BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik dari segi materill maupun spiritual. Merealisasikan tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak (Waluyo, 2011:02). Menurut Undang-undang No 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dan berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia (Kirana, 2010). Penerimaan pajak di Indonesia merupakan sumber utama pembiayaan pemerintahan dan pembangunan (Naranthaka, 2010). Terlihat pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa setiap tahun target penerimaan negara dari sektor pajak selalu mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah bahwa kedepannya sektor pajak dapat membiayai seluruh pembiayaan pembangunan negara. Seperti terlihat pada Tabel 1.1 target penerimaan negara dari sektor pajak 1
pada tahun 2014 sebesar Rp 1.246,10 Triliun atau sekitar 76,20% dari total penerimaan negara. Tabel 1.1 Realisasi APBN dan Penerimaan Pajak Tahun 2013-2015 (Dalam Triliun Rupiah) Tahun Penerimaan Pajak Penerimaan APBN % 2013 1.148,40 1.502,00 76,46 2014 1.246,10 1.635,40 76,20 2015 1.484,60 1.769,00 83,92 Sumber : www.kemenkeu.go.id (diakses 28 Februari 2015) Tercapainya penerimaan negara dari sektor pajak senilai Rp 1,246,10 triliun pada tahun 2014 ini tidak terlepas dari peran Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak harus mengoptimalkan program-program yang dapat meningkatkan penerimaan pajak. Langkah yang diambil oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan melakukan pembenahan Modul Penerimaan Negara (MPN) dari Direktorat Jenderal Pajak. MPN menurut Peraturan Menteri Keuangan No- 99/PMK.06/2006 merupakan mekanisme bagi negara dalam hal penatausahaan penerimaan yang masuk dalam hal penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, hibah, pengembalian belanja, pembiayaan, dan penerimaan perhitungan pihak ketiga. Langkah ini harus dilakukan dengan baik dan akurat untuk menghindari terjadinya kebocoran penerimaan negara (Kirana, 2010). Berbagai usaha terus dilakukan oleh aparatur Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak dengan cara melakukan pembaharuan sistem perpajakan. Pembaharuan sistem perpajakan yang 2
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak merupakan bagian dari reformasi perpajakan (tax reform), khususnya administrasi perpajakan (Novarina, 2005). Menurut Setiyaji dan Amir (2005) administrasi perpajakan diduga sebagai penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia yang berdampak pada tidak optimalnya penerimaan pajak. Dalam rangka menuju Good Governance Direktorat Jenderal Pajak perlu untuk menyesuaikan dan menyempurnakan struktur organisasi melalui modernisasi pajak sesuai dengan perkembangan kondisi dan dunia usaha yang selalu berubah. Sejak tahun 2000 Direktorat Jenderal Pajak telah memulai langkah reformasi administrasi perpajakan ini (tax administration reform) yang menjadi landasan terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya oleh masyarakat (Naranthaka, 2010). Tujuan dari reformasi administrasi perpajakan ini yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi (Kartikaputri, 2013). Reformasi serta modernisasi administrasi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wajib pajak terhadap institusional Direktorat Jenderal Pajak yang akan meningkatkan kepatuhan pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Terobosan yang terkait dengan teknologi informatika dalam kegiatan perpajakan terus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan, serta mengoptimalkan pelayanan kepada wajib pajak (Novarina, 2005). Pengoptimalan pelayanan kepada wajib pajak telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan melaksanakan program ekstensifikasi dan 3
intensifikasi perpajakan. Program intensifikasi perpajakan dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem perpajakan yang lebih mudah, cepat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga wajib pajak merasa nyaman dalam melakukan pembayaran dan pelaporan pajak (Nur, 2009). Peningkatan dan pengoptimalan pelayanan ini dengan terus dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi diberbagai aspek kegiatan yaitu dari pendaftaran diri sebagai wajib pajak melalui e-registration, spt elektronik melalui e-spt, pembayaran pajak online melalui e-billing, faktur elektronik melalui e-faktur, pengembalian PPN melalui VAT Refund dan pelaporan pajak online melalui e-filling. Salah satu pelayanan perpajakan berbasis internet adalah e-filling. Sistem e- filling ini sengaja dibuat agar tidak terjadi kontak antara wajib pajak dengan aparat pajak (Kirana, 2010). E-filling juga dapat menghindari persinggungan antara wajib pajak dengan petugas pajak yang berpotensi menimbulkan Korupsi, Koalisi, dan Nepotisme (KKN) (Fajar, 2007). E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT dan penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan baik SPT masa maupun SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara Online dan Real Time melalui Application Service Provider (ASP), (pasal 1 ayat 7 PER 47/PJ/2008). E-Filing merupakan salah satu bagian dari modernisasi administrasi perpajakan, dengan tujuan agar wajib pajak memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga pemenuhan kewajiban perpajakkan yang sifatnya urgent seperti penyampaian SPT dapat lebih mudah dilaksanakan dan tujuan peningkatan kualitas pelayanan wajib pajak dapat tercapai (Naranthaka, 2010). 4
