ADAPTASI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA BALAI PERTEMUAN DPRD RENON, BALI

dokumen-dokumen yang mirip
Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

87 Universitas Indonesia

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

WALIKOTA PALANGKA RAYA

Jawa Timur secara umum

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

RENCANA ANGGARAAN BIAYA ( RAB )

ABSTRAK. STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel)

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

UTS SPA 5 RAGUAN

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA HOTEL GRAND HYATT BALI

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DASAR-DASAR FENG SHUI

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

A.A. Rai Sita Laksmi Fakultas Sastra Universitas Warmadewa Denpasar Jl. Terompong No. 24, Denpasar

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

I Kadek Merta Wijaya, S.T., M.Sc. Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

Konsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar

Perkembangan Arsitektur 1

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

UNGKAPAN ESTETIS SISTEM KONSTRUKSI PADA INTERIOR BANGUNAN TRADISIONAL BALI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP DESAIN. 1. Hirarki Ruang/Tri Loka atau Tri Angga. Tampilan : Terdiri dari kepala, tangan, dan kaki

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

INSPIRED. by BALINESE PHILOSOPHY. Fotografer Shaylan Allman 9Koleksi Jeghier) Penulis Imelda Anwar. Vol. 16 No. 09 September 2015

PERUBAHAN ARSITEKTUR TRADISIONAL HUNIAN DESA BAYUNG GEDE, BANGLI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERUBAHAN WUJUD ARSITEKTUR ANGKUL- ANGKUL PADA RUMAH TINGGAL ETNIK BALI DI KOTA DENPASAR

KONSEP PERANCANGAN TAMAN DEPAN REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tim Perancang: Muhajirin, S.Sn, M.Pd. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.

Griya Asri The Arsana Estate Edition 2008

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

b e r n u a n s a h i jau

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan

Arsitektur Tradisional ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI. Pola Tata Ruang Tradisional. Dasar Konsep Ruang. Tri Hita Karana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

Architecture. Home Diary #008 / 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

Transkripsi:

ADAPTASI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA BALAI PERTEMUAN DPRD RENON, BALI Made Chryselia Dwiantari 1), Tri Anggraini Prajnawrdhi 2) 1) Mahasiswa Program Magister Arsitektur, Fak.Teknik, Universitas Udayana mchryselia@gmail.com 2) PS Arsitektur, Fak.Teknik, Universitas Udayana anggieprajnawrdhi@unud.ac.id ABSTRACT Balinese traditional architecture style has the strong character of which brought a strong identity of architecture in Bali which influenced by Hindu. It s reflected on the principle of form which convey its unique architecture identity and its architectural values. The application of traditional architecture in modern buildings such as office buildings, has to follow the local regulation to protect the local architecture values. Therefore, the values would not be extinct, and still exist for the next generations. This object of research is Balai Pertemuan DPRD building which adopted the form and value of traditional Bale Kambang. Qualitative method applied to this research with the use of descriptive analysis and comparison between object of study and the theories. The result shows that the application of the form of roof, body, base of the building and the ornaments adopted the traditional concept. Keywords: bale kambang, balai pertemuan DPRD Renon, comparison ABSTRAK Gaya arsitektur tradisional Bali adalah corak penampilan arsitektur yang dapat memberikan citra/nuansa arsitektur berlandasarkan budaya Bali yang dijiwai oleh agama Hindu melalui penerapan berbagai perinsip bentuk yang mengandung identitas maupun nilai-nilai arsitektur. Pengaplikasian arsitektur tradisional pada gedunggedung modern salah satu contohnya ialah perkantoran tidak terlepas dari menjaga arsitektur lokal agar tidak tergerus oleh jaman dan hilang terlupakan generasi mendatang. Penelitian ini mengambil bangunan Balai Pertemuan DPRD Bali yang mengadaptasikan bentuk Bale Kambang dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif kompartif sehingga hasil penelitian ini mampu mengetahui bentuk atap, badan bangunan dan kaki bangunan serta ornamen yang diadaptasikan. Kata Kunci: bale kambang, balai pertemuan DPRD renon, komparasi PENDAHULUAN Renon merupakan kawasan civic centre atau pusat pemerintahan provinsi bali di kota denpasar yang berdiri kantor-kantor pemerintahan secara berdampingan agar memudahkan secara aksesbilitas dan pelayanan terhadap masyarakat bali. Bangunan-bangunan perkantoran tersebut memiliki gaya bangunan berbeda-beda namun tetap menampilkan arsitektur tradisional bali sebagai tampilan wajah dari kawasan renon itu sendiri yang sudah diatur pada perda nomor 5 tahun 2005 yang mewajibkan bangunan gedung mengaplikasikan gaya arsitektur tradisional bali agar selaras dan harmonis terhadap lingkungan setempatnya. Pengaplikasian arsitektur tradisional pada gedung-gedung modern salah satu contohnya ialah perkantoran tidak terlepas dari menjaga arsitektur lokal agar tidak tergerus oleh jaman dan hilang terlupakan generasi mendatang. Kantor DPR Renon menjadi salah satu contoh bangunan yang menarik dari segi bentuk dan tampilannya yang menampilkan arsitektur tradisional bali. Terdapat 3 masa bangunan yaitu gedung utama, wantilan dan balai pertemuan. Dalam tulisan ini membahas balai pertemuannya yang terlihat mengambil bentuk menyerupai bale kambang. Tulisan ini menjelaskan dari makna tata bangunan, bentuk atap, badan dan kaki bangunannya serta ornamen-ornamen yang terdapat pada bangunan balai pertemuan tersebut yang dikomparasikan dengan bale kambang di kertagosa, di puri agung karangasem dan di taman ujung sukasada. Tulisan ini dibuat untuk mengetahui bagaimana adaptasi dari konsep arsitektur tradisional bali terhadap bangunan kontemporer yang ada di bali. Sehingga tulisan ini nantinya akan memberikan sebuah Made Chryselia Dwiantari 1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi 2) - Adaptasi Arsitektur Tradisional Bali pada Balai Pertemuan DPRD Renon, Bali 2-75

