BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara merupakan salah satu hal yang bersifat prinsipal dalam kehidupan bernegara. Setiap negara mempunyai hak untuk menentukan siapa saja yang dapat menjadi warga negaranya, dalam hal ini setiap negara berdaulat, hampir tidak ada pembatasan. Namun demikian, suatu negara harus tetap menghormati prinsip-prinsip umum hukum dalam negara tersebut khususnya dalam masalah kewarganegaraan. Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Istilah warga negara dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara yang dalam bahasa Inggris (object) berarti orang yang memiliki dan mengabdi kepada pemiliknya. 5 A.S. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. 6 Sementara Koerniatmanto mendefinisikan, warga negara sebagai anggota negara. 7 5 Syaukani, 2003, Kewarganegaraan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 10. 6 Ibid. 7 Koerniatmanto Soetoprawiro, 1994, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 1. 1
2 Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945), pada Pasal 26 dinyatakan bahwa, yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang. Kemudian, ketentuan tersebut ditegaskan kembali dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 (UU No. 12 Tahun 2006) tentang Kewarganegaraa Republik Indonesia (RI) bahwa, Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia. Kewarganegaraan menurut Saudargo Gautama adalah keanggotaan seseorang daripada suatu negara tertentu. Orang tersebut merupakan anggota dari negara yang bersangkutan dan negara itu berkewajiban untuk melindunginya. 8 Pengertian kewarganegaraan sebagaimana yang telah disebutkan di atas menunjuk pada keanggotaan seseorang dari suatu negara. Terkait dengan kewarganegaraan maka yang dimaksud dengan asas kewarganegaraan menurut Koerniatmanto adalah pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap negara mempunyai kebebasan untuk menentukan asas kewarganegaraan mana yang hendak dipergunakannya. 9 Kemudian asas yang umumnya dipakai untuk pengaturan kewarganegaraan sampai saat ini adalah asas ius soli yaitu asas yang mendasarkan diri pada tempat kelahiran dan ius sanguinis yaitu asas yang 8 Sudargo Gautama, 1987, Warga Negara dan Orang Asing, Alumni, Bandung, hlm. 4. 9 Koerniatmanto Soetoprawiro, 1994, Op.Cit., hlm. 9.
3 mendasarkan diri pada hubungan darah. Berdasarkan asas ius soli seseorang yang dilahirkan dalam wilayah hukum suatu negara, secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari negara tempat kelahirannya. Asas ini dianut oleh Amerika, Australia, Kanada dan sebagian besar negara di Eropa. Sedangkan berdasarkan asas ius sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan hubungan darah. Sebagai contoh, Negara Republik Rakyat Cina yang menganggap semua keturunan Cina dimanapun mereka berada atau dilahirkan adalah sebagai warga negara Cina. 10 Sehubungan dengan kedua prinsip tersebut, setiap negara bebas memilih asas yang hendak dipakai dalam rangka kebijakan kewarganegaraanya untuk menentukan siapa saja yang diterima sebagai warga negara dan siapa yang bukan warga negara. Setiap negara memiliki kepentingannya sendiri berdasarkan latar belakang sejarah yang tersendiri pula. Namun dalam perkembangannya, ada pula negara yang justru menganut kedua-duanya karena pertimbangan lebih menguntungkan bagi kepentingan negara yang bersangkutan. Misalnya, India dan Pakistan termasuk negara yang menikmati kebijakan yang diterapkan yaitu dwi-kewarganegaraan. Prinsip inilah yang biasanya dinamakan sebagai prinsip campuran. 11 Jika dihubungkan dengan Pasal 27 UUDNRI Tahun 1945, maka segala warga negara mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum dan 10 Nomensen Sinamo, 2014, Hukum Tata Negara Indonesia, Permata Aksara, Jakarta, hlm. 129. 11 Mexsasai Indra, 2011, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. 185.
4 pemerintahan. 12 Berkenaan dengan kewarganegaraan ini, di dalam hukum dan pemerintahan Indonesia status kewarganegaraan memiliki pengaruh. Jika dikaitkan dengan pejabat negara, status kewarganegaraan berpengaruh besar dalam pengangkatan pejabat negara Republik Indonesia. Semua persyaratan pengangkatan pejabat negara mencantumkan salah satu syaratnya yaitu berstatus warga negara Indonesia. adalah: 13 Dalam Persyaratan menjadi calon Presiden dan calon Wakil Presiden a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri; c. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya; d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden; e. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara; g. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara; h. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; i. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela; j. Terdaftar sebagai Pemilih; k. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi; l. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; m. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang 12 Tunjung Herning Sitabuana, 2011, Penyelesaian Masalah Diskriminasi Etnis Cina, Studi tentang Perkembangan Politik Hukum di Bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Disertasi, Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, hlm. 361-362. 13 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924).