E-Filling sangat berperan dalam meminimalisasi ketidakakuratan Modul Penerimaan Negara (MPN) (Wiyono, 2008). Menurut Dewi (2009), tujuan dari pelaporan e-filling adalah memangkas biaya dan waktu wajib pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu. Bagi Wajib Pajak yang menggunakan sistem e-filling dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) akan mendapatkan bukti surat penerimaan SPT elektronik di bagian bawah dari Induk SPT Wajib Pajak. Pembuktiannya dilakukan dengan mengirimkan kembali bukti penerimaan induk SPT Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak. Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dengan menggunakan tiga faktor utama yaitu keyakinan perilaku (behavioral), keyakinan normatif (normative beliefs), dan keyakinan bahwa perilaku dapat dilaksananan (control beliefs) (Ajzen 1988). Faktor-faktor tersebut menimbulkan adanya minat yang selanjutnya akan menentukan apakah individu akan menggunakan sistem (e-filling). Task Technologi Fit (TTF) yang dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson (1995) menjelaskan bagaimana teknologi berdampak dalam membantu individu mengerjakan tugas yang didukung adanya fungsi dari teknologi (e-filling). Technology Acceptance Model (TAM) adalah suatu model untuk memprediksi dan menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan teknologi tersebut dalam pekerjaan individual pengguna (Davis, 2000). Technologi Acceptance Model (TAM) merupakan model yang dirancang untuk memprediksi penerimaan aplikasi komputer dan faktor-faktor yang 5
berhubungan dengannya (Widyarini, 2005). Technologi Acceptance Model mendefinisikan sebagai salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya pengguna teknologi (Davis, 1993). Tujuan dari teori TAM ini adalah untuk menjelaskan sikap individu terhadap penggunaan suatu teknologi. Sikap individu atau reaksi yang muncul dari penerimaan teknologi tersebut dapat bermacam-macam diantaranya dapat digambarkan dengan intensitas atau tingkat penggunaan teknologi tersebut. Menurut Davis (1989), ada dua konsep utama yang dipercaya dalam user acceptance yaitu perceived ease of use dan perceived usefulness. Perceived ease of use didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa pengguna teknologi sistem informasi akan mudah dan tidak membutuhkan usaha yang keras. Perceived usefulness didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa pengguna sistem informasi meningkat kinerja dalam pekerjaannya. Pengguna sistem e-filling ditentukan oleh persepsi individu dan sikap yang pada akhirnya akan membentuk perilaku dalam penggunaan suatu teknologi informasi. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Desmayanti (2012) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-filling oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT masa secara online dan realtime dengan studi empiris di Wilayah Kota Semarang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Desmayanti (2012) yaitu menghilangkan variabel kerumitan. Alasan menghilangkan variabel kerumitan karena variabel ini memiliki makna yang sama dengan variabel kemudahan. 6
Beberapa penelitian terdahulu mencoba untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaaan teknologi informasi. Penelitian oleh Noviandini (2012) mengenai pengaruh persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahaan penggunaan, dan kepuasan wajib pajak terhadap penggunaan e-filling baga wajib pajak di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahaan penggunaan, dan kepuasan terhadap penggunaan e-filling. Penelitian selanjutnya oleh Darmayanti (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas e-filling oleh wajib pajak sebagai sarana penyampaian SPT Masa secara online dan realtime di KPP Madya Jakarta Pusat tahun 2012. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh signifikan positif persepsi kemudahaan, keamanan dan kerahasiaan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. Selanjutnya tidak terdapat pengaruh siginifikan persepsi kegunaan, kesiapan teknologi informasi wajib pajak dan pengalaman terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. Begum dan Jahagir (2008) meneliti mengenai persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, keamanan dan kerahasiaan, sikap pelanggan untuk menimbulkan customuer adaptation dalam konteks perbankan elektronik di Banglades. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, persepsi kemudahaan, kemanan dan kerahasiaan, sikap pelanggan dan customer adaptation berpengaruh positif terhadap sistem perbankan elektronik. Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar merupakan salah satu instansi yang bertanggungjawab menghimpun dana yang bersumber dari pajak dengan 7