TINJAUAN PUSTAKA Arsitektur Tradisional Bali Arsitektur tradisional adalah perwujudan ruang untuk menampung aktifitas kehidupan manusia dengan pengulangan bentuk dari generasi ke generasi berikutnya dengan sedikit atau tanpa perubahan, yang dilatarbelakangi oleh norma-norma agama dan dilandasi oleh adat kebiasaan setempat dijiwai kondisi dan potensi alam lingkungannya (Gelebet, I Nyoman.1982). Menurut Suartika, (2010, dikutip dari Putro, Hedro T, Makalah Kajian Komparasi Arsitektur Tradisional Jawa dan Bali) menuliskan bahwa perwujudan praktik dan bentuk budaya spasial di Bali mengacu pada penerapan Konsep Tri Angga dan Sanga Mandala. secara umum arah timur laut memiliki nilai religius yang signifikan dalam kaitannya dengan orientasi kosmik dan alamiah, Dalam praktik zona ini sangat di sakralkan dan merupakan zona tempat struktur stuktur berfungsi ritual ditempatkan. Kombinasi antara konsep hirarki Tri Angga, Konsep keseimbangan Tri Hita Kharana dan Konsep Perbedaan Rwa Bhineda, telah mengarahkan absennya demarkasi absolut antara zona satu dengan zona lainnya.. Arsitektur tradisional Bali mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya yaitu sebagai berikut: (1) Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala. Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer). Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari) Sumbu natural: Gunung dan Laut; (2) Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu. (3) Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri Angga.Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki. Tinjauan Tentang Bale Kambang Pada bagian ini akan dijelaskan tentang beberapa buah Bale Kambang yang terdapat di Bali. Beberapa Bale Kambang itu diantaranya yang terdapat di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Kelungkung. Bale kambang yang ada di Puri Agung Karangasem berfungsi sebagai tempat pertemuan keluarga puri, tempat pementasan pertunjukkan kesenin dan ruang makan jika ada pesta. Untuk mencapai bale kambang terdapat jembatan yang berada pada sisi barat yang menghubungkannya dengan pelataran halaman kedua serta sebuah pintu gapura candi kurung dibagian ujung barat jembatan. Terdapat Gedong Tua yang bagian depannya dibuat terbuka difungsikan sebagai tempat untuk menonton seni pertunjukkan yang diadakan di bale kambang, juga berfungsi tempat melaksanakan berbagai kegiatan upacara. Atap menggunakan material genteng yang sederhana tanpa adanya ikut celedu dan mudra yang biasanya terdapat pada atap bangunan tradisional Bali. Bagian dalam bangunan,usuk-usuk atap dari kayu terekspos. Tiang saka berjumlah 18 buah berbentuk persegi dicat berwarna hijau dengan umpak dari beton dengan ornamen stilasi tumbuhan berwarna abu-abu. Msaing-masing tiang diberi sekat seperti pagar dari kayu senada berwarna hijau dengan warna tiang saka. Pada bataran,lantai dipolakan ditengah-tengah dipasang keramik motif bunga, dominan lantainya dipasang batu sikat hitam dan sisanya plasteran semen. Bagian bataran menggunakan susunan batu andesit atasnya dibawahnya terdapat ornamen tumbuhan seperti bunga dan tempelan kepala binatang, di bagian pinggir kolam terdapat patung naga dan garuda. Menuju ke bale kambang terdapat jembatan dengan bentuk yang sederhana terbuat dari beton di pasang keramik dominan putih dan cat merah dan hijau pada kisi-kisi dindingnya. Gapura seperti candi kurung sebagai pintu masuk menuju bale kambang bagian atasnya terdapat ornamen seperti murda yang berbentuk bunga. Bagian batarannya terdapat ornamen peperangan, pondasinya berupa beton dengan tambahan hiasan tiang pot tanaman mengelilingi bangunan bale kambang dan ditanamani tanaman hias. Masih di Kabupaten Karangasem, Bale kambang yang yang terdapat pada Taman Ujung Sukasada yang merupakan peninggalan dari Kerajan Karangasem memiliki 2 buah bangunan yang berbeda namun material bangunanya hampir sama. Dan yang membedakan kedua bangunan itu adalah dindingnya ada yang tertutup dan ada yang terbuka, yang tertutup fungsinya sebagai tempat peristirahatan raja dahulunya dan tempat menerima tamu begitu juga dengan bale kambang terbuka sebagai penerima tamu dan untuk pementasan kesenian. Atap bangunan menggunakan genteng dengan hiasan yang unik, di bubungannya terdapat hiasan seperti ikut celedu terdapat 4 hiasan tiap bubungannya dan diatas puncaknya ada mudra. langit-langit motif tumbuhan. Balai ini merupakan bangunan tempat tingal dengan 4 buah kamar dengan dindingnya di cat putih, pada dinding bagian luar di ataasnya terdapat makara atau seperti karang boma, di dinding bawah terdapat ukiran 2-76 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

