1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era modern seperti sekarang ini pembangunan di Indonesia menjadi hal yang sangat mendasar untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945. Menurut Ramli (2010) pembangunan di Indonesia khususnya di sektor industri baik industri besar maupun kecil mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Namun dibalik kemajuan sektor industri tersebut banyak dampak yang harus ditanggung oleh masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif yang dapat ditimbulkannya, seperti kecelakaan akibat kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dan cidera setiap tahunnya. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan syarat utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, cacat dan kematian sehingga akibat dari kecelakaan kerja yang bersumber dari potensi bahaya dapat dicegah (Suma mur, 2013). Menurut Ramli (2010) keselamatan dan kesehatan kerja mengandung nilai-nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dalam upaya perlindungan tenaga kerja maka pemerintah mengeluarkan aturan perundangan untuk melindungi tenaga kerjanya. Pasal 86 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan bahwa setiap pekerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan, terdiri dari: 1. Perlindungan dari keselamatan dan kesehatan kerja; 2. Perlindungan dari moral dan kesusilaan; 3. Perlindungan dari perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sering diabaikan, dan kurang mendapat perhatian serius khususnya oleh orang yang cenderung hanya mencari keuntungan semata sehingga kecelakaan kerja tidak dapat terhindarkan 1
2 (Ramli, 2010). Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia menunjukkan angkaangka yang harus menjadi perhatian serius baik pekerja, pengusaha maupun pemerintah. Suma mur juga mengatakan bahwa data kecelakaan kerja di Indonesia dengan populasi tenaga kerja 7-8 juta menunjukan ada 100.000 kejadian kecelakaan kerja dengan hilangnya hari kerja setiap tahunnya, kerugian rata-rata pertahunnya mencapai Rp. 100-200 milyar, dan korban meninggal mencapai 1.500-2.000 orang pertahunnya (Suma mur, 2013). Data dari pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Pusdatin Kemenkes RI) angka kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel 1yaitu: Tabel 1: data Pusdatin Kemenkes RI No Tahun Kecelakaan kerja Penyakit akibat kerja 1. 2011 9.891 Kasus 57.929 Kasus 2. 2012 21.735 Kasus 60.322 Kasus 3. 2013 35.917 Kasus 97.144 Kasus 4. 2014 24.910 Kasus 40.694 Kasus Di wilayah Yogyakarta berdasarkan data dari pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Pusdatin Kemenkes RI) angka kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja di Provinsi D.I. Yogyakarta, kecelakaan akibat kerja pada tahun 2013 mencapai 467 kasus dan tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu mencapai 667 kasus. Kemudian penyakit akibat kerja pada tahun 2013 mencapai 732 kasus dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan mencapai 904 kasus. Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tersebut tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksana. Sedangkan menurut Sukapto, et al. (2007) kondisi kerja yang tidak selamat dengan dilakukannya pelanggaran oleh karyawan terhadap ketentuan keselamatan kerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
3 Oleh karena itu, prinsip pencegahan kecelakaan kerja harus lebih difokuskan kepada pekerja agar patuh dan taat pada peraturan tentang keselamatan. PT. Borneo Melintang Buana Eksport merupakan industri yang bergerak dibidang perdagangan barang atau eksportir dengan produk utamanya yaitu mebel seperti lemari, meja, kursi dan lain sebagainya. Kemudian perusahaan tersebut memiliki status penanaman modal asing dan memfokuskan pemasaran produknya di Eropa khususnya di Belanda. Tingginya permintaan produk dari konsumen membuat PT. BMB Eksport memiliki komitmen dan tekat yang tinggi untuk memberikan kualitas produk yang terbaik untuk konsumennya. Dalam rangka untuk mencapai komitmen tersebut manajemen PT. BMB Esport terus berupaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja karena PT. BMB Eksport menganggap bahwa pekerja adalah aset perusahaan yang harus dijaga. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, PT. BMB Eksport memiliki jumlah pekerja sebanyak 265 orang. Angka kecelakaan kerja cukup tinggi setiap tahunnya, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 2 yaitu: Tabel 2: Angka Kecelakaan Kerja PT. BMB Eksport No Tahun Kasus 1. 2013 56 2. 2014 93 3. 2015 67 4. 2016 37 Sumber: Data Sekunder Tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi di PT. BMB Eksport tersebut menunjukan bahwa pencegahan kecelakaan kerja belum dilaksanakan dengan maksimal. Kondisi ini dibuktikan dengan pengamatan langsung di PT. BMB Eksport bahwa kurangnya kepedulian dan kesadaran pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjukan dengan sebagian besar pekerja kurang berhati-hati atau waspada dalam bekerja dan pekerja tidak mengetahui prosedur kerja yang tepat. PT. BMB Eksport merupakan perusahaan yang di lingkungan kerjanya terdapat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mesin,
4 peralatan produksi, manusia dan proses kerja, sehingga diperlukan suatu tindakan pencegahan dan pengendalian risiko yang tepat agar kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Berdasarkan kondisi di PT. BMB Eksport tersebut salah satu cara melakukan pengendalian risiko yaitu dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) yang merupakan langkah awal digunakan untuk menganalisa bahaya dalam upaya untuk menciptakan keselamatan kerja. Job safety analysis (JSA) merupakan teknik yang fokus pada proses pekerjaan baik itu hubungan antara pekerja, alat atau lingkungan kerja (Bansal, 2011). Job safety analysis (JSA) dapat digunakan untuk memeriksa dan menemukan bahaya yang sebelumnya diabaikan dalam merancang proses kerja, alat, dan mesin. Dari hasil JSA tersebut dapat dilakukan pengukuran tingkat keselamatan kerja. Gunanya pengukuran tersebut untuk mengetahui risiko atau potensi bahaya mana yang secepatnya harus diperlukan tindakan perbaikan dan risiko mana yang tidak perlu dilakukan tindakan perbaikan. Menurut Sukapto, et al. (2014) salah satu