikan suatu hasil yang dapat dirasakan oleh pemangku kepentingan di daerah dilaksanakannya konsolidasi tanah. Hal tersebut memberikan manfaat tersendiri bagi setiap pemangku kepentingan. Manfaat itu dapat dirasakan dari berbagai macam aspek. Pada penelitian ini, manfaat yang akan diperhatikan adalah manfaat dari aspek pelaksanaan konsolidasi tanah dan aspek kemanfaatan konsolidasi tanah. Aspek pelaksanaan konsolidasi tanah merupakan generalisasi dari beberapa aspek yang dilihat dari prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah. Aspek yang tergeneralisasi tersebut antara lain, aspek ekonomi, penataan ruang dan aspek legal. Pada aspek lainnya yaitu aspek kemanfaatan konsolidasi tanah, yang dimaksudkan kemanfaatan adalah berbagai manfaat yang telah dirasakan oleh pemangku

4 kepentingan di Desa Wajok Hulu atas hasil yang mereka dapatkan dari pelaksanaan konsolidasi tanah. Intisari yang terkandung dalam aspek pelaksanaan dan kemanfaatan konsolidasi tanah menjadi dasar untuk penentuan keberhasilan dari pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Wajok Hulu. Keberhasilan tersebut ditentukan oleh pelaksana konsolidasi tanah dan dicantumkan dalam laporan akhir pelaksanaan konsolidasi tanah. Informasi selain penentuan keberhasilan konsolidasi tanah dalam laporan akhir pelaksanaan adalah informasi mengenai perkiraan manfaat jangka panjang yang akan didapatkan oleh pemangku kepentingan lainnya terutama warga desa pemilik bidang tanah di lokasi pelaksanaan konsolidasi tanah. Salah satu bagian dari pelaksanaan konsolidasi tanah adalah evaluasi. Evaluasi tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan konsolidasi tanah lainnya. Pada saat evaluasi, salah satu unsur yang dibutuhkan adalah objek evaluasi. Objek evaluasi dalam penelitian ini berupa manfaat dari aspek-aspek yang muncul pada pelaksanaan konsolidasi tanah. Evaluasi aspek pelaksanaan konsolidasi tanah pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan antara implementasi prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah di lapangan dengan prosedur pelaksanaan yang mengacu pada peraturan terkait. Evaluasi lainnya yaitu evaluasi kemanfaatan konsolidasi tanah, evaluasi tersebut diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat dan pengaruh yang didapatkan pemangku kepentingan dari pelaksanaan konsolidasi tanah serta membandingkannya dengan manfaat yang tertera di peraturan tentang konsolidasi tanah. I.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan antara implementasi prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah di lapangan dengan prosedur pelaksanaan yang mengacu pada peraturan terkait yang belum diketahui.

5 2. Belum diketahuinya komparasi teori mengenai manfaat diadakannya konsolidasi tanah dengan manfaat yang dirasakan pemangku kepentingan di Desa Wajok Hulu. I.3. Tujuan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kendala dari aspek teknis dan non teknis yang terjadi saat konsolidasi tanah dilaksanakan. 2. Mengetahui solusi dari kendala yang terjadi saat konsolidasi tanah dilaksanakan. 3. Mengetahui manfaat konsolidasi tanah dari sudut pandang pemangku kepentingan. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah tersedianya informasi tentang evaluasi konsolidasi tanah yang digunakan untuk perbaikan dan peningkatan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah. Evaluasi tersebut juga digunakan untuk meminimalisir kendala yang muncul saat konsolidasi tanah dilaksanakan. I.5. Pembatasan Masalah Batasan masalah yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi dan analisis hasil konsolidasi tanah ditinjau dari aspek pelaksanaan (ekonomi, penataan ruang, legal) dan perubahan bidang tanah, serta aspek kemanfaatan kegiatan konsolidasi tanah yang dilihat dari pandangan pemangku kepentingan terkait. 2. Perbandingan aspek pelaksanaan dan kemanfaatan mengacu pada peraturan tentang konsolidasi tanah yang berlaku di Indonesia.