peperangan dan pewayangan. Tiap kolom-kolom terukir cetakan ornamen tumbuhan bunga. Kamar terletak 2 di timur dan 2 di barat, 2 dari kiri dan kanan masing-masing terdapat pintu penghubung, kamar-kamar tersebut terdiri dari ruang keluarga raja, tempat peraduan raja, 2 ruang putra dan putri raja. Didalam kamar dengan ukiran dinding yang sama di luar. Diatas pintu terdapat kaca warna warni terdapat lampu tempel di dinding berjumlah 4 buah di kamar masing-masing terdapat 1 jendela, sedangkan di luar terdapat di ruang utara kamar terdapat 6 jendela, dikamar utara masing-masing terdapat 2 jendela. Pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat jembatan dengan balai kanopi di bagian ujungnya. Bale Kambang di Taman Kertagosa terletak di tengah-tengah kompleks situs Kertagosa, bangunannya berbentuk segi empat panjang berfungsi sebagai tempat rekreasi, tempat penerima tamu, dan tempat jamuan bagi para tamu kerajaan. Bagian atap bale terbuat dari ijuk dan pada langitlangit bangunan (plafon) dihiasi dengan lukisan tradisional wayang kamasan dengan cerita Sutasoma, Pan Brayut, dan Palelintangan (pengaruh bintang terhadap kelahiran). Badan bangunan terbuka dengan adanya tiang-tiang saka, terdapat dua level bataran pda bataran paling atas terdapat saka dan disisi bataran dibuat pagar keliling. Bagian sendi diukir dengan ornamen cerita pewayangan serta tiang saka juga terdapat ukiran. Pada lantai dipasang keramik berwarna merah marun, untuk batarannya terdapat 2 tingkat dan dasar pondasi bangunan. Pada bataran menggunakan material batu paras dan bata dengan pepatran punggel atau samblung dan di tepiannya diukur patra kakulkakulan serta ada karang simbar. Bagian pagar pembatas di pondasinya terdapat patra punggel dan ornamen karang tapel dan terdapat patung-patung dibagian atas pembatas. Gambar 1. Bale Kambang (kiri) Puri Agung Karangasem, (tengah) Taman Ujung, (kanan) Kerta Gosha METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa menggunakan metode deskriptif komparatif. Menjelaskan objek faktual yang ada di lapangan serta membandingkannya dengan bentuk bangunan-bangunan yang sudah ada berbentuk bale kambang yang nantinya menghasilkan kesimpulan dengan kecenderungan yang mana lebih diadaptasi oleh bangunan bale pertemuan yang ada di kantor DPRD Bali. PEMBAHASAN Balai Pertemuan DPRD ini mengadaptasi dari gaya arsitektur tradisional Bali baik itu dari tatanan bangunannya, dan wujud fisik bangunannya baik itu dari bagian atas, dinding dan bawah bangunan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Tata bangunan, tata bangunan diadaptasi dari bangunan bale kambang atau bale gili. Bale kambang itu sendiri bisa diartikan bangunan yang dikelilingi oleh kolam hias yang cantik yang seolaholah membuat bangunan terlihat mengambang diatas air. Pengambilan bentuk bale kambang yang diadaptasikan pada balai pertemuan DPRD itu sendiri sangat sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai tempat pertemuan berupa rapat bersama anggota DPRD atau dengan pihak lainnya dan sebagai tempat perjamuan dengan tamu dari dalam maupun luar negeri. Balai pertemuan DPRD yang terdapat entrance (pintu masuk) sebelum menuju bangunan utama dalam bentuk kori agung dimana jembatan sebagai penghubungnya. Tata bangunan balai Pertemuan DPRD ini terlihat simetris dan di empat sudut kolam terdapat bale bengongnya. Made Chryselia Dwiantari 1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi 2) - Adaptasi Arsitektur Tradisional Bali pada Balai Pertemuan DPRD Renon, Bali 2-77

