BAB I PENDAHULUAN. sementara di lingkungan Gereja Kristen Protestan disebut Pendeta. Sebelum menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Calon Pastor 1. Pengetian Calon Pastor Calon Pastor adalah calon imam yang masih belajar diseminari tinggi Hauken

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Menggali Latar Belakang Keluarga Subjek. perolehan identitas subjek? dengan orang tua kamu? (ayah dan ibu)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan dirasakan semakin sulit. Biaya kebutuhan hidup

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan tidak dapat diperoleh begitu saja

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Tinggi Theologia adalah suatu lembaga pendidikan setingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (2004) memprediksi situasi

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah. pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia banyak terdapat berbagai agama. Agama mayoritas adalah agama Islam dan Kristen. Dalam setiap agama terdapat pemuka-pemuka agama. Agama Islam, pemuka agama adalah Ustad, sedangkan agama Kristen adalah Pastor/ Pendeta. Orangorang yang bekerja di dalam keagamaan disebut Rohaniawan, yang salah satunya adalah Pastor/ Pendeta. Pastor adalah sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan Gereja Kristen. Di Indonesia, sebutan ini biasanya digunakan untuk imam di lingkungan Gereja Katolik, sementara di lingkungan Gereja Kristen Protestan disebut Pendeta. Sebelum menjadi seorang Pastor, calon Pastor di didik untuk membentuk diri menjadi sosok imam yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap jemaat serta memiliki semangat untuk melayani jemaat. Calon Pastor adalah sebutan untuk calon imam yang yakin bahwa dirinya dipanggil Tuhan, ingin menyerahkan diri seutuhnya dan seumur hidupnya demi pengabdian kepada seluruh Gereja-Nya. Oleh tahbisan imamatnya, ia masuk dalam jajaran hirarki Gereja untuk mengembalakan umat Allah (Djakarya, 2002). Calon Pastor harus dapat melayani umat Tuhan dan menyerahkan seutuhnya hanya untuk melayani. Calon Pastor juga harus dapat menahan hal-hal yang bersifat duniawi termasuk menahan keinginan untuk menikah dan hanya berfokus pada tugasnya untuk menjadi pelayan Tuhan. Tugas seorang calon Pastor tidaklah mudah, tetapi semua dapat dilalui jika para calon Pastor memiliki komitmen untuk menjadi Pastor. Calon Pastor harus mempunyai komitmen menjadi Pastor yang tinggi, disiplin hidup dan tanggung jawab yang akan membawanya mencapai tujuannya menjadi Pastor. Komitmen tersebut diantaranya menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani,

menjadi Imam bagi jemaat dan mau meninggalkan keinginan untuk menikah (Kusdiyantoro, 2010). Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri ataupun oranglain yang tercermin dalam tindakan kita (Hindrawan, 2007). Pada dasarnya melaksanakan komitmen adalah menjalankan kewajiban, tanggungjawab dan janji yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Buchanan (dalam Patricia, 2004) mengatakan bahwa komitmen adalah keikutsertaan seorang individu terhadap tujuan dengan berdasarkan ikatan psikologis antara individu. Komitmen berarti bertindak dan melakukan apa saja untuk mewujudkannya. Suharyanto dan Tata Iryanto (dalam Hindrawan, 2007) mengatakan komitmen adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu. Setiap individu akan menjadi luar biasa, jika individunya menentukan satu tujuan atau beberapa tujuan yang benar-benar diyakini, dimana mereka dapat memberikan komitmen penuh dan dapat memberikan seluruh hati dan jiwa mereka. Salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen adalah lingkungan, dimana termasuk di dalamnya hubungan keluarga. Menurut Anne (dalam Mariana, 2009) hubungan yang harmonis dalam keluarga misalnya memberikan motivasi, perhatian, terjalinnya komunikasi yang baik antara anak dan orangtua, saling memberi semangat, saling menghormati, saling membantu antara anak dan orangtua serta memberikan pujian kepada setiap anggota keluarga dalam mencapai cita-citanya akan membentuk konsep diri yang positif pada individu. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Agustiani, 2006) konsep diri yang positif dapat dilihat dengan melihat kemampuan individu akan mengatasi masalah, menghargai pendapat orang lain, tidak sombong dan tidak mencela orang lain ketika mendapat pujian. Sehingga dapat diasumsikan bahwa konsep diri dapat mempengaruhi komitmen.