6 I.6. Tinjauan Pustaka Penelitian ini menganalisis proses pelaksanaan konsolidasi tanah dilihat dari aspek pelaksanaan konsolidasi tanah dan dari aspek kemanfaatan hasil konsolidasi tanah. Beberapa penelitian terdahulu meneliti tentang perubahan yang terjadi ketika konsolidasi tanah selesai dilaksanakan. Terdapat penelitian lainnya tentang kesesuaian tahapan pelaksanaan konsolidasi tanah dengan aturan atau regulasi tentang konsolidasi tanah dan penelitian tentang dampak yang dirasakan oleh peserta konsolidasi tanah. Ilmiyati (2000) melakukan penelitian tentang dampak konsolidasi tanah di daerah perkotaan. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa konsolidasi tanah di daerah perkotaan memberikan dampak berupa penerbitan dan pengurusan hak atas tanah terlaksana secara merata sehingga mempermudah administrasi pertanahan pada lokasi konsolidasi tanah. Laksono (2011) melakukan penelitian tentang dampak konsolidasi tanah yang dirasakan oleh para peserta konsolidasi tanah di Kelurahan Karang Pule. Hasil dari penelitiannya mengemukakan bahwa pelaksanaan konsolidasi tanah memberikan dampak terhadap peserta konsolidasi tanah, dampak tersebut adalah kepuasan masyarakat akan hasil yang didapatkan dari konsolidasi tanah. Mayoritas dari peserta konsolidasi tanah merasa puas dengan hasil konsolidasi tanah walaupun ada beberapa pembangunan fasilitas umum yang tidak sesuai dengan rencana awal. Nurjanah (2015) melakukan penelitian tentang kesesuaian antara tahapan konsolidasi tanah dengan regulasi yang mengatur tentang konsolidasi tanah. Hasil penelitiannya menunjukkan evaluasi beberapa tahapan konsolidasi tanah yang tertera dalam aturan yang mengatur tentang pelaksanaan konsolidasi tanah tidak sesuai dengan aturan tersebut. Prasetyo (2014) melakukan penelitian tentang perubahan yang terjadi setelah konsolidasi tanah. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa konsolidasi tanah mengakibatkan terjadinya perubahan pada peta sebelum diadakannya konsolidasi tanah. Perubahan tersebut berupa perubahan luas, dimensi, geometri dan harga dari bidang tanah. Sutopo (2004) melakukan penelitian tentang kesesuaian antara tujuan kegiatan konsolidasi tanah dengan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah (RUTRK). Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa pelaksanaan konsolidasi tanah yang

7 dilakukan di Kota Pekanbaru telah sesuai dengan sasaran konsolidasi tanah yang dikaitkan dengan RUTRK, atau dengan kata lain pelaksanaan konsolidasi tanah telah sesuai dengan perencanaan yang direncanakan oleh pemerintah daerah. I.7. Landasan Teori I.7.1. Konsolidasi Tanah Konsolidasi tanah adalah sebuah prosedur realokasi komprehensif dari daerah perdesaan yang mencakup daerah pertanian atau perhutanan (Vitikainen, 2004). Penerapan konsolidasi tanah dilakukan di Indonesia. Kewenangan atas pelaksanaan konsolidasi tanah diberikan kepada Badan Pertanahan Nasional. Indonesia menyerap referensi yang berasal dari negara lain tentang pelaksanaan konsolidasi tanah dan dibentuklah beberapa aturan yang mengatur tentang hal tersebut. Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1999). Secara umum, tujuan dan sasaran dari koonsolidasi tanah adalah untuk meningkatkan pembagian bidang tanah (Vitikainen, 2004). Kegiatan konsolidasi tanah memiliki lingkup pekerjaan pada pengurangan jumlah persil tanah dan melakukan perubahan tata ruang tanpa merubah kepemilikan persil tersebut (Crecente dkk., 2001). Di Indonesia, tujuan konsolidasi tanah adalah untuk mencapai pemanfaatan tanah secara optimal, melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah serta sasaran konsolidasi tanahnya adalah terwujudnya suatu tatanan penguasaan dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1999) Konsolidasi tanah terbagi menjadi dua jenis berdasarkan wilayah, yaitu konsolidasi tanah di wilayah perkotaan dan konsolidasi tanah di wilayah perdesaan (Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah, 1999). Secara umum, konsolidasi tanah di wilayah perdesaan memiliki fokus kegiatan dalam penataan bidang tanah pertanian dan konsolidasi tanah di wilayah perkotaan memiliki fokus kegiatan dalam penataan bidang tanah pemukiman atau non pertanian. Pengaplikasian kebijakan konsolidasi

