REMEDIASI MISKONSEPSI PADA PERPINDAHAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA ANIMASI DI MAN

dokumen-dokumen yang mirip
REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN ANIMASI FLASH PADA PERPINDAHAN KALOR SMA

PENERAPAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN LKS UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PERPINDAHAN KALOR DI SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM I NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TGT DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL TIPE NHT BERBANTUAN LKS PADA MATERI GLB DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG TUMBUKAN MENGGUNAKAN MODEL LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MEDIA ANIMASI DI SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN.

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM SOLVING MATERI SUHU DAN KALOR DI MAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

REMEDIASI MISKONSEPSI PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS MENGGUNAKAN DIRECT INSTRUCTION BERBANTUAN ANIMASI FLASH SMA

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN FLIP CHART UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG GETARAN DI SMP

Keywords: Effectiveness, Remediation, Learning Cycle

PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN

REMEDIASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN TEKA-TEKI SILANG TENTANG GETARAN DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN JIGSAW BERBANTUAN BOOKLET KELAS VIII SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG USAHA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF BERBANTUAN REFUTATION TEXT DI SMA

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL GUIDED INQUIRY PADA MATERI TEKANAN HIDROSTATIS DI SMP

THE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK

REMEDIASI MISKONSEPSI MATERI PEMANTULAN CAHAYA MENGGUNAKAN SIMULASI FLASH PADA SISWA SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL TGT BERBANTUAN KARTU SOAL PADA MATERI GETARAN DI SMP

QUANTUM TEACHING DENGAN KERANGKA TANDUR UNTUK MEREMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA MAN 1 KUBU RAYA

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN KOKAMI PADA MATERI GERAK LURUS BERATURAN DI SMA ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI GERAK PARABOLA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

PENERAPAN QUICK FEEDBACK DENGAN RAINBOW CARD UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK MTs MATERI HUKUM ARCHIMEDES

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA FLUIDA STATIS UNTUK MEREMEDIASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI PADA FLUIDA STATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MIND MAPPING DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN MTsN 2 PONTIANAK

REMEDIASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GAS IDEAL MELALUI METODE LEARNING TOGETHER DI SMA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PBL DI MAN

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BOOKLET UNTUKMEREMEDIASI KESALAHAN SISWA PADA MATERI PEMUAIAN ZAT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 TANGARAN KABUPATEN SAMBAS

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG TEKANAN UDARA DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIS MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DI SMA ARTIKEL OLEH CLAUDIA ALFENSIANITA NIM F

REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN MELALUI RECIPROCAL TEACHING DI SMA

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA KUMON PADA MATERI HUKUM II NEWTON

BAB III METODE PENELITIAN

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MINDSCAPINGTENTANG KALOR DI SMP

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

REMEDIASI KESALAHAN SISWA SMA MENGERJAKAN SOAL KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING PADA GERAK PARABOLA DI SMA

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI CERMIN DI SMP NEGERI 7 SUNGAI RAYA

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA FLUIDA STATIS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, DAN EXPLAIN DI SMA

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

REMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMP TENTANG CERMIN DATAR MENGGUNAKAN STRATEGI PREDICTION,OBSERVATION, AND EXPLANATION ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

REMEDIASI MISKONSEPSI PADA BAHASAN MASSA JENIS MELALUI WAWANCARA KLINIS MENGGUNAKAN TEKNIK DEMONSTRASI DI SMPIT

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS DI SMA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PENGARUH MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD

PENYEDIAAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN KONSEP SISWA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN READING INFUSION SQ3R UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA SMK TENTANG GERAK JATUH BEBAS ARTIKEL PENELITIAN OLEH

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

PENERAPAN MODEL NHT BERBANTUAN PHET DALAM REMEDIASI MISKONSEPSI FLUIDA DINAMIS SMAN 1 SUNGAI RAYA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENERAPAN MEDIA BENDA SEBENARNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN CARA PENGGUNAAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM DI SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN TUTOR SEBAYA PADA MATERI CERMIN SMP

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK DENGAN FEEDBACK MENGGUNAKAN BROSUR PADA MATERI GERAK JATUH BEBAS DI SMA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM GERAK.

