BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengobatan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Studi etnobotani tidak hanya pada

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia salah satunya berfungsi dalam menyembuhkan. berbagai penyakit yang dikenal sebagai tumbuhan obat.

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kajian etnobotani di Indonesia sangat penting karena di satu pihak masih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tumbuhan obat yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dan lebih dari 60% dari jumlah ini merupakan tumbuhan tropika.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT.

julukan live laboratory. Sekitar jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Herbal Plant /Tanaman : Reserch /Penelitian:

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini menyebabkan perbedaan dalam pemanfaatan tumbuhan baik dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia mempunyai banyak potensi alam yang dapat dikembangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

BAB I PENDAHULUAN. turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. ruang aktivitas manusia dan budayanya tidak bisa lepas dari atmosfir, biosfir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis hutan

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman herbal merupakan bahan utama dalam pembuatan jamu.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis. Setiap

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PERGURUAN TINGGI PERSEPI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP OBAT HERBAL. Ketua/Anggota Tim

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Pramesti Indriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

BAB I PENDAHULUAN. makan dengan teratur, istirahat yang cukup, dan rajin berolahraga. Namun, pola

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengobatan menggunakan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal, didukung dengan kondisi geografis yang mana tanaman beraneka jenis mudah tumbuh di iklim tropis. Kerajaan-kerajaan tua Nusantara telah mengembangkan pengobatan herbal dalam bentuk jamu-jamuan. Seperti halnya diperadaban lain, pengetahuan itu diperoleh secara empiris dan diwariskan dari generasi ke generasi sehingga warisan leluhur ini dapat dijaga. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat lengkap. Anugerah ini membuat Indonesia menjadi negara pengobatan herbal terbaik di dunia. Beragam jenis tanaman obat dapat tumbuh dengan subur di negara kita. Tanaman obat menjadi bahan utama dalam pembuatan jamu dan obat-obatan herbal (Savitri, 2016, hlm. 6). Indonesia dikenal akan kekayaan alamnya yang luar biasa sehingga negara Indonesia menduduki nomor dua dengan tanaman obat tradisional terbanyak setelah Brazilia Segala macam hasil tumbuhan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Dimasa lalu, bangsa Indonesia telah menggunakan berbagai ramuan dari daun, akar, buah, kayu dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Berbagai ramuan tradisional tersebut sering dikenal sebagai pengobatan herbal (Suparni & Wulandari, 2012, hlm. 3). Semakin tersohornya istilah back to nature, semakin mendorong pemanfaatan herba yang berefek terhadap kesehatan serta semakin sering dilakukannya kajian atau studi terkait herba oleh para ilmuwan. Seperti yang kita ketahui adanya istilah sehat itu mahal, karena dengan sehat itu tidak ternilah harganya. Tapi karena kehidupan modern yang memiliki kebiasaan yang tidak sehat, seperti makanan yang siap saji sehingga banyak dampak yang kurang baik dari makanan tersebut seperti terdapat pengawet pada makanan siap saji. Dengan demikian, manusia akan lebih mudah untuk terkena suatu penyakit, ketika sakit banyak 1

2 diantaranya yang lari ke dokter dan dokter menggunakan obat berbahan kimia. Tapi disisi lain karena masyarakat masih ada yang kekurangan dana ataupun memiliki rumah yang lokasinya masih jauh dari pusat kesehatan dan masyarakat masih mempercayai bahan alami sehingga masih banyak masyarakat yang masih menggunakan tumbuhan obat dan banyak tanaman obat yang ditanam di pekarangan rumah dan dipakai oleh masyarakat karena tidak banyak efek samping yang didapatkan oleh pengguna tanaman obat. Hakekatnya pengobatan tradisional di Indonesia merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang diturunkan dari generasi kegenerasi berikutnya secara lisan atau tulisan. Karena itu kepercayaan terhadap obat tradisional di Indonesia dapat terus bertahan, walaupun praktek-praktek biomedik kedokteran mengalami perkembangan. Dalam hal ini dibuktikan dengan usaha masyarakat untuk menjangkau pemenuhan kesehatan melalui pusat kesehatan masyarakat puskesmas (Rostiyati, 2012, hlm. 1). Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai kajian etnobotani potensi tanaman hidup diantaranya Kajian Etnibobati masyarakat Adat Suku Moronene di Tanah Nasional Rawa Aopa Watumohai oleh Heru Setiawan dan Maryatul Qiptiyah di Makasar Pada tahun 2014, Studi Etnobotani Dan Bentuk Upaya Pelestarian Tumbuhan Yang Digunakan Dalam Upacara Adat Kendurisko Di Beberapa Kecamatan Di Kabupaten Kerinci, Jambi oleh Denilya Suswita, Syamsurdi dan Ardinis Arbain di Sumatra Barat pada tahun 2013, Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Subetnis Tonsawang Di Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara oleh Angela F. Mamahani, Herny E.I. Simbala dan Saroyo di Sulawesi Utara pada tahun 2016. Dari beberapa peneitian terdahulu yang pernah diteiti sebeumnya ada peneliti mengenai Kajian Entnobotani Potensi Tanaman obat, maka dari itu peneiti perlu menghadirkan penelitian ini di Desa Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Atas landasan tersebut maka peneliti bermaksud melakukan peneitian yang. Desa Palasari sebagai bagian dari Kabupaten Subang yang penduduknya masih memiliki pekarangan yang luas dan mempunyai tanah kosong yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk menanam berbagai spesies tumbuhan obat. Mengamati penduduk Desa Palasari memiliki pekarangan yang luas dan mata

