PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL BAGI DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN BUDDHA DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT BUDDHA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 2015 0
KATA PENGANTAR Pelaksanaan Penetapan Jabatan Fungsional bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2008. Agar Penetapan Jabatan Fungsional tersebut dapat direalisasikan dengan baik, perlu pemahaman bersama. Salah satu bagian terpenting dalam Penetapan Jabatan Fungsional Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil adalah status dosen dan penetapan angka kredit serta jabatan fungsionalnya. Untuk itu, diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan Jabatan Fungsional Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha, terutama para pejabat yang berwenang dan pelaksana di Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Yayasan/Penyelenggara Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha, Dosen, dan unsur lain yang terkait dalam Penetapan Jabatan Fungsional Bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan pedoman ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Direktur Jenderal Drs. Dasikin, M.Pd NIP. 19650815 199203 1 003 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI..2 BAB I PENDAHULUAN... 3 A. LATAR BELAKANG... 3 B. DASAR HUKUM... 5 C. PENGERTIAN... 6 D. TUJUAN... 7 BAB II PELAKSANAAN INPASSING BAGI DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.. 8 A. PERSYARATAN... 8 B. PROSEDUR PENGUSULAN... 9 C. DASAR DAN TATACARA PENETAPAN... 10 D. JENJANG JABATAN FUNGSIONAL... 12 E. PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN... 13 F. LAIN-LAIN... 13 BAB III PENUTUP... 14 LAMPIRAN 1... 15 LAMPIRAN 1.1... 16 LAMPIRAN 2... 17 LAMPIRAN 2.1... 18 LAMPIRAN 3... 19 LAMPIRAN 3.1... 20 LAMPIRAN 4... 21 LAMPIRAN 5... 22 LAMPIRAN 6... 25 LAMPIRAN 7... 28 LAMPIRAN7.1... 30 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki moralitas serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Sejalan dengan pembangunan nasional yang dilakukan hendaknya mampu memberdayakan dan meningkatkan mutu dosen, karena penyandang profesi ini mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, hal tersebut menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Untuk itu perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Pemerintah melalui Kementerian Agama memiliki komitmen untuk merevitalisasi kinerja dosen antara lain dengan memperketat persyaratan bagi siapa saja yang ingin meniti karir profesi sebagai Dosen. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Pada Perguruan Tinggi Negeri Dan Dosen Tetap Pada Perguruan Tinggi Swasta Pasal 11 bahwa: (1) Dosen tetap Bukan PNS dan dosen tetap PTS mendapat: a. gaji pokok; b. penghasilan yang melekat pada gaji; c. penghasilan lain; d. jaminan kesejahteran sosial; dan e. maslahat tambahan. (2) Bagi dosen tetap Bukan PNS selain mendapatkan gaji dan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memperoleh tunjangan jabatan akademik, tunjangan profesi, dan tunjangan kehormatan bagi Profesor yang diberikan oleh pemerintah. 3
(3) Bagi dosen tetap PTS selain mendapatkan gaji dan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memperoleh tunjangan profesi, dan tunjangan kehormatan bagi Profesor sesuai peraturan perundangan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Penetapan Inpassing Pangkat Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki jabatan akademik pada Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Masyarakat dengan pangkat Pegawai Negeri Sipil bahwa pada Pasal 1 menyatakan bahwa: (1) Inpassing pangkat dosen bukan PNS pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan pangkat PNS diberikan kepada dosen yang telah memiliki jabatan akademik baik yang diperoleh melalui pengangkatan/kenaikan jabatan secara reguler maupun melalui pengangkatan/kenaikan jabatan secara loncat jabatan. (2) Penetapan inpassing pangkat dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diperoleh melalui pengangkatan/kenaikan jabatan secara reguler, ditetapkan berdasarkan jenjang jabatan akademik, ijazah yang digunakan untuk pengangkatan awal ke dalam jabatan akademik, dan masa kerja dalam jabatan. Pada Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agama Pasal 603 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 602, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Buddha; b. pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Buddha; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bimbingan masyarakat Buddha; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; dan e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha. Memperhatikan hal tersebut di atas maka kiranya Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha perlu menyusun pedoman pelaksanaan penetapan jabatan fungsional bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha. 4