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI GAYA MENGGUNAKAN TEXT TRANSFORMATION BERBENTUK CATATAN TULIS SUSUN DI SMA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume II No 1, Januari 2016

PENGGUNAAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA SUB MATERI HUKUM ARCHIMEDES SMP

PENGARUH MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI SMA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH U. SISWANTO NIM F

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MULTIREPRESENTASI PADA USAHA DAN ENERGI DI SMA

STUDI KOMPARASI PBI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA

Christophorus, Edy, Haratua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Tanjungpura

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HANDS-ON TEKNIK GUIDED WORKSHEET ACTIVITY TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PADA MATERI GETARAN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Transkripsi:

1 REMEDIASI MISKONSEPSI PADA PERPINDAHAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA ANIMASI DI MAN Anon, Tomo Djudin, Syaiful B. Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email: nonaanon316@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model direct instruction berbantuan media animasi dalam meremediasi miskonsepsi siswa pada materi perpindahan kalor di MAN 2 Filial Pontianak. Bentuk penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan rancangan one group pre-test post-test design. Sampel penelitian ini ialah siswa kelas XI IPA yang terdiri dari 25 orang yang dipilih secara sampel jenuh. Alat pengumpul data berupa 6 soal pilihan ganda dengan 3 alternatif jawaban disertai alasan terbuka. Rata-rata persentase jumlah miskonsepsi siswa sebelum remediasi sebesar 94,67% dan sesudah remediasi sebesar 39,33%. Berdasarkan uji McNemar, besar perubahan konsepsi siswa diperoleh diperoleh X 2 hitung (11,16) > X 2 tabel (3,84) untuk dk = 1 dan α = 5%, maka terjadi perubahan konsepsi siswa yang signifikan setelah diberikan remediasi. Nilai perhitungan proporsi yang diperoleh sebesar 0,56 tergolong sedang, maka model direct instruction berbantuan media animasi efektif untuk meremediasi miskonsepsi siswa. Kata Kunci: Remediasi, Miskonsepsi, Direct Instruction, Media Animasi, Perpindahan Kalor. Abstrack: The aim of this research is to investigate the effectiveness of using the direct instruction model assisted by media animation on remedied students misconception about heat transfer subject of class X in MAN 2 Filial Pontianak. The form of this research is pre-experimental by one-group pre-test-post test design. The sample of this research is 25 students in XI IPA class which are chosen by random sampling in technic of intact group. The tool for collecting data is 7 questions the form of multiple choice with the reasioning open. The mean percentage of students misconceptions before remediation by 94,67% and amounted to 39,33% after remediation. Based on McNemar test, a big change students conseptions obtained χ 2 hitung (11,16) χ 2 tabel (3,841) for dk = 1 and α = 5%, then there is a significant change in the students conceptions after being given remediation. The Proporsition value is 0,56 categorized as medium, then direct instruction model effective in the assisted media animation in remedied students misconceptions. Keywords: Remediation, Misconceptions, Direct Instruction, Media Animasi, Heat Transfer.

I lmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunaan metode ilmiah. Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukumhukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analitis data terhadap gejala-gejala alam (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014: 1). Salah satu bagian dari pelajaran IPA adalah fisika. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang didalamnya memuat konsep-konsep yang dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan berfikir siswa dengan menggunakan berbagai fenomena alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Tjokrosujono, 2002). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran fisika yaitu dapat berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Menurut Sari (2010), sudah menjadi pendapat umum bagi sebagian besar siswa bahwa mata pelajaran fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Sehingga mengakibatkan kurang terbentuknya sikap positif terhadap mata pelajaran fisika. Anggapan siswa yang seperti ini akan membuat siswa menjadi merasa tidak tertarik atau kurang berminat terhadap pelajaran fisika. Akibatnya banyak siswa memiliki pemahaman yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di kelas X MAN 2 Filial Pontianak, diketahui bahwa masih banyak siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam menjawab soal-soal dan mengalami kesulitan dalam memahami konsep suhu dan kalor khususnya konsep perpindahan kalor. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian siswa kelas X MAN 2 Filial Pontianak tahun 2014 pada materi suhu dan kalor. Persentase nilai siswa diatas KKM berjumlah 30%, sedangkan persentase nilai siswa di bawah KKM 70% dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yakni sebesar 75. Miskonsepsi adalah kesalahan dalam memahami konsep fisika. Suparno (2013), menyatakan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Miskonsepsi dalam bidang fisika paling banyak berasal dari diri siswa sendiri. Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal antara lain: prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa. Perpindahan kalor merupakan salah satu materi yang dipelajari di kelas X SMA. Materi ini sebelumnya sudah dipelajari di SMP sehingga siswa sudah memiliki konsep awal tentang perpindahan kalor. Konsep awal yang dimiliki siswa tersebut mungkin benar dan mungkin keliru, karena konsep tersebut memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran pada materi ini yaitu supaya siswa dapat memahami konsep perpindahan kalor dengan benar serta dapat menerapkan aplikasinya dalam kehidupan sehari hari. 2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanungkalit (2015) tentang miskonsepsi pada materi perpindahan kalor di X MIA 1 SMA Negeri 7 Pontianak ditemukan antara lain: 1) konduksi merupakan perpindahan panas yang disertai perpindahan partikelnya, 2) konveksi hanya terjadi pada zat cair saja, dan 3) siswa masih keliru dalam membedakan konsep konveksi dan radiasi. Konsepsi siswa yang keliru tersebut lebih dikenal dengan sebutan miskonsepsi. Untuk mencegah miskonsepsi yang dialami siswa akibat kurangnya pemahaman dan ketertarikan siswa pada materi perpindahan kalor di kelas selanjutnya, maka harus ditemukan perlakuan atau langkah yang tepat untuk mencegah hal tersebut. Perlakuan yang sering digunakan untuk memperbaiki miskonsepsi melalui remediasi. Menurut Sutrisno, Kresnadi dan Kartono (2007), remediasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa. Proses remediasi yang dilakukan harus meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu harus menggunakan metode atau model yang dapat membuat siswa tertarik terhadap pelajaran sehingga mereka bersedia untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Remediasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada materi perpindahan kalor di kelas X MAN 2 Filial Pontianak adalah remediasi dalam bentuk pengajaran ulang (re-teaching) dengan menggunakan model direct instruction. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009) direct instruction adalah suatu model pembelajaran dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model direct instruction dilandasi oleh teori belajar perilaku yang beranggapan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran berupa penguatan terhadap materi yang diajarkan. Model direct instruction memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Model direct instruction mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Adapun langkahlangkah pada model direct instruction yaitu: 1) fase orientasi, 2) fase presentase/demonstrasi, 3) fase latihan terbimbing, 4) fase menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik, dan 5) fase latihan mandiri (Ridho, 2011). Model direct instruction juga pernah digunakan oleh Arnika dan Kusrini (2014), hasil penelitiannya menunjukan kriteria baik yaitu dengan skor 3,03, aktivitas siswa yang dikehendaki selama proses pembelajaran selain kegiatan tidak relevan muncul dengan persentase 90,09% dengan aktivitas yang dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru, hasil belajar siswa pada penelitian ini yaitu dari 34 siswa terdapat 31 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas. Secara klasikal siswa tuntas dengan persentase 91,18%, respon siswa terhadap pembelajaran ini adalah positif yaitu dari 34 siswa ada 75% yang menyatakan respon positif terhadap pembelajaran. 3

4 Salah satu alat bantu yang digunakan pada model direct instruction adalah media animasi. Animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi dibanding media lain seperti gambar statis atau teks adalah kemampuannya untuk menjelaskan perubahan keadaan tiap waktu. Hal ini terutama sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian (Utami, 2011). Pemberian media animasi bertujuan sebagai sarana untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Pada umumnya media animasi memang digemari oleh siswa karena pembelajaran yang bersifat visualisasi lebih dapat merangsang perhatian dan konsesntrasi siswa untuk mengingat materi yang disampaikan oleh fasilitator selain itu kemampuan kognitif manusia yang dilengkapi dengan dua hal yaitu sistam verbal dan visual (gambar) dapat meningkatkan daya ingat manusia (Riana, 2009). Kegemaran anak terhadap media animasi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran. Proses perpindahan kalor merupakan pembelajaran yang abstrak artinya tidak dapat diamati secara langsung untuk itu dengan digunakannya media animasi siswa diajak melihat secara langsung dan konkrit bagaimana proses perpindahan kalor dan faktor-faktor yang terlibat saat proses perpindahan kalor. Alfarizi (2013) menggunakan media animasi pada pembelajaran dan mampu meningkatkan nilai rata-rata pre-test dari 57 menjadi 79,8 pada post-test. Oleh karena itu penelitian ini rasional dilakukan untuk meremediasi miskonsepsi siswa tentang perpindahan kalor dengan model direct instruction berbantuan media animasi di kelas X MAN 2 Filial Pontianak. METODE Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian pre-experimental design dengan rancangan one group pre-test post-test design. Dengan penggunaan rancangan one group pre-test post-test design hasil perlakuan dapat ketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Rancangan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 1 Rancangan Penelitian One Group Pre-Test-Post-Test Design O1 X O2 Pre-test Perlakuan Post-test (Sugiyono, 2011: 110) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 2 Filial Pontianak yang berjumlah 30 orang. Pemilihan sampel yang berpartisipasi dalam penelitian ini menggunakan teknik intact group (kelompok utuh). Intact group adalah cara memilih sampel berdasarkan kelompok kelas dimana semua siswa yang menjadi anggota kelompok kelas dilibatkan sebagai sampel (Sutrisno, 2011). Untuk menentukan kelas mana yang berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah cara memilih sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013: 68). Dalam penelitian ini, kelompok utuh yang dijadikan sampel diambil XI IPA MAN 2