cakupan wilayah kerja seluruh Bali, dan merupakan tempat pendaftaran dan pelaporan usaha bagi wajib pajak tertentu berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: Kep-34/PJ/2008. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Denpasar merupakan kantor pelayanan pajak yang ada di Provinsi Bali telah mewajibkan para wajib pajak untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan elektronik terhitung mulai tahun 2009. Wajib pajak yang dikelola oleh KPP Madya meliputi berbagai jenis industri dan jasa yang memenuhi kriteria tertentu, serta sebagian besar adalah wajib pajak badan yang berskala besar. Perusahaan besar cenderung memperkerjakan karyawan yang secara khusus untuk mengurus masalah perpajakan perusahaan. Hal ini mendorong wajib pajak untuk menggunakan e-filling. Sebagai instansi yang berkewajiban memberikan fasilitas serta informasi yang memadai bagi para wajib pajak, Kantor Pelayanan Pajak Madya senantiasa mengimbanginya melalui peningkatan kualitas pelayanan dan administrasi dalam pelaporan SPT kepada wajib pajak yang terdaftar melalui e-filling. Walaupun banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh Wajib Pajak, tidak semua Wajib Pajak mau memanfaatkan fasilitas e-filling (Darmayanti, 2012). Dapat dilihat pada Tabel 1.2 yang menunjukkan fenomena perbandingan jumlah wajib pajak dengan pengguna e-filling tahun 2012-2014. 8
Tabel 1.2. Jumlah Wajib Pajak Badan Di KPP Madya Denpasar Pengguna E-Filling Tahun 2012-2014 Tahun Jumlah Wajib Pajak Badan Pengguna E-Filling % 2012 1360 73 5,4 2013 1392 85 6,1 2014 1398 103 7,4 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar Tabel 1.2 menunjukkan masih rendahnya tingkat perbandingan jumlah wajib pajak badan dengan pengguna fasilitas e-filling. Hal ini dikarenakan belum semua wajib pajak badan menggunakan e-filling. Penyebab hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengenai sistem e- filling serta wajib pajak juga belum dapat menerima sebuah teknologi baru dalam pelaporan pajaknya (Kirana, 2010). Merurut Novarina (2005) kekurangmampuan dalam melakukan sinkronisasi terhadap format data yang dimiliki wajib pajak dengan format data yang diinginkan oleh sistem Application Service Provider (ASP) dan sistem Direktorat Jenderal Pajak membuat wajib pajak harus berhatihati mengenai cara penggunaan sistem ini. Tabel 1.2 juga menunjukkan bahwa dari tahun 2012-2014 jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Denpasar mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk menggunakan wajib pajak badan sebagai responden dalam penelitian ini, peningkatan wajib pajak badan diharapkan akan diimbangi dengan peningkatan penggunaan sistem e-filling. 9
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mencoba untuk meneliti intensitas perilaku dalam penggunaan fasilitas e-filling oleh wajib pajak badan. Penelitian ini menggunakan variabel intensitas perilaku dalam penggunaan e- filling sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah persepsi kegunaan, persepsi kemudahaan, keamanan dan kerahasiaan dan kesiapan teknologi wajib pajak. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah persepsi kegunaan berpengaruh terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling? 2) Apakah persepsi kemudahan berpengaruh terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling? 3) Apakah keamanan dan kerahasiaan berpengaruh terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling? 4) Apakah kesiapan teknologi informasi wajib pajak berpengaruh terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh persepsi kegunaan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. 2) Untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. 10
3) Untuk mengetahui pengaruh keamanan dan kerahasiaan terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. 4) Untuk mengetahui pengaruh kesiapan teknologi informasi wajib pajak terhadap intensitas perilaku dalam penggunaan e-filling. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis. Penelitian ini diharapakan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasisiwa/i serta dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak terhadap e-filling. 2) Kegunaan Praktis. Penelitian ini khususnya bagi perusahaan agar dapat menggunakan sistem e-filling dalam melaporkan SPT masa ataupun SPT Tahunan, karena dalam sistem e-filling perusahaan dapat meningkatkan kinerja, lebih efektif dan lebih efisien. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan kebijakan dan kelangsungan penggunaan e-filling. 11
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana semua bab memiliki hubungan yang saling berkaitan antar bab satu dengan bab yang lainnya. Bab I. Pendahuluan Pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu Theory Of Planned Behavior (TPB), Task Technology Fit (TTF), Technology Acceptance Model (TAM), E-Filling, User E-Filling, Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan, Keamanan dan Kerahasiaan, Kesiapan Teknologi Informasi Wajib Pajak, Intensitas Perilaku Dalam Penggunaan E-filling. Bab III. Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. 12
Bab IV. Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi gambaran umum perusahaan, deskripsi variabel penelitian, pengolahan data, dan terakhir pembahasan hasil penelitian dapat ditemukan dalam Bab IV. Bab V. Simpulan dan Saran Bab ini berisi simpulan dan saran yaitu berupa simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran yang dapat diberikan atas simpulan tersebut. 13