B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi; 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Penyaluran Tunjangan Profesi Dosen ; 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2008 tentang Penetapan Inpassing Pangkat Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil Yang Telah Menduduki Jabatan Akademik Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Masyarakat Dengan Pangkat Pegawai Negeri Sipil; 11. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agama 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Dosen Dan Angka Kreditnya 13. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil Pada Perguruan Tinggi Negeri Dan Dosen Tetap Pada Perguruan Tinggi Swasta; 5
14. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 4/VIII/Pb/2014 Nomor: 24 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Dosen Dan Angka Kreditnya. 15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. C. Pengertian 1. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat; 2. Dosen tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil pada Perguruan Tinggi Kegamaan Buddha Negeri, yang selanjutnya disebut dosen tetap Bukan PNS adalah dosen yang bekerja penuh waktu. 3. Dosen tetap pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Swasta yang selanjutnya disebut dosen tetap Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Swasta (PTKBS) adalah dosen yang bekerja penuh waktu. 4. Perguruan Tinggi Kegamaan Buddha Negeri, yang selanjutnya disingkat PTKBN, adalah perguruan tinggi yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah. 5. Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Swasta, yang selanjutnya disingkat PTKBS, adalah perguruan tinggi yang didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat. 6. Badan penyelenggara PTKBS adalah badan hukum nirlaba yang dapat berbentuk yayasan/perkumpulan/ perserikatan/paguyuban. 7. Pemimpin perguruan tinggi adalah Rektor Universitas/Institut, Ketua Sekolah Tinggi. 8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha. 9. Menteri adalah Menteri Agama Republik Indonesia. 10. NIDN adalah Nomor Induk Dosen Nasional yang hanya diberikan kepada dosen lulusan S2/S3 yang berstatus dosen tetap. 6
11. NUPN adalah Nomor Urut Pengajar Nasional sebagai nomor identifikasi nasional untuk Dosen Yunior (Pendidikan Masih S1 dan Tidak Memiliki Jenjang Kepangkatan) serta Dosen Tidak Tetap. 12. Inpassing DBPNS adalah proses penyetaraan jabatan dan kepangkatan DBPNS dengan jabatan dan kepangkatan Dosen Pegawai Negeri Sipil. D. Tujuan 1. Sebagai acuan bagi DBPNS untuk melengkapi persyaratan dalam rangka mengajukan usul Inpassing Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya. 2. Sebagai acuan bagi masyarakat/yayasan yang menjadi penyelenggara satuan pendidikan untuk mengusulkan penetapan Inpassing para dosen. 3. Sebagai acuan bagi pejabat yang berwenang untuk melakukan Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya. 7
BAB II PELAKSANAAN INPASSING BAGI DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Persyaratan 1. Pengusulan Inpassing Pangkat bagi Dosen Tetap Yayasan untuk penetapan Inpassing Pangkat Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki Jabatan Akademik pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan pangkat Pegawai Negeri Sipil dengan persyaratan sebagai berikut: a. Surat permohonan dari pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Swasta (format pada lampiran 1 dan lampiran 1.1); b. Mengisi biodata inpassing (format pada lampiran 6); c. Foto copy SK Jabatan Akademik (awal-akhir); d. Foto copy Ijazah (S2, S3) Minimal S2 yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; e. Surat ijin/tugas Belajar (apabila terdapat penambahan gelar Ijazah sejak dikeluarkanya SK Jabatan Akademik terakhir); f. Foto copy SK pengangkatan Dosen Tetap Yayasan yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; g. Surat Keterangan pindah/lolos butuh dari PTKBS (bagi dosen pindahan); h. Persyaratan pada huruf a sampai dengan g rangkap 2 (dua). 