5 Filial berjumlah 30 orang. yang terdiri dari 25 orang siswa terpilih menjadi sampel penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik. Tes ini berjumlah 6 soal pilihan ganda dengan 3 alternatif jawaban dan disertai alasan yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Simanungkalit (2015). Setiap nomor soal yang sama pada soal pre-test maupun post-test mewakili konsep yang sama. Soal tersebut diperbaiki dan divalidasi ulang oleh 2 orang validator yang terdiri dari 1 orang dosen prodi Pendidikan Fisika FKIP UNTAN dan seorang guru Fisika MAN 2 Filial Pontianak. Hasil dari validasi kemudian dianalisis dan diperoleh tingkat validasi sebesar 4,0 dengan kategori sesuai untuk digunakan dalam penelitian. Uji coba soal penelitian dilaksanakan di SMA Mujahidin Pontianak pada tanggal 26 juli 2016 di kelas XI IPA 1. Dari perhitungan dan analisis data menggunakan KR.20 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,504 (kategori sedang). Adapun prosedur penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan a. Mengurus surat mohon riset dan surat tugas dari FKIP UNTAN. b. Mengadakan observasi yang bertujuan untuk menentukan subjek dan waktu perlakuan dilaksanakan. c. Mempersiapkan instrumen penelitian, seperti kisi-kisi soal test, soal pre-test dan post-test, RPP, dan media media animasi. d. Uji coba soal penelitian dikelas XI IPA 1 SMA Mujahidin Pontianak. 2. Pelaksanaan a. Memberikan test awal (pre-test) dalam bentuk soal pilihan ganda dengan tiga alternatif piliahan. b. Melakukan kegiatan remediasi terhadap subjek penelitian dengan menggunakan model Direct Instruction berbantuan media animasi pada materi perpindahan kalor. c. Memberikan test akhit (post-test) dalam bentuk soal pilihan ganda dengan tiga alternatif pilihan kepada subjek penelitian. 3. Tahap Akhir a. Menganalisis data 1) Menganalisis profil miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah dilakukan remediasi. 2) Mengidentifikasi persentase penurunan miskonsepsi siswa. 3) Menganalisis tingkat efektivitas remediasi. b. Menarik kesimpulan berdasarkan analisis data. c. Menyusun laporan akhir.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Profil konsepsi Siswa pada Materi Perpindahan Kalor Sebelum dan Sesudah Diberikan Remediasi Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Animasi Tabel 2 Profil Miskonsepsi Siswa Saat Pre-Test dan Post-Test No Indikator Bentuk miskonsepsi 1 Mengidentifikasi proses perpindahan kalor secara konduksi 2 Mengidentifikasi proses perpindahan kalor secara konveksi 3 Mengidentifikasi proses perpindahan kalor secara radiasi Pre-test Siswa menganggap Panas dibawa partikel bergerak dari ujung A ke ujung B disertai perpindahan partikel Siswa menganggap kalor hanya merambat melalui benda padat Siswa menganggap partikel partikel berpindahan karena dipanaskan Siswa menganggap panas merambat lewat panci dari kebagian bawah ke atas panci karena mengalami penguapan Siswa menganggap perpindahan konveksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan partikelnya Siswa menganggap perpindahan konveksi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara Siswa menganggap perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor menggunakan zat perantara Siswa menganggap radiasi adalah perpindahan kalor yang disertai perpindahan partikelnya Post-test Siswa menganggap Panas dibawa partikel bergerak dari ujung A ke ujung B disertai perpindahan partikel Siswa menganggap perpindahan konveksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan partikelnya Siswa menganggap perpindahan konveksi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara Siswa menganggap radiasi adalah perpindahan kalor yang disertai perpindahan partikelnya