5 Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945; n. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; o. Berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun; p. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat; q. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI; dan r. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara Republik Indonesia. Dalam pengangkatan Menteri, untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi persyaratan: 14 a. Warga negara Indonesia; b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi kemerdekaan; d. Sehat jasmani dan rohani; e. Memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan f. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Kemudian dalam pengangkatan menjadi Hakim Konstitusi, selain memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil dan negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, seorang calon hakim konstitusi harus memenuhi syarat: 15 14 Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916). 15 Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas
6 a. Warga negara Indonesia; b. Berijazah doktor dengan dasar sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum; c. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; d. Berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan; e. Mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan kewajiban; f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; g. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; h. Mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun; dan i. Tidak menjadi anggota partai politik dalam jangka waktu paling singkat 7 (tujuh) tahun sebelum diajukan sebagai calon hakim konstitusi. Selain berpengaruh pada pengangkatan pejabat negara, status kewarganegaraan ini juga berpengaruh bahkan dapat menjadi penyebab pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. Kasus mengenai pemberhentian pejabat negara yang melibatkan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menjadi salah satu contoh betapa besar pengaruh dari status kewarganegaraan Indonesia dalam menduduki jabatan sebagai pejabat negara. Dalam kasus ini, pada saat menjabat sebagai Menteri, Arcandra Tahar memiliki dua paspor, yaitu paspor warga negara Amerika Serikat dan paspor warga negara Indonesia. Kewarganegaraan Amerika Serikat Arcandra Tahar diketahui diperoleh pada tahun 2012. Kemudian pada Senin, 15 Agustus 2016 Presiden Joko Widodo akhirnya memberhentikan dengan hormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-Undang, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456).
7 Arcandra Tahar setelah kontroversi terhadap status kewarganegaraannya. 16 Berdasarkan hukum, Indonesia tidak menganut dwi-kewarganegaraan sebagaimana ditegaskan pada Pasal 23 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. Sebaliknya, berdasarkan pasal tersebut, seseorang kehilangan statusnya sebagai Warga Negara Indonesia apabila memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri dan secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara lain tersebut. Meski status WNI Arcandra tidak pernah dicabut Pemerintah, secara hukum materiil dengan mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya, maka kewarganegaraan Indonesia hilang. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dibahas dalam Tesis ini adalah, politik hukum mengenai status kewarganegaraan Indonesia sebagai syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang dibahas serta untuk mengarahkan kepembahasan, Peneliti mengangkat permasalahan sebagai berikut: 16 Fachri Fachrudin, Pencopotan Arcandra Dinilai untuk Hindari Masalah yang Lebih Luas,http://nasional.kompas.com/read/2016/08/16/15395331/pencopotan.arcandra.dinilai.untuk.hin dari.masalah.yang.lebih.luas, diakses pada Selasa, 20 September 2016, pukul 15.39 WIB.
8 1. Mengapa status kewarganegaraan Indonesia menjadi syarat dalam pengangkatan pejabat negara Republik Indonesia? 2. Bagaimana politik hukum status kewarganegaraan Indonesia dalam pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dibagi menjadi: 1. Tujuan Objektif Penelitian ini secara objektif bertujuan: a. Untuk mendeskripsikan, mengkaji dan menganalisis tentang status kewarganegaraan Indonesia yang menjadi syarat dalam pengangkatan pejabat negara Republik Indonesia. b. Untuk mendeskripsikan, mengkaji dan menganalisis tentang politik hukum status kewarganegaraan Indonesia dalam pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini secara subjektif bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan dan syarat akademis untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum, di Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum, Klaster Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada.
9 D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis erat kaitannya dengan manfaat penelitian terhadap perkembangan ilmu hukum. Sedangkan manfaat praktis berkaitan dengan penerapan hukum, dimana hasil penelitian akan memberi manfaat bagi stakeholders atau pihak terkait lainnya. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu hukum dan referensi ilmiah bagi kalangan akademik, khususnya di bidang ilmu Hukum Tata Negara terkait dengan politik hukum mengenai politik hukum status kewarganegaraan Indonesia sebagai syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. Dan studi politik hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian komprehensif dan mendalam untuk evaluasi serta pemecahan masalah yang tersisa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Pusat Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi objektif bagi pemerintah pusat dalam merumuskan dan menjalankan peraturan perundang-undangan terkait dengan politik hukum mengenai status kewarganegaraan Indonesia sebagai syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia.