3 pencaharian penduduk rata-rata sebagai petani, maka sangat tepat jika tumbuhan obat dilestarikan di pekarangan rumah masing-masing. Terdapat beberapa spesies tumbuhan yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Palasari untuk ditanam dipekarangan rumah, seperti tumbuhan obat-obatan, sayuran dan buahbuahan, namun demikian masyarakat belum mengetahui spesies tumbuhan pekarangan yang berkhasiat obat. Desa Palasari sejak dahulu penduduknya telah memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan pengobatan untuk segala macam penyakit. Seluruh lapisan masyarakat Palasari mulai dari anak-anak sampai orang tua rajin mengkonsumsi obat herbal tradisional yang dikenal dengan sebuatan jamu, akan tetapi saat ini hanya orang-orang tertentu saja khususnya orang tua yang masih melestarikan tradisi tersebut, sehingga keberadaan obat herbal sedikit demi sedikit mulai terabaikan. Lokasi Desa Palasari Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Desa ini memiliki luas wilayah 646 Ha/m 2. Desa Palasari berada di ketinggian 800-1050 mdl diatas permukaan laut, suhu rata-rata udara harian di daerah ini adalah 24 0 C. Topografi daerah ini adalah dataran tinggi. Dikelilingi dengan perkebunan teh dan hortikultura membuat sebagian besar mata pencaharian dari warga Desa Palasari ini adalah petani sayuran dan juga pemetik teh. Desa Palasari memiliki kekayaan pengetahuan tradisiona daam bidang pengobatan pengobatan tradisional khususnya untuk menyembuhkan penyakit selain itu, Desa Palasari memiliki keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi. Sebagian tumbuhan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat dalam usaha menujung kesehatan keluarga yang meliputi: spesies-spesies, bagian, cara pengolahan, dan klasifikasi penyakit yang dapat disembuhkan menggunakan tumbuhan obat. Masyarakat yang tinggal di Desa Palasari masih memiiki perkarangan luas dan mempunyai tanah kosong yang dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis spesies tanaman obat. Desa Palasari Kecamatan Ciater dipilih menjadi satu diantara beberapa daerah untuk pengembangan dan bemanfaatan tumbuhan obat didasarkan kepada beberapa pertimbangan yaitu: (1) potensi tanaman obat masih beranekaragam, (2) sebagian bagian dari Desa Palasari, Kecamatan Ciater terkenal dengan masyarakatnya yang masih mempunyai kekayaan pengetahuan tentang

4 pemanfaatan tumbuhan untuk keperluan obat, (3) tersedianya lahan yang sesuai secara ekologis untuk pengembangan tumbuhan obat B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang telah ditulis sebelumnya, penulis memiliki identifikasi yang cukup menarik. Beberapa permasalahan dalam tanaman obat di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, sebagai berikut : 1. Bagaimana metode yang dilakukan oleh masyarakat Desa Palasari untuk mengolah obat tanpa menghilangkan kandungan/khasiat dalam tanaman obat tersebut? 2. Bagaimana caranya para peneliti menggabungkan hasil temuannya dengan warisan pengetahuan dan budaya di Desa Palasari. 3. Bagaimana masyarakat Desa Palasari dapat membedakan jenis tanaman obat sesuai dengan penggunaannya? C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Berapa banyak tanaman obat yang masih digunakan di Desa Palasari? 2. Tanaman apa sajakah yang masih digunakan sebagai obat tradisional? 3. Bagaimana cara masyarakat di Desa Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang mengolah tanaman tersebut? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan identifikasi masalah yang telah teruraikan, maka peneliti memiliki tujuan penelitian, adapun tujuan penelitian ini antara lain adalah: 1. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat Desa Palasari 2. Untuk mempelajari cara menggunakan tanaman obat 3. Menemukan tanaman-tanaman obat yang baru dan biasa digunakan oleh masyarakat Desa Palasari