8 tanah biasanya memiliki tujuan awal dalam bidang pembagunan daerah pertanian, akan tetapi terjadi peralihan tujuan konsolidasi tanah sehingga tujuan konsolidasi tanah berubah menjadi alat untuk pembangunan daerah perdesaan (Crecente dkk., 2001). I.7.2. Prosedur Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Terdapat perbedaan objektif dan prosedur konsolidasi tanah di setiap negara. Perbedaaan tersebut dikarenakan oleh berbedanya permasalahan yang terjadi di tiap negara (Vitikainen, 2004). Pelaksanaan konsolidasi tanah muncul karena adanya permintaan dari suatu pihak yang diakibatkan oleh adanya suatu sumber permasalahan mengenai bidang tanah. Salah satu sumber permasalahan yang biasanya menginisiasi pelaksanaan konsolidasi tanah adalah pembagian dan penataan bidang tanah yang kurang baik (Vitikainen, 2004). Prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah secara umum diawali dengan studi tentang daerah yang akan dilakukan konsolidasi tanah, kemudian dilanjutkan dengan penerbitan surat tugas mengenai diadakannya konsolidasi tanah di daerah tersebut, kemudian melakukan perancangan anggaran kegiatan dan perealisasian anggaran tersebut, kemudian proyek konsolidasi tanah di daerah tersebut dilaksanakan. Tahapan pertama saat pelaksanaan proyek konsolidasi tanah adalah melakukan persetujuan dengan warga pemilik bidang di daerah pelaksanaan serta melakukan perencanaan konsolidasi tanah. Tahapan selanjutnya yaitu melakukan realokasi rencana konsolidasi tanah yang sudah disetujui oleh warga setempat dan diakhiri dengan resolusi dari penataan bidang tanah yang dilakukan di daerah tersebut melalui penerbitan bukti kepemilikan bidang tanah yang baru (Crecente dkk., 2001). Di Indonesia, prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah juga dibuat dengan mengacu pada prosedur-prosedur pelaksanaan yang telah dilaksanakan di luar negeri. Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah (1999) menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah yang menjadi acuan pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia, prosedur tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Pemilihan lokasi. b. Penyuluhan.

9 c. Penjajagan kesepakatan. d. Penetapan lokasi konsolidasi tanah dengan Surat Keputusan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. e. Pengajuan daftar usulan rencana kegiatan konsolidasi tanah. f. Identifikasi subjek dan objek konsolidasi. g. Pengukuran dan pemetaan keliling. h. Pengukuran dan pemetaan rincikan i. Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah. j. Pembuatan blok plan/pra desain tata ruang. k. Pembuatan desain tata ruang. l. Musyawarah tentang rencana penataan kapling baru. m. Pelepasan hak atas tanah oleh para peserta konsolidasi tanah. n. Penegasan tanah sebagai objek konsolidasi tanah. o. Staking out/re-alokasi. p. Konstruksi/pembentukan badan jalan dan lain-lain. q. Redistribusi/penerbitan SK.Pemberian Hak. r. Sertipikasi. I.7.3. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Luar Negeri Pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia seperti disebutkan sebelumnya yaitu mengacu pada konsolidasi tanah yang telah dilaksanakan di negara lain. Acuan tersebut diserap untuk perancangan peraturan terkait dan dalam pembuatan prosedur pelaksanaannya serta pembuatan pedoman pelaksanaan bagi pelaksana konsolidasinya. Berikut ini adalah beberapa pelaksanaan konsolidasi tanah di negara lain. Konsolidasi tanah dilaksanakan di Eropa Barat dan Eropa Tengah, tepatnya dilaksanakan pada sebelas negara dari kedua bagian Eropa tersebut. Objektif dan prosedur pelaksanaan konsolidasi tanah seperti yang disebutkan sebelumnya pada setiap negara berbeda sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan di negara tersebut. Perbedaan pembuatan prosedur tersebut juga dipengaruhi oleh

10 kecenderungan sejarah, budaya, tradisi dan perundang-undangan di tiap negara (Vitikainen, 2004). Pelaksanaan konsolidasi tanah di Eropa Barat dan Tengah secara umum bertujuan untuk pembangunan desa,penyeimbang standar kehidupan dan pekerjaan di daerah perdesaan dan daerah perkotaan serta sebagai alat untuk pemecahan masalah mengenai konflik penggunaan tanah (Meuser, 1992 dalam Crecente dkk., 2001). Konsolidasi tanah lainnya dilaksanakan di Galicia, Spanyol. Pada daerah tersebut konsolidasi tanah dilaksanakan sebagai alat untuk menghadapi permasalahan yang terjadi di daerah perdesaan (Crecente dkk., 2001). I.7.4. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitiaan yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto M.S. dkk., 2006). Metode penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral (Creswell, 2008 dalam Semiawan, 2010). Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan tetap berkaitan dengan topik penelitian. Informasi yang disampaikan partisipan dapat berupa kata atau teks (Semiawan, 2010). Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan suatu variabel, gejala atau keadaan yang melalui tahapan pendekatan untuk mengeksplorasi variabel, gejala atau keadaan tersebut. Informasi yang didapatkan dari eksplorasi (berupa informasi kata atau teks) dapat dilakukan proses analisis (Semiawan, 2010). Pada analisis data kualitatif dibutuhkan interpretasi peneliti dan komparasi dengan penelitian serupa yang sudah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis deskriptif kualitatif dapat berupa penggambaran ataupun tema tertentu. Hasil penelitian deskriptif kualitatif sangat dipengaruhi oleh pandangan, pemikiran dan pengetahuan peneliti karena data tersebut diinterpretasikan oleh peneliti. Hasil akhir penelitian deskriptif kualitatif dituangkan dalam bentuk laporan tertulis (Semiawan, 2010). Laporan tersebut relatif fleksibel karena tidak ada