7 2. Penurunan Miskonsepsi Siswa pada Materi Perpindahan Kalor Sebelum dan Sesudah Diberikan Remediasi Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Animasi 1) Penurunan Miskonsepsi Tiap Siswa Tabel 3 Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Siswa No Kode Miskonsepsi Siswa n (n) Siswa n0 nt (%) 1 A-1 6 1 0,83 83% 2 A-2 6 4 0,33 33% 3 A-3 5 2 0.60 60% 4 A-4 6 6 0 5 A-5 6 5 0,17 17% 6 A-6 6 2 0,67 67% 7 A-7 6 4 0,33 33% 8 A-8 6 3 0,50 50% 9 A-9 6 4 0,33 33% 10 A-10 5 1 0,80 80% Rata-rata 55% Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa persentase rata-rata penurunan jumlah miskonsepsi tiap siswa pada materi perpindahan kalor setelah dilakukan remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi adalah sebesar 55%. 2) Penurunan Miskonsepsi Tiap Indikator 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 98% 100% 48% 50% 40% Grafik 1 Persentase Miskonsepsi Siswa saat Pre-test, Post-test dan Penurunan Miskonsepsi Tiap Konsep Berdasarkan Grafik 1 menunjukkan rata-rata persentase jumlah penurunan miskonsepsi siswa mengalami penurunan sebesar 54,67%. Uji 86% 60% 56% 30% konsep 1 konsep 2 konsep 3 pre-test post-test perubahan miskonsepsi

8 Mc. Nemar menunjukkan penurunan jumlah miskonsepsi yang signifikan. Penurunan jumlah miskonsepsi terbesar pada konsep perpindahan kalor secara konveksi yaitu sebesar 60% dan penurunan jumlah miskonsepsi terkecil pada indikator perpindahan kalor secara konduksi Keterangan : Konsep 1 = perpindahan kalor secara konduksi Konsep 2 = perpindahan kalor secara konveksi Konsep 3 = perpindahan kalor secara radiasi 3. Perubahan Konseptual Siswa Setelah Diberikan Remediasi Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Animasi pada Materi Perpindahan Kalor Perhitungan Mc Nemar digunakan untuk menentukan perubahan konseptual siswa setelah diberikan remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi pada materi perpindahan kalor. Rekapitulasi Hasil perhitungan Uji Mc Nemar dapat dilihat pada tabel bantuan Uji Mc Nemar untuk tiap butir soal pada Lampiran (D-5). Dari perhitungan Uji Mc Nemar didapat hasil seperti di tunjukkan pada Tabel 5. Tabel 4 Signifikansi Tiap Butir Soal Menggunakan Uji Mc Nemar 2 No Soal A B C D χ hitung 2 χ tabel Keterangan Taraf Signifikan 1 0 0 9 16 14,06 3,84 Signifikan 2 0 0 13 13 11,07 3,84 Signifikan 3 0 1 14 10 8,10 3,84 Signifikan 4 2 4 5 14 10,56 3,84 Signifikan 5 0 0 11 14 12,07 3,84 Signifikan 6 0 4 8 13 11,07 3,84 Signifikan Total 2 9 60 80 11,16 3,84 Signifikan Berdasarkan Uji Mc Nemar pada Tabel 4.4 terdapat χ 2 tabel (3,84) lebih kecil dari χ 2 hitung (12,06; 11,07; 8,10; 10,56; 12,07; 11,07) untuk db = 1 dan α = 5% yaitu secara berurutan pada soal nomor 1, 2, 3,4,5 dan 6. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan konseptual siswa pada konsep perpindahan kalor yang signifikan antara sebelum dan sesudah remediasi dengan model Direct Instruction berbantuan media animasi. Untuk perhitungan hasil uji Mc Nemar dapat dilihat pada Lampiran D-6. 4. Tingkat Efektivitas Remediasi Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Animasi Pada Materi Perpindahan Kalor Perhitungan efektivitas remediasi menggunakan menggunakan model Direct Instruction berbantuan media animasi di kelas X MIA MAN 2 Filial