cara untuk mengukur tingkat keselamatan kerja dapat menggunakan Risk Score. Dalam menggunakan Risk Score dapat menggunakan metode Fine yaitu prioritas koreksi ditentukan oleh risiko relatif yang disebabkan adanya bahaya. Semakin besar risiko, maka semakin tinggi prioritas, namun biaya untuk koreksi tidak diperhitungkan. Hasil dari pengukuran tersebut akan didapatkan gambaran mengenai tingkat risiko di tempat kerja. Sukapto juga menjelaskan bahwa tingkat risiko di tempat kerja, yang diukur dengan menggunakan Risk Score dapat dikelompokan menjadi tiga zona, yaitu zona tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan tingkat risiko di tempat kerja maka untuk zona tinggi dan sedang perlu segera mendapatkan perbaikan agar tidak terjadi kecelakaan. Kemudian dapat disusun pula Standard Operational Procedure (SOP) yang tepat dan agar dapat digunakan oleh pekerja di PT. BMB Eksport. Keunggulan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dalam penelitian ini yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Melakukan review pada prosedur pekerjaan setelah terjadi kecelakaan kerja. 2. Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kecelakaan
5 3. Dapat memberikan instruksi sebelum melakukan pekerjaan 4. Dapat mengkaji dan menyusun SOP 5. Sebagai alat kontak keselamatan terhadap pekerja Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana perbaikan kinerja manajemen risiko dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan Risk Score dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. BMB Eksport. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana perbaikan kinerja manajemen risiko dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan Risk Score dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. BMB Eksport. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perbaikan kinerja manajemen risiko dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan Risk Score dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. BMB Eksport 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi di PT. BMB Eksport, yang salah satunya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). b. Memberikan penilaian risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi di PT. BMB Eksport, yang salah satunya dengan menggunakan Risk Score. c. Membuat rekomendasi perbaikan atau pengendalian risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi di PT. BMB Eksport berdasarkan tangkat risikonya, yang salah satunya dengan menyusun rekomendasi mengenai Standard Operational Procedure (SOP).
6 D. Manfaat Penelitian Penilitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis, akademik dan perusahaan yaitu: 1. Manfaat bagi penulis Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengetahui perbaikan kinerja manajemen risiko dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dan Risk Score. 2. Manfaat bagi Akademik Hasil penelitian ini dapat dijadikab sebagai referensi tambahan bagi Prodi Ilmu Kesehatan Msyarakat Universitas Gadjah Mada demi perkembangan ilmu pengetahuan dan data informasi bagi penelitian selanjutnya. 3. Manfaat bagi perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan informasi, rekomendasi dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki manajemen risiko dengan menggunakan metode JSA dan menyusun SOP yang tepat agar melakukan pencegahan kecelakaan kerja. E. Keaslian Penelitian 1. Septyanindhea (2014). meneliti tentang pengendalian risiko kecelakaan kerja pada bagian produksi berdasarkan hasil analisis Hazard Identification, Risk Assessment, And Risk Control, perbedaan penelitian Septyanindhea (2014) dengan penelitian ini yaitu penelitian Septyanindhea (2014) penilaian risiko menggunakan metode HIRARC, sedangkan penelitian ini menggunakan Risk Score. Persamaan dari penelitian Septyanindhea (2014) dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan JSA dalam melakukan identifikasi bahaya. 2. Rahayu (2014). meneliti tentang pengedalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada bagian produksi berdasarkan hasil HIRARC di UKM kerupuk subur Yogyakarta. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan Rahayu (2014) dengan penelitian ini yaitu penelitian Rahayu, (2014) pengendalian risiko menggunakan pendekatan HIRARC sedangkan penelitian ini menggunakan Risk Score. Persamaan dari penelitian Rahayu (2014) dengan
7 penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan JSA dalam melakukan identifikasi bahaya. 3. Nallas (2013). meneliti tentang pengetahuan K3, motivasi K3, penerapan JSA dan kecelakaan kerja. Perbedaan dari penelitian Nallas (2013) dan penelitian ini yaitu penelitian Nallas (2013) bertujuan untuk mengkaji korelasi tingkat pengetahuan K3, motivasi K3 dan penerapan JSA terhadap kecelakaan kerja, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risiko, melakukan pengendalian risiko dan menyusun rekomendasi SOP. Persamaan dari penelitian Nallas (2013) dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang JSA. 4. Alwi (2015). meneliti tentang analisis keselamatan kerja pada gudang dengan menggunakan metode JSA dan Kansei Engineering di PT. Sarihusada Generasi Mahardika Yogyakarta. Perbedaan dari penelitian Alwi (2015) dengan penelitian ini yaitu penelitian Alwi (2015) bertujuan untuk membuat JSA berdasarkan tingkat kelelahan pekerja dan menganalisis kondisi lingkungan serta perbaikannya, sedangkan penelitian ini penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risiko, melakukan pengendalian risiko dan menyusun rekomendasi SOP. Persamaan dari Alwi (2015) dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode JSA. 5. Sukapto, et al., (2014). meneliti tentang perencanaan sistem K3 berdasarkan Job Safety Analysis dan perhitungan Risk Score. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian Sukapto, et al., (2014) yaitu penelitian Sukapto, et al., (2014) bertujuan memperbaiki sistem K3 di Stasiun Compounding dan Press- Outsole bagian pada produksi sepatu olah raga PT. Primarindo Bandung, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risiko, melakukan pengendalian risiko dan menyusun rekomendasi SOP. Persamaan dari penelitian Sukapto, et al., (2014) dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan pendekatan JSA dan Risk Score.