5 4. Mencacri keanekaragaman baru khususnya pada tumbuhan obat yang ada di Desa Palasari. E. Manfaat Penelitian Dalam melakukan kegiatan apapun, tentunya kita ingin memiliki manfaat atau faedah, baik untuk kita sendiri ataupun orang lain. Begitu pula denga penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat a. Memberikan informasi penelitian berupa tanaman obat yang berada di Desa Palasari mengenai tanaman obat. b. Dapat menjadi penujang data tanaman obat di sehingga dari hasil data ini dapat meningkatkan potensi ekonomi di desa tersebut. 2. Bagi Peneliti a. Mengetahui budaya obat turun temurun masyarakat sekitar sehingga dapat dihubungkan dengan pengetahuan peneliti secara ilmiah b. Mengetahui potensi tanaman obat di Desa Palasari Kecamatan Ciater c. Menambah wawasan peneliti mengenai khasiat tanaman obat F. Definisi Operasional Judul penelitian ini adalah Kajian Etnobotani Potensi Tanaman Obat di Desa Palasari Kecanatan Ciater Kabupaten Subang Untuk memperjelas maskud judul, maka penulis akan memperjelaskan maksud dari judul tersebut, yaitu : 1. Etnobotani Istilah etnobotani pertama kali diusulkan oleh Harsberger pada tahun 1985. Etnobotani menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani berasal dari dua kata Yunani yaiti ethnos dan botany. Etno berasal dari kata Ethnos yang berarti memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi dengan latar belakang yang sama baik dari adat istiadat, karakteristik, bahasa dan sejarahnya, sedangkan botany adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan. Dengan demikian etnobotani berarti kajian interaksi antara manusia

6 dengan tumbuhan atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan. 2. Kajian Potensi a. Potensi Fisik yang dimaksud adalah keadaan fisik didaerah penelitian yang dalam hal ini adalah tipologi kawasan yang meliputi kondisi lahan tanaman obat, suhu, iklim, geologi, morfologi, vegetasi, keadaan tanah, ketersediaan air dan penggunaan lahan. b. Potensi Sosial, yaitu potensi-potensi yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan interaksi masyarakat setempat yang meliputi pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan, transportasi, dan kebijakan pemerintah. 3. Tanaman Obat Tanaman obat adalah salah satu alternative yang dilakukan oleh seluruh masyarakat setempat, pabila obat modern sudah tidak efektif lagi baik untuk mengobati penyakit dan mencegah penyakit. 4. Obat tradisonal Pengobatan tradisional merupakan bagian bagian dari tumbuhan, di Indonesia obat tradisional sering disebut dengan obat herbal atau jamu. Obat yang rata rata dibuat oleh industri rumahan adapun beberapa yang dibuat dengan industry modern. 5. Desa Palasari Kecamatan Ciater Lokasi KKNM dilaksanakan di Desa Palasari Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Desa ini memiliki luas wilayah 646 Ha/m 2. Adapun batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sarireja. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ciater. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cisaat. Dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Sanca, Desa Cibitung dan Desa Nagrak. Desa Palasari berada di ketinggian 800-1050 mdl diatas permukaan laut, suhu rata-rata udara harian di daerah ini adalah 24 0 C. Topografi daerah ini adalah dataran tinggi. Dikelilingi dengan perkebunan teh dan hortikultura membuat sebagian besar mata pencaharian dari warga Desa Palasari ini adalah petani sayuran dan juga pemetik teh. Berada di sekitar pengunungan Tangkuban Perahu

7 membuat cuaca menjadi dingin dan juga berkabut sehingga membuat penduduknya lebih sering menggunakan baju hangat saat pagi dan malam. 6. Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu kabupaten diprovinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 205.176,95 ha atau 6,34 % dari luas Provinsi Jawa Barat. yang secara topographi memiliki dataran tinggi dan dataran rendah. Kabupaten subang berbatasan dengan beberapa kota yakni Purwakarta, Subang, Bandung, Sumedang, dan Indramayu. G. Asumsi Berdasarkan landasan teori maka asumsi dapat disimpulkan sebagai berikut : Masyarakat Desa palasar Kecamatan Ciater masih banyak yang menggunakan tanaman obat tradisional karena warisan dan pengalaman dari penduduk masyarakat terdahulu sering menggunakan tanaman obat tradisional,akan tetapi dibalik penggunaan tanaman obat tradisional di karenakan jarak yang jauh ke tempat yang telah menyediakan obat-obatan mpdern. Bukan karena jarak yang jauh juga namun harga obat-obatan modern sangat mahal, sehingga masyarakat Desa Palasari Kecamatan Ciater lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional. H. Sistematika Skripsi 1. Bab I Pendahuuan Bagian pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi massalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional dan serta sistematika skripsi 2. Bab II Kajian Teori Bagian ini membahas mengenai kajian teori yang berkaitan dengan variabel penelitian yang diteliti meliputi definisi etnobotani, kajian potensi, tanaman obat, obat tradisional, wilayah Desa Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. 3. Bab III Metode Penelitian Bagian ini membahas secara sistematis dan terperinci langkah - langkah dan cara yang digunakan daam penelitian, yaitu yang terdiri

8 dari: metode peneitian, desain pen, objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan simpel, operasionalisasi variabel, rencana pengumpulan data dan instrumen penelitian, serta analisis data. 4. Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan Bagian ini mendeskripsikan dan hasil temuan penelitian meliputi pengolahan data serta analisis temuan, dan membahas tentang hasil dan temuan penelitian yang hasilnya sudah disajikan pada bagian hasil penelitian sesuai denga teori. 5. Bab V Simpulan dan Saran Bagian ini berisi tentang simpulan yaitu membahas hasil penelitian yang merupakan jawaban terhadap tujuan penelitian, serta berisi saran yang merupakan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya tentang tindak lanjut ataupun masukan hasil penelitian.