2. Pengusulan Kenaikan Pangkat Penyetaraan Penetapan Inpassing Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki jabatan akademik pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan pangkat Pegawai negeri Sipil dengan persyaratan sebagai berikut: a. Surat permohonan dari pimpinan PTKBS (format pada lampiran 2 dan lampiran 2.1); b. Mengisi biodata kenaikan pangkat penyetaraan (format pada lampiran 6); c. Foto copy SK Inpassing; d. Foto copy SK Jabatan Akademik (awal-akhir); e. Foto copy sah Ijazah (S2, S3) Minimal S2 yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; f. Surat Tugas/Ijin Belajar (apabila terdapat penambahan gelar Ijazah sejak dikeluarkannya SK jabatan Akademik terakhir); g. Foto copy SK Pengangkatan Dosen Tetap Yayasan; 8
h. Surat keterangan pindah/lolos butuh (bagi dosen pindahan); i. Penilaian Beban Kerja Dosen; j. Penilaian Perilaku Kerja Dosen (2 tahun terakhir) format pada lampiran 7; k. Persyaratan pada huruf a sampai dengan j rangkap 2 (dua). B. Prosedur Pengusulan Inpassing DBPNS a. Prosedur pengusulan penetapan Inpassing DBPNS untuk jenjang pangkat Penata Muda Tk. I dan Penata yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha atas nama Menteri Agama Republik Indonesia. 5 PTKBS 1 DITJEN BIMAS BUDDHA TIDAK 3 2 YA 4 TIM PENILAI INPASSING Keterangan: 1. Pimpinan PTKB mengajukan surat permohonan pengusulan/kanaikan pangkat inpassing DBPNS untuk jenjang pangkat Penata Muda Tk. I dan Penata persyaratan pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS; 2. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha menetapkan Tim Penilai Inpassing DBPNS yang bertugas untuk menilai berkas kelengkapan persyaratan pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS; 3. Jika persyaratan inpassing Dosen belum memenuhi persyaratan maka tim penilai inpassing DBPPNS akan mengembalikan berkas persyaratan kepada PTKBS ; 4. Tim Penilai Inpassing DBPNS menilai berkas persyaratan 9
pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan hasil penilaian disampaikan kepada Direktur Jenderal; 5. Jika sudah memenuhi persyaratan maka Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat menetapkan pangkat sesuai dengan ketentuan. b. Prosedur pengusulan penetapan Inpassing DBPNS untuk jenjang pangkat Penata Tingkat I, Pembina, Pembina Utama Muda dan Pembina utama yang ditetapkan oleh Biro Kepegawaian atas nama Menteri Agama Republik Indonesia. 7 6 PTKBS TIDAK 1 2 DIRJEN BIMAS BUDDHA 3 YA BIRO KEPEGAWAIAN 4 5 TIM PENILAI Keterangan: 1. Pimpinan PTKB mengajukan surat permohonan pengusulan/kanaikan pangkat inpassing DBPNS untuk jenjang Penata Tingkat I, Pembina, Pembina Utama Muda, Pembina Utama Madya dan Pembina Utama kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha dan dilampirkan persyaratan pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS; 2. Jika dokumen tidak memenuhi persyaratan, dokumen dikembalikan ke PTKBS; 3. Jika dokumen memenuhi persyaratan, maka Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha memberikan surat pengantar yang dilampiri berkas pengusulan/kenaikan inpassing DBPNS kepada Biro Kepegawaian Kementerian Agama Republik Indonesia; 4. Biro Kepegawaian Kementerian Agama Republik Indonesia 10
menugaskan Tim penilai untuk menilai kelayakan persyaratan pengusulan/kenaikan pangkat DBPNS sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 5. Tim Penilai Inpassing DBPNS menilai berkas kelengkapan persyaratan pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS dan menyampaikan hasil penilaian kepada Biro Kepegawaian; 6. Jika persyaratan pengajuan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS memenuhi persyaratan maka Biro Kepegawaian menetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan jika tidak memenuhi persyaratan maka berkas pengajuan/kenaikan pangkat DBPNS dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha; 7. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha memberikan/menyampaikan hasil penetapan pengusulan/kenaikan pangkat inpassing DBPNS dari Biro Kepegawaian kepada PTKBS. C. Dasar dan Tatacara Penetapan 1. Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya ditetapkan berdasarkan dua hal, yaitu: a. kualifikasi akademik; dan b. masa kerja. 2. Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya dilakukan dengan menggunakan tata cara sebagai berikut: a. Meneliti kelengkapan persyaratan penetapan Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya. b. Menghitung masa kerja DBPNS yang bersangkutan terhitung sejak diangkat sebagai dosen tetap pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan yayasan/masyarakat penyelenggara Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha. c. Masa kerja DBPNS diperhitungkan dengan satuan tahun penuh. Misalnya, DBPNS yang memiliki masa kerja 10 tahun 6 bulan, dihitung 10 tahun, sedang yang memiliki masa kerja 10 tahun 7 bulan, dihitung 11 tahun. d. Kelebihan masa kerja 6 bulan diperhitungkan untuk kesetaraan kenaikan jabatan berikutnya, sedang masa kerja 7-11 bulan yang sudah dihitung pembulatannya ke atas, tidak 11
lagi diperhitungkan untuk kesetaraan kenaikan jabatan berikutnya. e. Berdasarkan kualifikasi akademik dan masa kerja Dosen Bukan PNS yang bersangkutan, ditetapkan jenjang jabatan fungsional dosen tersebut dan angka kreditnya dengan menggunakan tabel konversi pada Lampiran 4. f. Contoh penetapan jenjang jabatan fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya disajikan pada Lampiran 5. g. Dengan memperhatikan kualifikasi akademik dan masa kerja DBPNS yang bersangkutan, ditetapkan jenjang Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya menggunakan format pada lampiran 4. D. Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan Ruang Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan Ruang DBPNS pada PTKBS sebagai berikut: 1. Jabatan Akademik Dosen merupakan jabatan Keahlian. 2. Jenjang Jabatan Akademik Dosen dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi, yaitu: a. Asisten Ahli; b. Lektor; c. Lektor Kepala; dan d. Profesor. 3. Jenjang pangkat, golongan ruang Jabatan Akademik Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu: a. Asisten Ahli, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. b. Lektor: 1. Pangkat Penata, golongan ruang III/c; dan 2. Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. c. Lektor Kepala: 1. Pangkat Pembina, golongan ruang IV/a; 2. Pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan 3. Pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. d. Profesor: 1. Pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e. 12
E. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Pejabat yang berwenang menetapkan inpassing pangkat dosen bukan PNS pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan pangkat PNS sebagai berikut: 1. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri untuk jenjang pangkat Pembina Utama dan Pembina Utama Madya; 2. Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri untuk jenjang pangkat Pembina Utama Muda dan Pembina Tingkat I; 3. Kepala Bagian Mutasi Biro Kepegawaian atas nama Menteri untuk jenjang pangkat Pembina dan Penata Tingkat I; 4. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha atas nama Menteri untuk jenjang pangkat Penata dan Penata Muda Tingkat I; Inpassing pangkat DBPNS pada PTKBS dengan pangkat PNS ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dengan menggunakan surat keputusan. F. Lain-lain 1. DBPNS yang telah ditetapkan jabatan fungsional dan Angka Kreditnya, apabila yang bersangkutan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, maka jabatan fungsional dan angka kreditnya yang telah dimiliki tidak dapat digunakan dalam pengangkatan pertama sebagai dosen pegawai negeri sipil. 2. Untuk mempercepat penyelesaian Inpassing, pedoman ini perlu disosialisasikan secara optimal kepada semua pihak terkait, terutama DBPNS dan yayasan/penyelenggara Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha. 13
BAB III P E N U T U P Demikian Pedoman Pelaksanaan Penetapan Jabatan Fungsional Bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha ini kami susun untuk dapat digunakan sebagai acuan bagi Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil pada Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha, Yayasan yang menyelenggarakan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha dan pejabat yang berwenang di lingkungan Kementerian Agama. Direktur Jenderal, Drs. Dasikin, M.Pd NIP. 19650815 199203 1 003 14