Gambar 2.Tampak Atas dan Tampak Samping Balai Pertemuan DPRD (2) Bentuk Bangunan, bentuk bangunan menerapkan konsep arsitektur tradisional Bali yaitu tri loka atas, tengah dan bawah. Terdapat bagian kepala (atap), badan (dinding) dan kaki (bataran). Yang masing-masing dapat dijelaskan: (a) Atap, balai pertemuan ini bisa dilihat sebenarnya terdapat dua masa bangunan yang mana dihubungkan dengan selasar beratap beton dan juga dari kori agung menuju bangunan di buatkan selasar terbuka menggunakan plat beton. Atap pada bangunan pertama dibuat limas dengan tekukan ditiap bungbungannya dan juga bale bengongnya. Gambar 3 Atap Masa Bangunan 1 Balai Pertemuan DPRD dan Atap Bale Bengong Hal sama terjadi juga di masa kedua namun lebih aktraktif dengan adanya atap bertingkat seperti atap wantilan. dari penjelasan tersebut menunjukkan masa kedua adalah bangunan utamanya dengan atapnya yang terihat gagah, megah dan menarik. Atapnya menggunakan gaya arsitektur bali dengan adanya murda dipuncak atap dan lisplank yang terukir di pinggiran atap dan ikut celedu di tiap ujung atap. Gambar 4 Atap Masa Bangunan 2 yang Bertingkat Balai Pertemuan DPRD (b) Dinding, dindingnya menggunakan bata pasang gosok yang biasa terdapat pada bangunan rumah dengan gaya tradisional bali. Terdapat tiang/pilar-pilar dibuat secara pengulangan diluar bangunan utama yang berjumlah 5 buah tiap satu sudutnya yang diisi pada empat sudut bangunan. Selain memperkokoh bangunan juga segi estetikanya sebagai penghias. Pemilihan warnanya berbeda dengan warna dindingnya yang oranye bata dan juga materialnya, berupa paras putih yang membuat perbedaan dan tidak monoton. Pada bagian pintunya terdapat ornamen berupa karang boma yang mempunyai makna sebagai penolak hawa jahat atau buruk ke dalam ruangan. Ada 4 pintu di bangunan utama dan juga dipasangi dengan ornamen karang boma. Pada dinding terdapat jendela- 2-78 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