Menurut Brehm dan Kassin (dalam Risda, 2004) konsep diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu tentang ciri-ciri sifat yang dimilikinya. Konsep diri merupakan pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karakteristik atau ciri-ciri pribadinya. Hurlock (dalam Handayani, 2002) menyebutkan konsep diri adalah pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya dimasa lalu dan pada saat ini merupakan komponen yang dinamis dan multidimensional dalam sistem efektif dan kognitif pada seorang yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Pada fenomena sering dijumpai calon Pastor yang berhenti sebelum dibabtis menjadi Pastor dan memilih untuk menikah. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya jumlah calon Pastor disetiap tingkatannya. Gugurnya calon Pastor sebagian besar karena mereka tidak bisa menahan keinginan duniawi. Kenyataannya seorang calon Pastor harus mampu menahan keinginan duniawi dan melaksanakan tugasnya menjadi hamba Allah dan meluangkan waktunya untuk melayani jemaat. Fenomena yang terjadi di STFT. St. Yohannes Sinaksak Pematang Siantar menjelaskan pada setiap tingkatannya, para calon Pastor jumlahnya semakin berkurang. Berkurangnya jumlah calon Pastor dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang pertama, calon Pastor tidak dapat menaati peraturan yang telah ditetapkan yaitu pada semester 6 hingga semester 8 calon Pastor tidak diperbolehkan menggunakan Handphone. Faktor kedua, calon Pastor tidak memenuhi standart nilai yang telah ditentukan dan tidak menguasai minimal lima bahasa asing. Faktor ketiga, calon Pastor tidak dapat menahan keinginan untuk tidak menikah. Dari beberapa faktor tersebut yang mendominasi berkurangnya jumlah calon Pastor pada semester 6 hingga semester 8 karena banyak calon Pastor tidak dapat menahan keinginannya untuk menikah. Akan tetapi jika

mereka memiliki komitmen yang tinggi maka mereka akan mampu menjalankan tugas dan tujuan mereka menjadi seorang Pastor. Calon Pastor harus memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuannya menjadi seorang Pastor. Seperti yang dikemukan oleh salah satu calon Pastor: Mempertahankan komitmen untuk menjadi seorang Pastor tentu banyak tantangannya. Saya sempat mengalami tantangan tersebut. Ketika saya melayani di Gereja, ada seorang wanita cantik sekali. Mustahil laki-laki normal tidak menyukainya dan saya pun sempat tertarik. Kita menjalin hubungan komunikasi cukup baik hingga komunikasi kita hilang ketika saya masuk ke semester 6. Disemester 6 kita tidak diperbolehkan menggunakan Handphone, sampai suatu ketika saya memiliki niat untuk keluar dari sini dan ingin selalu dekat dengan wanita itu, ingin menjalin hubungan pacaran hingga keinginan untuk menikah dengan dia yang membuat saya terpesona.(komunikasi Personal, 4 Juli 2014). Calon Pastor juga harus memiliki komitmen dan konsep diri yang baik, agar dapat mengatasi berbagai permasalahan yang akan menggoyahkan komitmennya. Seperti yang dikemukakan salah satu calon Pastor: Dalam keluarga saya anak satu-satunya laki-laki dan setiap orangtua pasti mengharapkan keturunan dari anaknya. Ketika ada acara keluarga, saya ikut datang bersama orangtua saya. Saya habis-habisan di ejek agar saya meninggalkan sekolah Pastor ini dan menikah. Sempat ada keinginan untuk meninggalkan cita-cita yang saya idamkan dari kecil. Tetapi, seiring berjalannya waktu, niat untuk meninggalkan sekolah Pastor ini berubah. Saya jadi semakin cinta untuk melayani Tuhan dengan menjadi Pastor. Karena saya merasa pekerjaan menjadi Pastor itu adalah pekerjaan yang mulia dan tidak semua orang sanggup melakukannya. Saya yakin saya mampu menjadi Pastor dan akan melayani umat Tuhan dimana pun saya ditempatkan kelak. (Komunikasi Personal, 28 Agustus 2014). Berdasarkan uraian diatas serta fenomena yang terjadi, sehingga timbul keinginan peneliti untuk meneliti dengan judul Hubungan Antara Kosep Diri Dengan Komitmen Pada Calon Pastor di STFT. St. Yohannes Sinaksak Pematang Siantar B. Identifikasi Masalah Menjadi seorang Pastor adalah profesi yang sangat mulia, karena seorang Pastor memiliki perjanjian kudus dengan Tuhan untuk tidak menikah dan meluangkan seluruh hidupnya hanya untuk melayani JemaatNya. Dalam proses menjadi Pastor sangat

