BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. satu periode. Menurut Gunawan dalam Haruman dan Sri (2007: 3), anggaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) merupakan pusat. pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

FARIDA NUR HIDAYATI B

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. disfungisional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Indriantoro dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang hendak di capai selama periode waktu tertentu dalam ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. rencanakan, baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini anggaran merupakan elemen penting dalam sistem

(Survei Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB I PENDAHULUAN. demi mencapai tujuan dari organisasi, terutama anggaran. Anggaran merupakan pernyataan

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah. Adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

KUESIONER. Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Manajerial (Studi

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. penganggaran menggunakan penganggaran kinerja (performance

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Kinerja organisasi sebagian besar dipengaruhi kinerja para pegawai,

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Identitas Responden. 1. Jabatan di perusahaan ini sebagai. 5. Posisi di perusahaan :.. Manajer tingkat bawah ( manager lini)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan kewajiban. Setiap satuan kerja baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara. Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Adanya partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban.

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2004:61). Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005, anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan ke beberapa kelompok anggaran (Rudianto, 2006:118), yaitu: a. Anggaran Operasional Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan dalam suatu periode tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah anggran pendapatan, anggaran biaya, dan anggaran laba. b. Anggaran keuangan Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran yaitu anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi neraca. Stoner dan Freeman (2001:570) menyatakan bahwa Ada dua prosedur yang biasa digunakan dalam menyusun anggaran suatu organisasi, yaitu:

a. Top-Down Budgeting Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang ditentukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tanpa ada konsultasi dengan manajer tingkat bawah. Dengan menerapkan prosedur ini maka memberikan keuntungan yaitu mempersingkat waktu penyusunan anggaran. Kelemahan dari prosedur ini adalah tidak diperhitungkannya kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat, karena semaunya merupakan keputusan sepihak dari manajer. b. Bottom-Up Budgeting Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut. Prosedur ini memberikan keuntungan, dalam hal anggaran disusun berdasarkan bagian-bagian yang memang membutuhkan dana atau bagian-bagian yang memberikan penghasilan bagi perusahaan, sehingga alokasi menjadi akurat, atau dengan kata lain tingkat keakuratan anggaran sangat tinggi. Secara luas anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian mencakup pengarahan/pengaturan orang-orang dalam organisasi atau perusahaan dan alat perencanaan untuk direalisasikan. Beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut Nordiawan (2006:48) antara lain sebagai berikut : a. Anggaran sebagai alat perencanaan Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan ke arah mana kebijakan yang dibuat. b. Anggaran sebagai alat pengendalian Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending). c. Anggaran sebagai alat kebijakan Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan. d. Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan. e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. f. Anggaran sebagai alat penilai kinerja Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya. 2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran 2.1.2.1. Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran Menurut Robbins (2002:179) partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya. Partisipasi anggaran merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka (Brownell dalam Sinaga, 2009). Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki dua keunggulan yaitu : a. tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer. b. penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar.

Disamping keunggulan yang melekat pada partisipasi, tentu saja terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen (2000:362) ada 3 masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain : a. pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah. b. slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama. c. partisipasi semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka. 2.1.2.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi serta meningkatkan kebersamaan, sehingga kerjasama diantara anggota dalam mencapai tujuan juga akan meningkat. Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam anggaran (Soepomo, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan individu yang tidak dilibatkan dalam penyusunan anggaran.

2.1.3. Komitmen Organisasi 2.1.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Robbins, 2008:100). Menurut Luthans (2006:249), komitmen organisasi adalah suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Komitmen sebagai fondasi dasar dalam menjalankan suatu organisasi. Komitmen terwujud dalam bentuk visi dan misi yang terstruktur dan terukur sehingga dapat diaktualisasikan dalam kinerja organisasi. Tanpa komitmen suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik, karena komitmen sebagai tujuan dasar yang memberikan alasan tentang keberadaan suatu organisasi. Komitmen mencerminkan tujuan jangka panjang agar organisasi memiliki kelangsungan hidup yang jelas termasuk dalam penyusunan anggaran. 2.1.3.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Komitmen organisasi akan tumbuh disebabkan karena karyawan memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan pemberian nilai serta pengabdian kepada organisasi. Penelitian

telah menemukan bahwa semakin individu memiliki komitmen terhadap organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya (Porter dan Steers dalam Sunjoyo, 2008). Komitmen organisasi yang kuat akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama organisasi guna meningkatkan kinerja manajerial. Artinya dengan komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, dengan komitmen organisasi yang rendah akan tercipta perhatian yang rendah pada pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi kepentingan pribadi. 2.1.4. Kinerja Satuan Kerja Satuan Kerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut Satker, adalah setiap kantor atau satuan kerja di lingkungan Pemerintah Pusat yang berkedudukan sebagai Pengguna Anggaran/Barang atau Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (PMK No.119/PMK.05/2007). Menurut PP No.8 tahun 2006, yang dimaksud dengan kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Kumorotomo (2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil serta

diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kinerja diukur secara berkelanjutan sebagai umpan balik sehingga memperbaiki kualitas pelayanan publik pada pemerintah daerah maupun pusat. Dengan begitu, satuan kerja akan mengetahui prestasinya secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Mahsun (2006:198), mengungkapkan bahwa: Pengukuran kinerja pemerintah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat pertanggung jawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua satuan kerja yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifikasian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk dalam Damanik (2009) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan fungsi manajemen klasik yang meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu: 1. Kinerja Perencanaan Menentukan tujuan kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, pemrograman dan lainnya. 2. Kinerja Investigasi Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan menganalisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen lain, hubungan dengan manajer lain. 4. Kinerja Evaluasi Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk. 5. Kinerja Pengawasan

Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing, menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan menangani keluhan. 6. Kinerja Pemilihan Staf Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan pegawai. 7. Kinerja Negoisasi Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga. 8. Kinerja Perwakilan Menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain/perkumpulan bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi. 2.2. Review Penelitian Terdahulu Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Agusti (2012) menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan desentralisasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderating. Hasilnya menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Penelitian Anggraeni (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012) mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai moderator. Pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis regresi beringkat dengan pendekatan uji interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah Penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Abdul (2013) mengenai pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam proses penyusunan anggaran berpengaruh langsung secara positif dan secara statistik signifikan terhadap kinerja manajerial. Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini hampir serupa dengan penelitian terdahulu yang walaupun pada penelitian terdahulu variabel-variabel pada penelitian ini dilakukan secara terpisah. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari objek penelitiannya. Objek penelitian terdahulu lebih banyak meneliti di Pemerintahan daerah atau SKPD dan BUMN, sedangkan objek penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I yang memiliki Satuan Kerja tersebar di lima provinsi. Oleh karena itu,

akan disajikan temuan-temuan empiris terdahulu dari beberapa penelitian yang berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi pada tabel 2.1 dibawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian No. Nama Peneliti (Tahun Penelitian) 1. Agusti (2012) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Pemerinta Daerah Dengan Dimoderasi Oleh Variabel Desentralisasi Dan Budaya Organisasi 2. Anggraeni (2009) Pengaruh Pertisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu 3. Marisna (2013) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Secara parsial variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu. Secara simultan variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu. Secara parsial dan simultan partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Dinas Kesejahteran dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. 4. Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur Terdapat pengaruh yang signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat

5. Sardjito dan Osmad (2007) Pemerinta Daerah Dengan Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Moderator Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah Bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja dan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dan komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. 6. Sinaga (2009) Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Medan 7. Yudha dan Abdul Pengaruh Partisipasi (2013) Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening Sumber : Hasil pengolahan peneliti, 2014 Secara simultan partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing Medan. Secara parsial partisipasi anggaran tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial, secara parsial komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh langsung secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

2.3.Kerangka Konseptual Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan individuindividu mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan ini sangat penting dalam upaya memotivasi mereka guna mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para karyawan akan meningkat. Komitmen organisasi menggambarkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena karyawan memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral, pemberian nilai serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen organisasi yang kuat akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi dianggap mampu mempengaruhi kinerja Satker. Agusti (2012), Marisna (2013), Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty (2012), Sardjito dan Osmad (2007), dan Yudha dan Abdul (2013) menemukan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Partisipasi Penyusunan Anggaran (XX 1 ) HH 1 HH 3 Kinerja Satuan Kerja BMKG (Y) Komitmen Organisasi (XX 2 ) HH 2 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Berdasarkan pada teori hierarki kebutuhan maslow, manajer yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa dihargai pemikiran dan pendapatnya sehingga kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi. Lebih lanjut, mereka bisa menerima tujuan anggaran dan tujuan organisasi sehingga akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 1 (HH 1 ) yang diajukan dalam penelitian ini adalah: HH 1 : partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan, ketika seseorang dalam organisasi kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi maka akan tumbuh perasaan memiliki terhadap organisasi dan perasaan ini akan menumbuhkan komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja. Yudha dan Abdul (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi komitmen terhadap organisasi

tempatnya bekerja maka akan semakin baik pula kinerjanya. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 2 (HH 2 ) yang diajukan dalam penelitian ini adalah: HH 2 : Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG. Sinaga (2009) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 3 (HH 3 ) yang diajukan dalam penelitian ini adalah: HH 3 : Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG. 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dibuat hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.