9 Pontianak yaitu dengan cara menganalisis data hasil penurunan jumlah miskonsepsi antara tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tabel 5 Harga Proporsi Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator Jumlah sisiwa Indikator soal Pre-test Post-test S S Efektifitas S o S 1 % Mengidentifikasi proses perpindahan 24 9 0,625 62,5 Sedang kalor secara koduksi % Mengidentifikasi proses perpindahan 22 10 0,54 54% Sedang kalor secara konveksi Mengidentifikasi proses perpindahan 22 11 0,5 50% Sedang kalor secara radiasi Total 0,56 56% Sedang Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa remediasi dengan pengajaran ulang menggunakan model pembelajaran direct instruction dapat menurunkan jumlah siswa yang miskonsepsi pada materi perpindahan kalor. Penurunan jumlah siswa yang miskonsepsi terbesar terjadi pada indikator 1 yaitu mengidentifikasi perpindahan kalor secara konduksi sebesar 62,5%, sedangkan penurunan jumlah siswa terkecil terjadi pada indikator 3 yaitu mengidentifikasi perpindahan kalor secara radiasi sebesar 50%. Besarnya efektifitas model pembelajaran direct instruction dilihat dari rata-rata harga proporsi penurunan persentase jumlah siswa sebesar 0,56 dengan tingkat efektifitas sedang menurut aturan ruas jari. Pembahasan Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di kelas X Man 2 Filial Pontianak ini memakan waktu sebanyak 5 JP (2 kali pertemuan), yaitu pre-test 1 JP, perlakuan (treatment) 3 JP dan post-test 1 JP. Pre-test diberikan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 2 Agustus 2016 dan post-test diberikan pada pertemuan ketiga yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016. Bentuk soal yang diberikan pada pre-test dan post-test berupa 6 soal pilihan ganda disertai alasan terbuka. Hal ini bertujuan untuk melihat miskonsepsi yang dialami oleh siswa pada saat sebelum dan sesudah dilakukan remediasi. Penelitian ini menemukan bahwa sebelum diberikan remediasi dengan model direct instruction berbantuan media animasi, diperoleh rata-rata persentase miskonsepsi pada tiap konsep sebesar 94,67%. Setelah diberikan remediasi dengan model direct instruction berbantuan media animasi, rata-rata persentase penurunan menjadi 39,33%. Dari data tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan miskonsepsi sebesar 54,67%.

Dari data pre-test dan post-test terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah miskonsepsi baik tiap siswa maupun tiap indikator. Beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi pada saat pre-test mampu menjawab dengan benar pada saat post-test. Hasil analisis menunjukkan rata-rata jumlah miskonsepsi tiap siswa yang berhasil diremediasi sebesar 55%. Menurunnya jumlah miskonsepsi tiap siswa juga dibuktikan dengan lebih besarnya jumlah miskonsepsi siswa pada saat pre-test dibandingkan dengan pada saat post-test. Berdasarkan hasil penelitian, persentase miskonsepsi siswa pada saat pre-test sebesar 94,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada materi perpindahan kalor relatif rendah, sehingga miskonsepsinya tergolong tinggi. Tingginya tingkat miskonsepsi yang dialami siswa pada saat pre-test berdasarkan analisis data yang diperoleh pada konsep perpindahan kalor karena disebabkan dua faktor. Faktor pertama reasoning yang tidak lengkap, menurut Comins (dalam Suparno: 38-39) miskonsepsi yang dialami siswa dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap. Alasan siswa yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa. Faktor kedua intuisi yang salah, intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu secara objektif dan rasional diteliti. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Simanungkalit (2015) tentang Penerapan Guided Discovery Berbantuan LKS untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perpindahan Kalor Di SMA. Sesuai dengan temuan dalam penelitiannya, dari hasil pre-test rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 62,3%, adapun miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu: 1) suhu dapat mengalir, 2) konduksi merupakan perpindahan panas yang disertai perpindahan partikelnya, 3) konveksi terjadi hanya pada zat cair saja, 4) keliru dalam membedakan konsep konveksi dan radiasi. Proses remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi membuat siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran, kerjasama antar siswa dalam belajar dan berdiskusi dikelompoknya sehingga membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Setelah diberikan remediasi, persentase miskonsepsi siswa berubah menjadi 39,33%. Hal ini menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami siswa mengalami penurunan sebesar 55,34%. Penurunan ini disebabkan karena pada saat pembelajaran menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi, siswa dapat mengetahui konsepsi yang sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan guru mengenai perpindahan kalor dan di dukungan media animasi tentang perpindahan kalor. Agar setiap siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memahami materi perpindahan kalor. Hal ini sesuai dengan teori Aunurrahman (2013: 54), yang menyatakan bahwa proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut berpartisipasi secara aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, dan sebaliknya apabila 10