Lampiran 1 KOP SURAT PTKB Nomor : Sifat : Lampiran : 1 (satu) Berkas Perihal : Usulan penetapan Inpassing DBPNS., 2015 Kepada Yth. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI di Tempat Bersama ini kami sampaikan usul Penetapan Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya sebanyak... (.) orang, berikut persyaratan yang terdiri atas: a. Biodata inpassing DBPNS; b. Foto copy SK Jabatan Akademik (awal-akhir); c. Foto copy Ijazah (S2, S3) Minimal S2 yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; d. Surat ijin/tugas Belajar (apabila terdapat penambahan gelar Ijazah sejak dikeluarkanya SK Jabatan Akademik terakhir) e. Foto copy SK pengangkatan Dosen Tetap Yayasan yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; f. Surat Keterangan pindah/lolos butuh dari PTKBS (bagi dosen pindahan); g. Persyaratan pada huruf a sampai dengan f rangkap 2 (dua). Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami sampaikan terima kasih. Mengetahui, Ketua Yayasan/Penyelenggara Ketua PTKB.. (Nama/Stempel).. (Nama/Stempel) Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Yayasan/Penyelenggara 15
Lampiran 1.1 Lampiran Surat No :... Perihal : Usul Penetapan Inpassing DBPNS Nama PTKB :... Alamat PTKB :... NO NAMA NIDN MASA KERJA KUALIFIKASI AKADEMIK PENDIDIKAN JURUSAN MATA KULIAH YANG DIAMPU JUMLAH SKS...,... 20. Ketua PTKB...... (Nama/Stempel) 16
Lampiran 2 KOP SURAT PTKB Nomor : Sifat : Lampiran : 1 (satu) Berkas Perihal : Usulan penetapan Inpassing DBPNS...,. 2015 Kepada Yth. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI di Tempat Bersama ini kami sampaikan usul Kenaikan Pangkat Penyetaraan Penetapan Inpassing Jabatan Fungsional DBPNS dan Angka Kreditnya sebanyak... (.) orang, berikut persyaratan yang terdiri atas: a. Biodata kenaikan pangkat penyetaraan (format terlampir); b. Foto copy SK Inpassing; c. Foto copy SK Jabatan Akademik (awal-akhir); d. Foto copy Ijazah (S2, S3) Minimal S2 yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; e. Surat Tugas/Ijin Belajar (apabila terdapat penambahan gelar Ijazah sejak dikeluarkannya SK jabatan Akademik terakhir); f. Foto copy SK Pengangkatan Dosen Tetap Yayasan yang telah dilegalisasi oleh pihak yang berwenang; g. Surat keterangan pindah/lolos butuh (bagi dosen pindahan); h. Penilaian Kinerja Dosen (2 tahun terakhir); i. Persyaratan pada huruf a sampai dengan h rangkap 2 (dua). Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami menyampaikan terima kasih. Mengetahui, Ketua/Yayasan/Penyelenggara.., Ketua PTKB... (Nama/Stempel)... (Nama/Stempel) Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Yayasan/Penyelenggara 17
Lampiran 2.1 Lampiran Surat No :... Perihal Nama PTKB :... Alamat PTKB :... : Usul Kenaikan Pangkat Penyetaraan Penetapan Inpassing DBPNS NO NAMA NIDN MASA KERJA PANGKAT/ GOLONGAN DBPMS PENDIDIKAN KUALIFIKASI JURUSAN AKADEMIK MATA KULIAH YANG DIAMPU JUMLAH SKS...,... 20. Ketua PTKB...... (Nama/Stempel) 18
Lampiran 3 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT BUDDHA Jln. M.H. Thamrin No. 06 Lt. 15-16 PO BOX 3702 Jakarta Tlp. (021 3810671,3810701, 3920580 Fax. 3521325 Nomor :.......,... 20. Lampiran :... Perihal : Usul Penetapan Inpassing Kenaikan Pangkat DBPNS Kepada Yth. Menteri Agama Republik Indonesia Up. Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian Agama di Jakarta Dengan hormat, kami sampaikan usulan penetapan kenaikan pangkat jabatan fungsional dan angka Kreditnya (inpassing) bagi dosen bukan pegawai negeri sipil pada PTKB.. sebanyak... (...) orang beserta beserta kelengkapan berkas sebagaimana terlampir untuk ditetapkan dan mendapatkan Surat Keputusan Menteri Agama. Demikian atas perkenan Bapak dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih. Direktur Jenderal,,... (Nama/NIP/Stempel) 19
Lampiran 3.1 Lampiran Surat No:.. Perihal: Daftar Usulan Penetapan Inpassing Kenaikan pangkat DBPNS NO NAMA MASA KERJA NIDN DARI PANGKAT/ GOLONGAN MANJADI PANGKAT/ GOLONGAN PENDIDIKAN KUALIFIKASI AKADEMIK JURUSAN Direktur Jendral,... (Nama/NIP/Stempel) 20
Lampiran 4 JUMLAH ANGKA KREDIT KOMULATIF PALING RENDAH UNTUK PENGANGKATAN DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT AKADEMIK DOSEN DENGAN PENDIDIKAN MAGISTER (S2) ATAU SEDERAJAT NO UNSUR PERSENTASE 1 UNSUR UTAMA A. Pendidikan Pendidikan Sekolah B. Pelaksanaan Pendidikan C. Pelaksanaan Penelitian D. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat E. Pengembangan Diri 2 UNSUR PENUNJANG Penunjang kegiatan Akademik Dosen JENJANG JABATAN/GOLONGAN RUANG DAN ANGKA KREDIT JABATAN AKADEMIK DOSEN ASISTEN AHLI LEKTOR LEKTOR KEPALA III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c 150 150 150 150 150 150 90% _ 45 135 225 360 495 10% _ 5 15 25 40 55 JUMLAH 150 200 300 400 550 700 21