11 ketentuan baku tentang struktur dan bentuk laporan hasil penelitian deskriptif kualitatif. I.7.5. Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto M.S. dkk., 2006). Sampel berarti merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling (Arikunto M.S. dkk., 2006). Pada pengambilan sampel menggunakan cara probabilitas, besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Pada pengambilan sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak diketahui. Arikunto M.S. (2006) menjelaskan bahwa didalam probability sampling dan non probability sampling terdapat beberapa penjabaran teknik pengambilan sampel yang lebih terperinci. I.7.5.1. Probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, sistematis sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling. 1. Simple random sampling Teknik yang paling sederhana (simple), dimana sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. 2. Sistematis sampling Teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.

12 3. Proportioate stratified random sampling Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi. 4. Disproportionate stratified random sampling Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya. 5. Cluster sampling Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan subjek yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sampel yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda. I.7.5.2. Non probability sampling. Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini yaitu sampling kuota, sampling insidential, purposive sampling, sampling jenuh, dan Snowball Sampling. 1. Sampling kuota Teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. 2. Sampling insidential Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang

13 dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel. 3. Purposive sampling Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar struktur bangunan hotel. Maka sampel ditentukan adalah para kontraktor ataupun engineer pada bidang tersebut yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. 4. Sampling jenuh Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. 5. Snowball sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar menyerupai proses pembuatan bola salju. I.7.6. Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (first-hand), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada (Arikunto M.S. dkk., 2006). Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah dan lain sebagainya. I.7.7. Teknik Pengumpulan Data Pada suatu penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting penentu keberhasilan penelitian (Arikunto M.S. dkk., 2006). Hal ini berkaitan dengan cara mengumpulkan data, sumber datanya dan alat yang digunakan. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen pengumpul data merupakan alat yang digunakan untuk

14 mengumpulkan data. Menurut Arikunto M.S. (2006) ada tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan yaitu angket, observasi dan wawancara. 1. Angket/Kuisioner Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawab oleh responden tersebut. Teknik pengumpulan data melalui angket relatif sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. 2. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. 3. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. a. Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.

15 b. Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. I.7.8. Evaluasi Konsolidasi Tanah I.7.5.1. Evaluasi. Evaluasi adalah sebuah komponen dari proses perencanaan yang dapat didapatkan dari tingkatan yang berbeda-beda. Tingkatan tersebut yaitu pada tingkatan persiapan, pada saat pertengahan dan pada tingkat akhir Pada saat persiapan evaluasi yang dilakukan adalah melakukan pemilihan rencana yang akan digunakan dalam suatu kegiatan. Pada saat pertengahan evaluasi yang dilaksanakan yaitu pemantauan berlangsungnya suatu kegiatan, sedangkan pada tingkat akhir evaluasi yang dilaksanakan adalah pengecekan kecocokan antara tujuan kegiatan awal dengan hasil yang didapatkan dari kegiatan tersebut. Tanggung jawab dari pengimplementasian evaluasi tersebut diberikan kepada pihak yang melaksanakan kegiatan tersebut di setiap tahapan evaluasinya (Directorate General for Agriculture, 1999 dalam Crecente dkk., 2001). I.7.5.2. Evaluasi Konsolidasi Tanah. Evaluasi konsolidasi tanah dapat dilaksanakan pada saat berjalannya konsolidasi dan dapat dilaksanakan pada hasil pelaksanaan konsolidasi tanah. Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berjalannya konsolidasi tanah adalah evaluasi berupa pemantauan berjalannya konsolidasi tanah. Evaluasi yang dilaksanakan pada hasil pelaksanaan konsolidasi tanah dapat dilakukan dari berbagai aspek. Evaluasi hasil konsolidasi tanah dapat dilakukan dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Evaluasi aspek ekonomi memiliki fokus pada perubahan tingkat produksi pertanian dan pendapatan daerah, sedangkan aspek sosial memiliki fokus pada efek yang diterima oleh petani atau warga dan evaluasi aspek lingkungan memiliki fokus pada penilaian dari segi perspektif dan objek tertentu (Crecente dkk., 2001).