11 siswa tidak ikut berpartisipasi secara aktif maka tidak akan meningkatkan hasil belajar siswa. Perhitungan harga proporsi remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi menunjukkan besarnya nilai ΔS untuk tiap indikator berbeda-beda. Nilai harga proporsi rata-rata yang berbeda tiap indikator menunjukkan bahwa penurunan jumlah miskonsepsi yang dialami oleh siswa juga berbeda tiap indikatornya. Rata-rata penurunan miskonsepsi ketiga indikator tersebut hanya berada diantara 50% - 60%. Sedangkan harga proporsi remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi tiap siswa seperti yang terdapat pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan jumlah miskonsepsi sebesar 55,34%. Model direct instruction juga pernah digunakan oleh Arnika dan Kusrini (2014), hasil penelitiannya menunjukkan kriteria baik yaitu dengan skor 3,03, aktivitas siswa yang dikehendaki selama proses pembelajaran selain kegiatan tidak relevan muncul dengan persentase 90,09% dengan aktivitas yang dominan adalah memperhatikan penjelasan dari guru, hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah dari 34 siswa terdapat 31 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas. Secara klasikal siswa tuntas dengan persentase 91,18%, respon siswa terhadap pembelajaran ini adalah positif yaitu dari 34 siswa ada 75% yang menyatakan respon positif terhadap pembelajaran. Penggunaan media animasi pada pembelajaran juga pernah digunakan Alfarizi (2013) mampu meningkatkan nilai rata-rata pre-test dari 57 menjadi 79,8 pada post-test. Konsepsi siswa sebelum pembelajaran disebut konsepsi awal atau prakonsepsi. Sedangkan konsepsi siswa setelah pembelajaran disebut konsepsi akhir. Dalam pengajaran fisika, konsepsi awal siswa merupakan faktor penting yang dapat membantu mereka memahami konsep-konsep sains di sekolah. Pentingnya pemahaman konsepsi awal siswa antara lain disebabkan karena konsepsi awal siswa bersifat pribadi dan sering kali mengandung miskonsepsi. Pembelajaran menggunakan direct instrution ini juga menyediakan pilihan dalam proses kolaborasi antara peserta didik dengan pihak lain, baik dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Dalam model direct instruction ini, peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi sosial dengan orang lain. Sehingga siswa dapat menemukan konsepsi-konsepsi yang baru dalam diskusi tersebut. Kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh peneliti juga berperan penting dalam merubah konsepsi siswa. Ketika siswa menulis konsepsi awal mereka terhadap soal-soal pre-test, kegiatan demonstrasi akan menunjukkan apakah konsepi awal mereka tersebut benar atau keliru. Jika konsepsi siswa keliru, maka siswa dapat memperbaiki ketika siswa diberikan kesempatan pada tahap diskusi, guru memberikan LKS untuk mengarahkan siswa dan melatih sikap ketelitian yang siswa miliki. Walaupun konsepsi awal siswa kadang-kadang tidak jelas dan sering kali mengandung miskonsepsi, namun konsepsi awal ini perlu diidentifikasi sebagai titik awal dalam proses perubahan konseptual. Dengan memahami konsepsi siswa, guru dapat mengarahkan perubahan konsepsi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan mengaitkan konsepsi awal siswa dan konsepsi baru yang sedang