10 b. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi legislator dalam menentukan kebijakan atau mengeluarkan undang-undang yang berkenaan dengan kewarganegaraan untuk mengakomodir status kewarganegaraan Indonesia sebagai syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang objektif dan jelas mengenai politik hukum mengenai status kewarganegaraan Indonesia sebagai syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia, serta membantu masyarakat dalam meningkatkan pemahaman, kesadaran dan berpartisipasi terhadap permasalahan kewarganegaraan khususnya dalam pengangkatan dan pemberhentian pejabat negara Republik Indonesia. d. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi referensi mahasiswa khususnya yang sedang menempuh studi di Fakultas Hukum atau lintas ilmu lainnya terkait. E. Keaslian penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, Peneliti telah melakukan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah
11 Mada, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada dan kepustakaan lainnya. Berdasarkan penelusuran, tidak ada penelitian skripsi, tesis ataupun disertasi yang sama dengan penelitian ini. Namun berdasarkan penelusuran dan pengamatan bacaan pustaka, Peneliti menemukan skripsi, tesis dan disertasi yang mengangkat tema yang sama yaitu hukum kewarganegaraan Republik Indonesia, antara lain : 1. Penelitian skripsi dengan judul Perlindungan Hukum terhadap Status Kewarganegaraan Anak Hasil Perkawinan Campuran di Indonesia, yang dilakukan oleh Ulian Deta, pada tahun 2003. Pada penelitian tersebut, ada dua rumusan masalah: a. Bagaimana kedudukan anak dalam hal terjadinya perbedaan kewarganegaraan dalam perkawinan? b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran? 17 Pada skripsi ini, Peneliti tidak menemukan kesamaan pokok bahasan. Peneliti dalam Skripsi ini lebih konsen pada kedudukan anak dalam hal terjadinya perbedaan kewarganegaraan dalam perkawinan dan perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran. 2. Penelitian tesis dengan judul Status dan Kedudukan Anak Hasil Perkawinan Campuran ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang dilakukan oleh Nancy Lia Simanjutak, pada tahun 2008. Pada penelitian tersebut, ada dua 17 Ulian Deta, 2003, Perlindungan Hukum Terhadap Status Kewarganegaraan Anak Hasil Perkawinan Campuran di Indonesia, Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
12 rumusan masalah: a. Bagaimana status dan kedudukan anak hasil perkawinan campuran ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia? b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran yang tidak tercatat? 18 Pada tesis ini, Peneliti tidak menemukan kesamaan pokok bahasan. Peneliti dalam Skripsi ini lebih konsen status dan kedudukan anak hasil perkawinan campuran ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran yang tidak tercatat. 3. Penelitian tesis dengan Judul Aspek Hukum Status Kewarganegaraan Anak Hasil Perkawinan Campuran yang Lahir Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang dilakukan oleh Kus Winarno, pada tahun 2010. Pada penelitian tersebut, ada dua rumusan masalah: a. Bagaimana implementasi prinsip-prisip kewarganegaraan dalam bidang keimigrasian di Indonesia? b. Bagaimana status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran yang lahir sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia? c. Bagaimana kebijakan yang diambil Direktorat Jenderal Imigrasi, 18 Melani Wuwungan, 2009, Status dan Kedudukan Anak Hasil Perkawinan Campuran ditinjau dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang..
13 Kementerian Hukum dan HAM RI dalam menangani perbedaan pengaturan status kewarganegaraan bagi anak hasil perkawinan campuran yang lahir sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia? 19 Pada tesis ini, Peneliti tidak menemukan kesamaan pokok bahasan. Peneliti dalam Tesis ini lebih konsen pada Implementasi prinsip-prisip kewarganegaraan dalam bidang keimigrasian di Indonesia dan status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran yang lahir sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia serta mengenai kebijakan yang diambil Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM RI dalam menangani perbedaan pengaturan status kewarganegaraan bagi anak hasil perkawinan campuran tersebut. 4. Penelitian disertasi dengan Judul Penyelesaian Masalah Diskriminasi Etnis Cina (Studi tentang Perkembangan Politik Hukum di Bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia), yang dilakukan oleh Tunjung Herning Sitabuana, pada tahun 2011. Pada penelitian tersebut, ada dua rumusan masalah: a. Bagaimana penyelesaian sengketa diskriminasi etnis Cina dalam hukum kewarganegaraan Republik Indonesia? 19 Kus Winarno, 2010, Aspek Hukum Status Kewarganegaraan Anak Hasil Perkawinan Campuran yang Lahir Sebelum dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan.
14 b. Bagaimana politik hukum kewarganegaraan Republik Indonesia dalam penyelesaian sengketa diskriminasi etnis Cina di Indonesia? 20 Pada Disertasi ini, Peneliti tidak menemukan kesamaan pokok bahasan. Peneliti dalam Disertasi ini lebih konsen pada penyelesaian sengketa diskriminasi etnis Cina dalam hukum kewarganegaraan Republik Indonesia. Atas dasar beberapa pustaka di atas, maka penelitian ini dinyatakan tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi lain dan sependek pengetahuan Peneliti, penelitian ini tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah serta terbuka untuk kritik yang bersifat konstruksif. Namun, apabila diluar pengetahuan Peneliti ternyata hal ini pernah diteliti sebelumnya, maka Peneliti berharap penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya. 20 Tunjung Herning Sitabuana, 2011, Penyelesaian Masalah Diskriminasi Etnis Cina (Studi tentang Perkembangan Politik Hukum di Bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia), Disertasi, Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung, hlm. 15.