Lampiran 5 Contoh Surat Keputusan Penetapan Inpassing Jabatan Fungsional Dosen PTKBS Bukan Pegawai Negeri Sipil dan Angka Kreditnya KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN.. MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa yang namanya tersebut pada diktum keputusan ini, memenuhi syarat untuk diinpassing pangkatnya dengan pangkat Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2008; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890). 2. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4586) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 jo Nomor 12 tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara 22
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Penyaluran Tunjangan Profesi Dosen ; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2008 tentang Penetapan Inpassing Pangkat Dosen Bukan Pegawai Negeri Sipil Yang Telah Menduduki Jabatan Akademik Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Masyarakat Dengan Pangkat Pegawai Negeri Sipil; 9. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agama 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Dosen Dan Angka Kreditnya; 11. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 4/VIII/Pb/2014 Nomor: 24 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Dosen Dan Angka Kreditnya Memperhatikan : Usul Ketua PTKB.. MEMUTUSKAN : Menetapkan : Pertama : Terhitung Mulai Tanggal. Nama :.. 23
Tempat, Tanggal lahir :.. Pendidikan Terakhir :.. Pengangkatan Jabatan Fungsional Pertama, tmt, Strata Pendidikan :.. Jabatan Terakhir, angka kredit, tmt :.. Masa kerja jabatan :.. Tempat tugas :.. diinpassing pangkatnya dalam pangkat Kedua : Apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Keputusan ini diberikan kepada yang berkepentingan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan pada tanggal : di Jakarta :.. a.n. MENTERI AGAMA (pejabat yang diberi kuasa). (Nama/NIP/Stempel Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Agama 2. Kepala BKN di Jakarta 3. Kepala KPPN di.. 4. Kepala Biro Kepegawaian 5. Ketua PTKBS... 24
Lampiran 6 Biodata Dosen Tetap Yayasan.. Pada PTKB 1 Nama Lengkap (dgn gelar).. 2 Tempat/tanggal Lahir.. 3 Nama PTKB.. 4 Usia tahun..bulan 5 6 Email /HP. Pendidikan Terakhir a. Jenjang S2 S3 b. Tahun 7 c. Nama Perguruan Tinggi d. Terakreditasi 8 Jabatan Akademik Asisten Ahli a. No. SK b. Tgl. SK c. TMT d. KUM Lektor a. No. SK b. Tgl. SK c. TMT d. KUM Lektor Kepala a. No. SK b. Tgl. SK c. TMT d. KUM Guru Besar a. No. SK b. Tgl. SK c. TMT d. KUM Tahun Lulus RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Jurusan/ Jenjang Perguruan Tinggi Bidang Studi 25
PELATIHAN PROFESIONAL Tahun Pelatihan Penyelenggara PENGALAMAN JABATAN Jabatan Institusi Tahun... s.d.... Mata Kuliah PENGALAMAN MENGAJAR Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun... s.d.... Tahun PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA Pembimbingan/Pembinaan PENGALAMAN PENELITIAN Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana A. Buku/Bab/Jurnal KARYA TULIS ILMIAH Tahun Judul Penerbit/Jurnal B. Makalah/Poster Tahun Judul Penyelenggara 26
C. Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi Tahun Judul Penerbit/Jurnal PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Tahun Kegiatan PENGHARGAAN/PIAGAM Tahun Bentuk Penghargaan Pemberi ORGANISASI PROFESI/ILMIAH Tahun Organisasi Jabatan Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam data diri ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya. Mengetahui.,. Pimpinan PTKB.. Dosen,.. 27
LOGO PTKBS Lampiran 7 R A H A S I A DAFTAR PENILAIAN PERILAKU KERJA DOSEN TETAP YAYASAN JANGKA WAKTU PENILAIAN (3) NAMA PERGURUAN TINGGI (2) BULAN... s/d... 1 YANG DINILAI (4) a. Nama b. NIDN c. Pangkat, Golongan ruang d. Jabatan : Akademik e. Unit Kerja : PTKBS Program Studi 2 PEJABAT PENILAI (5) a. Nama b. NIP/NIDN c. Pangkat, Golongan ruang d. Jabatan : Struktural Akademik e. Unit Kerja : PTKBS Program Studi 3 ATASAN PEJABAT PENILAI (6) a. Nama b. NIP/NIDN c. Pangkat, Golongan ruang d. Jabatan : Struktural Akademik e. Unit Kerja : PTKBS Program Studi 4 PENILAIAN UNSUR YANG DINILAI (7) a. Orientasi Pelayanan b. Integritas c. Komitmen d. Disiplin e. Kerjasama JUMLAH NILAI RATA - RATA ANGKA NILAI SEBUTAN KETERANGAN R A H A S I A 28