12 dipelajari, belajar akan lebih bermakna dan informasi yang dipelajari akan bertahan lama Tjokrosujono (dalam Nur Aprina, 2008: 21). Berdasarkan uji Mc Nemar pada Tabel 4.4 terdapat χ 2 tabel (3,84) lebih kecil dari χ 2 hitung (12,06; 11,07; 8,10; 10,56; 12,07; 11,07) untuk db = 1 dan α = 5% yaitu secara berurutan pada soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan konseptual siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah remediasi dengan model direct instruction berbantuan media animasi. Perubahan yang signifikan ini disebabkan karena tingkat miskonsepsi yang dialami siswa pada saat pre-test sudah tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joan Davis (dalam Suparno, 2013: 97) bahwa untuk mengajarkan perubahan konsep menyangkut dua hal pokok, yaitu membuka konsep awal siswa dan menggunakan beberapa teknik untuk membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal tersebut. Pada penelitian ini siswa disadarkan bahwa konsep awal yang mereka miliki masih keliru hal ini disebabkan intuisi yang salah karena kurangnya perhatian siswa dalam menyimak terhadap demonstrasi yang dilakukan peneliti tentang materi yang disampaikan serta ada sebagian siswa berhasil merubah konsep awalnya setelah diberikan remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi. Remediasi dengan menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi dapat diakatakan efektif jika terjadi perubahan konsep pada diri peserta didik. Perubahan konsep yang terjadi pada diri siswa yang tidak sesuai dengan konsep para ahli menjadi sesuai dengan konsep para ahli. Adanya perubahan konsep itu akan tarlihat pada perbedaan jumlah miskonsepsi yng terjadi sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah (post-test). Dari perhitungan signifikan menggunakan uji Mc Nemar, diperoleh bahwa remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi signifikan terhadap terjadinya perubahan konseptual. Ini menandakan bahwa model direct instruction berbantuan media animasi efektif untuk meremediasi miskonsepsi siswa pada materi perpindahan kalor. Untuk mengukur efektivitas penggunaan model direct instruction berbantuan media animasi pada materi perpindahan kalor digunakan rumus harga proporsi dengan batas efektivitasnya menggunakan aturan ruas jari. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pre-test dan post-test ditemukan efektivitasnya sebesar 0,56 yang tergolong sedang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil Profil miskonsepsi siswa dilihat dari rata-rata presentase miskonsepsi tentang perpindahan kalor saat pre-test atau sebelum diberiksn perlakukan sebesar 94,67%. Rata-rata persentase yang miskonsepsi saat post-test atau setelah diberikan perlakuan tersebut, persentase miskonsepsi menurun menjadi 39,33%. Dengan demikian terjadi penurunan persentase miskonsepsi sebesar 23,45%. Terjadi penurunan miskonsepsi pada materiperpindahan kalor baik tiap siswa maupun tiap indikator soal setelah dilakukan remediasi menggunakan model direct instruction berbantuan media animasi di kelas X MAN 2 Filial Pontianak. Besar penurunan rata-rata miskonsepsi tiap siswa adalah 55% dan rata-rata

13 persentase miskonsepsi siswa pada tiap indikator saat pre-test atau sebelum diberikan perlakukan sebesar 94,67%. Rata-rata persentase yang miskonsepsi saat post-test atau setelah diberi perlakukan sebesar 39,33%. Dengan demikian terjadi penurunan persentase miskonsepsi sebesar 55,34%. Terjadi perubahan jumlah miskonsepsi siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan remediasi dengan model direct instruction berbantuan media animasi. Dari hasil perhitungan Uji Mc Nemar secara total didapatkan χ 2 tabel (3,84) lebih kecil dari χ 2 hitung (11,16) untuk db = 1 dan α = 5%, hal ini berarti bahwa terjadi perubahan miskonsepsi yang signifikan pada konsep perpindahan kalor. Penggunaan model direct instruction berbantuan media animasi efektif untuk meremediasi miskonsepsi siswa kelas X MAN 2Filia Pontianak dengan nilai efektivitas 0,56 (berkategori sedang) Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas,maka disarankan menggunakan metode penelitian true experimental design dengan rancangan pre-test post-test control group design sehingga validitas internal penelitian dapat menjadi tinggi. Tes diagnostik yang yang digunakan sebagai alat pengumpulan data menggunakan two tier test dengan alasan tertutup untuk menghindari siswa yang tidak memberikan alasan pada soal tes, sehingga dapat menggali miskonsepsi siswa secara mendalam. Sebaiknya diberikan tes tunda sehingga dapat diketahui apakah penggunaan model direct instruction berbantuan media animasi mempengaruhi memori jangka panjang siswa. DAFTAR RUJUKAN Alfarizi, Salaman. (2013). Penerapan Media Pembelajaran Animasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Dasar Kompetensi Kejuruan Dasar-Dasar Permesinan. (online). (http://repository.upi.edu/5099/8/s_tm_0606006_chapter5.pdf, diunduh 30 April 2016). Arnika, Dewi Ajeng dan Kusrini. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instructio). Jurnal. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Dasna Wayan dan Sutrisno. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah. jurnal. Malang. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Hamzah B, Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukuranya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Buku Guru IPA SMP/Mts kelas VIII. Jakarta: Pusat kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud.

14 Nur, M. (2011). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa. Riana, R. S. (2009). Media pembelajaran Hakiki Pengembangan Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima. Sari, Lestari Andika. (2010). Pengaruh Pembelajaran Fisika Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Game Tournament) dan STAD (Student Team Achievement Division) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. Simanungkalit, Y. Ruth. (2015). Penerapan Guided Discovery Berbantuan LKS Untuk Meremediasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Perpindahan Kalor Di SMA. Jurnal. Pontianak: FKIP UNTAN. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. Sutrisno, Hery Kresnadi dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: PJJ S1 PGSD. Tjokrosujono. (2002). Dasar-Dasar Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Utami, Dina. (2011). Animation Dalam Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran. Yogyakarta.