banyak tantangan hidup yang harus dilewati. Tantangan itu sendiri datang dari keluarga dan lingkungan. Seorang calon Pastor harus memiliki konsep diri yang baik dan positif agar dia mampu dan yakin pada dirinya bahwa dia dapat melewati segala tantangan hidup dan yakin dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang akan dihadapinya. Konsep diri merupakan pengetahuan dan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang diperoleh melalui pengalaman dari interaksi dengan orang lain (Burn, 1993). Konsep diri terbentuk secara sosial melalui proses pengalaman belajar hingga berkembang atas dasar nilai-nilai yang dipelajari dari interaksi sosial dengan orang lain. Calon pastor juga harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam mencapai citacita menjadi seorang Pastor. Komitmen merupakan keterlibatan diri seseorang dalam suatu hal yang telah dipilihnya atau yang telah dilakukannya atau kepercayaannya dalam hubungan dengan pembentukan identitas. Setiap individu akan menjadi luar biasa, jika mampu menentukan satu tujuan atau beberapa tujuan yang benar-benar diyakini, dimana mereka dapat memberikan komitmen penuh, dan dapat memberikan seluruh hati dan jiwa mereka. Komitmen juga merupakan janji pada diri kita sendiri atau orang lain yang tercermin dalam tindakan kita (Hindrawan, 2007). Variabel prediktor dalam penelitian ini adalah konsep diri, sedangkan variabel karakteriumnya adalah komitmen. Dari berbagai gambaran, teori dan pendapat subjek hasil wawancara komunikasi interpersonal diatas, maka peneliti mecoba untuk menelaah dan memprediksikan sementara permasalahan yang terjadi di STFT St. Yohannes Sinaksak, Pematang Siantar, adanya konsep diri (variabel Y) terhadap Komitmen (variabel X). Prediksi dan teori tersebut perlu dibuktikan kebenarannya secara empiris dengan melakukan penelitian, sehingga dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis bagi banyak orang.

C. Batasan Masalah Peneliti membatasi masalahnya dengan menjelaskan hubungan konsep diri dengan komitmen pada calon Pastor di STFT St. Yohannes Sinaksak, Pematang Siantar. Konsep diri diukur dari aspek-aspek konsep diri yaitu aspek diri fisik, aspek diri keluarga, aspek diri pribadi, aspek diri moral etik dan aspek diri sosial. Sedangkan komitmen diukur berdasarkan aspek-aspek komitmen yaitu kepercayaan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan, kemauan bekerja keras dan keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang yang dipaparkan diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut apakah ada hubungan antara kosep diri dengan komitmen pada calon Pastor di STFT St. Yohannes Sinaksak, Pematang Siantar. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komitmen Pada Calon Pastor di STFT St. Yohannes Sinaksak Pematang Siantar. F. Manfaat Penelitian Penelitian bertujuan memberikan manfaat yang berarti secara teoritis dan praktis, manfaat tersebut yaitu: 1. Secara teoritis Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan dalam khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi pada khususnya terutama yang berkaitan dengan Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komitmen Pada Calon Pastor di STFT. St. Yohannes Sinaksak Pematang Siantar. Juga sebagai bahan masukan bagi Calon Pastor agar dapat memiliki komitmen untuk menjadi seorang Pastor.

2. Manfaat Praktis. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Calon Pastor agar dapat memiliki komitmen yang tinggi untuk menjadi seorang Pastor dan dengan adanya dukungan konsep diri yang positif sehingga dapat menciptakan pelayanan yang baik bagi seluruh jemaat.