5. KEBERATAN DARI PEGAWAI YANG DINILAI (APABILA ADA) R A H A S I A.. Tanggal, 6. TANGGAPAN PEJABAT PENILAI ATAS KEBERATAN.. Tanggal, 7. KEPUTUSAN ATASAN PEJABAT PENILAI ATAS KEBERATAN.. Tanggal, 8. LAIN LAIN... Tanggal, 9. DIBUAT TANGGAL,. PEJABAT PENILAI Stempel PTS (Puket / Kaprodi) NIP/NIDN: 10. DITERIMA TANGGAL,... DOSEN TETAP YAYASAN YANG DINILAI, (...) NIDN : R A H A S I A 11. DITERIMA TANGGAL,... ATASAN PEJABAT PENILAI Stempel PTABS (Rektor / Ketua / Direktur) NIP/NIDN : 29
Lampiran 7.1 PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR PENILAIAN PERILAKU KERJA DOSEN TETAP YAYASAN 1) Cantumkan Logo Perguruan Tinggi (Ukuran disesuaikan). 2) Tuliskan nama Perguruan Tinggi, Contoh: Sekolah Tinggi Agama Buddha... 3) Jangka waktu penilaian, Tulis Bulan 1 Januari s/d Bulan 31 Desember dalam tahun yang bersangkutan. 4) Yang Dinilai adalah Dosen Tetap Yayasan yang diusulkan Pimpinan Perguruan Tinggi dan telah memenuhi syarat untuk dinaikan pangkatnya, pengisian identitas yang dinilai adalah sebagai berikut : Tulis nama lengkap beserta gelar, Contoh: Prof. Dr. EFG, MA. Tulis nomor Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Tulis Pangkat, Golongan ruang. Contoh: Pembina, IV/a (dapat dilihat pada SK Inpassing Serdos) Tulis jabatan Struktural. Contoh: Rektor, Ketua, Dekan, Dosen dsb. Tulis jabatan Akademik. Contoh: Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala, Guru Besar 5) Pejabat Penilai adalah atasan langsung Dosen Tetap Yayasan yang akan dinilai, Contoh: Dekan/Puket/Kaprodi, pengisian identitas Pejabat Penilai seperti pada butir (4). 6) Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung Pejabat Penilai, Contoh: Rektor/Ketua, Pengisian identitas Atasan Pejabat Penilai seperti pada butir (4). 7) Unsur Yang dinilai : Nilai Pelaksanaan Pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut : a. Sangat Baik : 91-100 b. Baik : 76-90 c. Cukup : 61-75 d. Kurang : 51-60 e. Buruk : 50 ke bawah 30
Unsur-unsur yang dinilai adalah sebagai berikut : a. Orientasi Pelayanan b. Integritas c. Komitmen d. Disiplin e. Kerja Sama INDIKATOR UNSUR YANG DINILAI DOSEN TETAP YAYASAN NO ASPEK YANG URAIAN NILAI DINILAI ANGKA SEBUTAN 1 2 3 4 5 1 Selalu dapat menyelesaikan tugas pelayanan sebaikbaiknya dengan sikap sopan dan sangat Sangat memuaskan baik untuk 91-100 baik pelayanan internal maupun eksternal organisasi. ORIENTASI PELAAYANAN 2 Pada umumnya dapat menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik dan sikap sopan serta memuaskan baik untuk pelayanan internal maupun eksternal organisasi. 3 Adakalanya dapat menyelesaikan tugas pelayanan dengan cukup baik dan sikap cukup sopan serta cukup memuaskan baik untuk pelayanan internal maupun eksternal organisasi. 76-90 Baik 61-75 Cukup 4 Kurang dapat menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik dan sikap kurang sopan serta kurang memuaskan baik untuk pelayanan internal maupun eksternal organisasi. 5 Tidak pernah dapat menyelesaikan tugas pelayanan dengan baik dan sikap tidak sopan serta tidak memuaskan baik untuk pelayanan internal maupun eksternal organisasi. 51-60 50 ke bawah K u r a n g Buruk 31
1 Selalu dalam melaksanakan tugas bersikap jujur, ikhlas, dan tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya serta berani menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. 91-100 Sangat baik INTEGRITAS 2 Pada umumnya dalam melaksanakan tugas bersikap jujur, ikhlas, dan tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya tetapi berani menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. 3 Adakalanya dalam melaksanakan tugas bersikap cukup jujur, cukup ikhlas, dan kadang-kadang menyalahgunakan wewenangnya serta cukup berani menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. 76-90 Baik 61-75 Cukup 4 Kurang jujur, kurang ikhlas, dalam melaksanakan tugas dan sering menyalahgunakan wewenangnya tetapi kurang berani menanggung risiko dan tindakan yang dilakukannya. 51-60 K u r a n g 5 Tidak pernah jujur, tidak dan ikhlas, dalam melaksanakan tugas, dan selalu menyalahgunakan wewenangnya serta tidak berani menanggung risiko dari tindakan yang dilakukannya. 50 Ke bawah Buruk KOMITMEN 1 Selalu berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan ideologi Negara Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan kedinasan daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan sesuai 91-100 Sangat baik 32
dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. 2 Pada umumnya berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan ideologi negara pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan kepentingan kedinasan daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. 91-100 Sangat baik 3 Adakalanya berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan ideologi negara pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan kepentingan kedinasan daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. 76-90 Baik 33
4 Ku rang berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan ideologi negara pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan kepentingan kedinasan daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. 61-75 Cukup 5 Tidak pernah berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan ideologi negara pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan rencana-rencana pemerintah dengan tujuan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna serta mengutamakan kepentingan kedinasan daripada kepentingan pribadi dan/atau golongan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara terhadap organisasi tempat dimana ia bekerja. 51-60 K u r a n g DISIPLIN 1 Selalu mentaati peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang berlaku dengan rasa tanggung jawab dan selalu mentaati ketentuan jam kerja serta mampu menyimpan dan/atau memelihara barang-barang milik negara yang dipercayakan kepadanya dengan sebaikbaiknya. 91-100 Sangat baik 34
2 Pada umumnya mentaati peraturan per-undangundangan dan/atau peraturan kedinasan yang berlaku dengan rasa tanggung jawab, mentaati ketentuan jam kerja serta mampu menyimpan dan/atau memelihara barangbarang milik negara yang dipercayakan kepadanya dengan baik. 3 Adakalanya mentaati peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan kedinasan yang mberlaku dengan rasa cukup tanggung jawab, mentaati ketentuan jam kerja serta cukup mampu menyimpan dan/atau memelihara barang-barang milik negara yang dipercayakan kepadanya dengan cukup baik, serta tidak masuk atau terlambat masuk kerja dan lebih cepat pulang dari ketentuan jam kerja tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja. 76-90 Baik 61-75 Cukup 4 Kurang mentaati peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang berlaku dengan rasa kurang tanggung jawab, mentaati ketentuan jam kerja serta kurang mampu menyimpan dan/atau memelihara barang-barang milik negara yang dipercayakan kepadanya dengan kurang baik, serta tidak masuk atau terlambat masuk kerja dan lebih cepat pulang dari ketentuan jam kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja. 51-60 K u r a n g 35
5 Tidak pernah mentaati peraturan perundangundangan dan/atau peraturan kedinasan yang berlaku dengan rasa tidak tanggung jawab, mentaati ketentuan jam kerja serta tidak mampu menyimpan dan/atau memelihara barang-barang milik negara yang dipercayakan kepadanya dengan kurang baik, serta tidak masuk atau terlambat masuk kerja dan lebih cepat pulang dari ketentuan jam kerja tanpa alasan yang sah lebih dari 31 (tiga puluh satu) hari kerja. 1 Selalu mampu bekerjasama dengan rekan kerja, atasan, bawahan baik di dalam maupun di luar organisasi serta menghargai dan menerima pendapat orang lain, bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama. 50 ke bawah 91-100 Buruk Sangat baik KERJA SAMA 2 Pada umumnya mampu bekerjasama dengan rekan kerja, atasan, bawahan baik di dalam maupun di luar organisasi serta menghargai dan menerima pendapat orang lain, bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama. 3 Adakalanya mampu bekerja sama dengan rekan kerja, atasan, bawahan baik didalam maupun diluar organisasi serta adakalanya menghargai dan menerima pendapat orang lain, kadangkadang bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama. 76-90 Baik 61-75 Cukup 36
4 Kurang mampu bekerjasama dengan rekan kerja, atasan, bawahan baik didalam maupun diluar organisasi serta kurang menghargai dan menerima pendapat orang lain, kurang bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama. 5 Tidak pernah mampu bekerjasama dengan rekan kerja, atasan, bawahan baik didalam maupun di luar organisasi serta tidak menghargai dan menerima pendapat orang lain, tidak bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah yang telah menjadi keputusan bersama. 51-60 50 ke bawah K u r a n g Buruk 37