jendela terbuat dari kayu ada yang ukuran besar dan jendela kecil pada bagian atas dinding, bentuknya sederhana tanpa adanya outer ornamen. Gambar 5. (kiri) Terdapat 5 Pilar Tiap Empat Sisi Bangunan Utama Balai Pertemuan DPRD; (kanan) Terdapat Empat Pintu Tiap Empat Sisi Bangunan Utama Balai Pertemuan DPRD (c) Bataran pada bagian bawahnya menggunakan material paras dengan adanya tempelan karang daun dan karang tapel pada bangunan pertama dan bangunan utama dan bale bengong terdapat tempelan ornamen berupa karang gajah. Bisa dilihat bagian bawah bangunan seperti ada dua tingkatan yaitu bagian yang menyentuh dasar kolam sebagai pondasi dan kemudian diatasnya adalah bagian bataran bangunan balai pertemuan tersebut. Gambar 6 Karang Gajah di Bataran Bale Bengong dan Bangunan Utama Sumber:Penulis, 2017 Gambar 7 Karang Daun dan Karang Tapel di Bataran pada Bangunan Pertama Sumber:Penulis, 2017 Made Chryselia Dwiantari1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi2)- Adaptasi Arsitektur Tradisional Bali pada Balai Pertemuan DPRD Renon, Bali 2-79

Pada bagian pondasinya menggunakan beton dan dibagian tepinya dipasang batu paras dengan ditanami tanaman hias dan tugu dengan atasnya terdapat pot tanaman mengelilingi bale kambang. Ukiran di bale bengong terlihat polos menggunakan gaya badung yang ukiranya seperti setengah jadi, sedangkan pada bangunan utama ukiran-ukiran ornamennya jelas dan lengkap. (d) Jembatan, ada jembatan terdapat ornamen gajah mina bentuknya berkepala gajah dengan badan berbentuk ikan yang merupakan simbol dari cerita perputaran mandara giri yang memunculkan banyak ikan. Bila dilihat dari segi estetika sangat cocok dengan bentuk bangunannya yang terdapat kolam air sehingga menyesuaikan dengan tema bangunannya. Gambar 8.Gajah Mina Sebagai Ornamen pada Jembatan Balai Pertemuan DPRD Renon Bali Berikut tabulasi perbandingan antara komparasi bale kambang yang diadaptasikan pada balai pertemuan DPRD Bali, pada table dibawah ini: Kategori Material penutup atap Bale Kambang di Puri Karangasem Bale Kambang di Taman Kertagosa Nama Bangunan Bale Kambang di Taman Ujung Sukasada Genteng Genteng Ijuk Genteng Balai Pertemuan DPRD Bali Genteng Atap Bangunan (kepala) Lalangit/Plafon Usuk-usuk terekpos Motif lukisan Motif ornamen (tidak ada motif) pewayangan kamasan tumbuhan dan cerita sutasoma Ornamen Atap Tidak ada (polos) Tidak ada (polos) Ikut celedu yang dimodifikasi, mudra Ikut celedu, mudra Badan Bangunan (Badan) Bataran dan pondasi (Kaki) Jembatan Kolom Tiang saka Tiang saka Beton, ornamen tumbuhan bunga Dinding Terbuka Terbuka Tertutup, tembok cat putih Pintu Tidak ada Tidak ada Ada, pintu kayu atasnya terapat mozaik kaca dan tempelan ornamen karang boma Bataran Polos, batu andesit Batu paras dan bata Motif ornamen pepatran punggel atau peperangan samblung, kakulkakulan,, serta karang simbar Pondasi Jembatan Gate/pintu masuk Ornamen tumbuhan dan tempalan kepala binatang (karang tapel) Karang punggel, karang tapel, patungpatung, ditanami tanaman hias Beton, ditanami tanaman hias dengan tugu pot tanaman mengelilingi bale kambang Terbuat dari beton cat putih dengan kisi-kisi Batu paras dan bata, pagar pembatasnya Beton,ornamen motif bentuk singa, di kedua pembatasnya terdapat hiasan dan tumbuhan patung-patung Candi kurung/kori Candi Bentar Balai Kanopi style eropa Beton,pilar ornamen tumbuhan Tertutup, paras dan bata Ada, pintu kayu dengan ornamen karang boma Paras, ornamen karang tapel, karang simbar, pada bale bengong berupa ornamen karang gajah, ornamen gaya khas badung Beton, ditanami tanaman hias, tepiannya ditaruh tugu pot tanaman mengelilingi bale kambang Beton, paras, ornamen/patung gajah mina Kori Agung 2-80 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil dari penelitian dari mengkomparasikan bangunan balai pertemuan DPRD Bali dengan 3 bangunan bale kambang menunjukkan bahwa balai pertemuan mempunyai persamaan konsep dengan ketiga bale kambang tersebut dan dari tabel diatas persamaan yang lebih banyak condong pada Bale Kambang di Taman Ujung Sukasada namun begitu Balai Pertemuan dibuat lebih bervariatif dari bentuk atapnya yang bertingkat, ornamennya yang mengambil gaya khas badung yang polos tanpa ukuran detail dan pemilihan materialnya. Bagian bangunan yang diadaptasikan dapat dijelaskan sebagai berikut: (Atap/ Kepala) yaitu Atap Balai Pertemuan DPRD menggunakan atap genteng sama dengan di Bale Kambang di Puri Agung Karangasem dan di Taman Ujung Sukasada.. Pada badan terutama pada kolom/pilar. Pada kaki bangunan yaitu pada bataran dan pada penggunaan jembatan dan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 9 Komparasi pada Badan Banguna Bale Kambang Sumber: Analisa penulis, 2017 Gambar 10 Komparasi pada Badan Bangunan Bale Kambang Sumber: Analisa penulis, 2017 Made Chryselia Dwiantari 1) dan Tri Anggraini Prajnawrdhi 2) - Adaptasi Arsitektur Tradisional Bali pada Balai Pertemuan DPRD Renon, Bali 2-81

Gambar 11 Komparasi pada Pintu Masuk Bangunan Bale Kambang Sumber: Analisa penulis, 2017 Penelitian ini masih bersifat awal yang dapat memberikan suatu gambaran bagaimana adaptasi dari beberapa konsep arsitektur tradisional Bali terhadap sebuah bangunan kontemporer. Penelitian ini nanatinya akan mamapu menjadi sebuah acuan penelitian sejenis dan menjadi sebuah lansadan terhadap penelitian yang terkait dengan adaptasi konsep arsitektur tradisional dalam sebuah bangunan kontemporer. REFERENSI Anonim.ArsitekturTradisionalBali.https://linkstudiodesign.blogspot.co.id/2017/02/makna-arsitekturrumah-adat-bali.html diakses tanggal 26 Mei 2017 Gelebet, I Nyoman.1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Bali: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Laksmi, A.A Rai Sita.2013. Nuansa Kearifan Lokal Situs Kerta Gosa Dalam Mengkonstruksi Jatidiri pada Era Global.Universitas Warmadewa Denpasar. diakses tanggal 26 Mei 2017 Maurina,Anastasia Dkk.2015 Artikel Komparasi Tektonika Bambu pada rumah adat di tataran sunda. Universitas Katolik Parahyangan diakses tanggal 26 Mei 2017 Megawangi, Yuika.2013. Artikel Puri Agung Karangasem : Perspektif Sejarah, Struktur Dan Fungsi Serta Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja diakses tanggal 26 Mei 2017 Putro,Hendri T.2013 Makalah Antropologi Kajian Komparasi Arsitektur Tradisional Jawa dan Bali. Unversitas Gadjah Mada. diakses tanggal 26 Mei 2017 Yuni Anita S, Ida Ayu Dkk.2014. Laporan Kegiatan Inventarisasi Cagar Budaya Di Kab. Karangasem.Bali:Kantor BPCB Bali 2-82 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5