BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atlet merupakan olahragawan yang berpartisipasi dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Dalam suatu pertandingan atau kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan tersebut khususnya pada pemain atau atlet. Agar mencapai dan meraih kemenangan tersebut, setiap individu perlu memberikan penampilan atau kinerja yang terbaik, tentu diperlukan persiapan, latihan dan usaha. Di dunia olahraga misalnya untuk menampilkan penampilan atau kinerja yang baik perlu adanya proses serta latihan dan pelatih yang bisa membimbing serta mengarahkan dan mengetahui keadaan atlet yang dibimbingnya. Indonesia pernah berjaya pada Sea Games periode tahun 1977-1999, namun hal itu terus menurun seiring dengan berjalannya waktu. Dari tahun ketahun, prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun. Contohnya di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia masih ada di peringkat ke-37 dan unggul atas Thailand yang ada di peringkat ke-47, tetapi empat tahun kemudian di Olimpiade Athena 2004, Indonesia hanya berada pada peringkat ke-48. Thailand malah melonjak peringkat ke-25 di Olimpiade Athena 2004. 1
2 Prestasi atlet Indonesia kini mengalami penurunan. Hal itu terbukti di Sea Games ke-24 tahun 2007. Sea Games ke-24 tahun 2007 itu menempatkan Indonesia di posisi empat besar. Indonesia berada di bawah Thailand dan Vietnam, dimana Thailand memperoleh posisi satu sebagai juara umum (Adisasmito, 2007). Kepercayaan diri dan motivasi berprestasi sangatlah penting untuk dimiliki oleh atlet yang hendak melaju ke dalam suatu pertandingan. Kepercayaan diri dan motivasi berprestasi dapat meningkatkan performance atlet pada saat pertandingan berlangsung. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri dari atlet. Salah satunya terlihat pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat pada tahun 2016. Atlet yang berasal dari cabang olahraga senam melakukan simulasi dengan juri, dan suasana simulasi dibuat seperti pertandingan, yang hal itu dapat dilihat dari prestasi atlet cabang olahraga senam tersebut yang terlihat tegang dan kurang percaya diri (Syahril, 2016). Atlet cabang olahraga Bulutangkis Putri Riau yang mengalami kekalahan, menurut Jever pelatih atlet bulutangkis, permainan atlet Riau bagus, tetapi selama ini mereka kurang latihan dan kurang pengalaman serta kurang percaya diri. Hal itu mengakibatkan fisik dan basic skillnya jadi kurang (pekanbaru.tribunnews.com). Manajer tim renang Indonesia, Hartadi, mengatakan ada dua perenang
3 Indonesia tidak mampu menampilkan performa terbaiknya karena kurang percaya diri. Rasa kurang percaya diri mereka sangat kelihatan sehingga mengganggu penampilannya (detikspot.com). Hal tersebut juga terjadi pada atlet renang Allison Schmit yang berasal dari Amerika Serikat yang berhasil menyumbang medali emas pada ajang Olimpiade Rio 2016, dimana pada saat sebelum bertanding Allison sempat merasa tidak percaya diri dan depresi dengan kemampuan yang dia punya dan sekaligus memikul beban prestasi yang pernah ia capai sebelumnya, dan tuntutan dari orangorang sekitar yang dapat mengembalikan kepercayaan diri nya (Reza, 2016). Olahraga juga merupakan serangkaian gerak yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai satu maksud atau tujuan tertentu. Berdasarkan tujuan individu untuk berolahraga menurut (Giriwijoyo, dkk, 2005: 11) adalah olahraga prestasi: individu berolahraga untuk mencapai prestasi, olahraga rekreasi: individu melakukan kegiatan olahraga sebagai permainan atau hiburan, olahraga kesehetan: individu melakukan gerakan atau kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal yaitu kesehatan untuk tubuh, dan olahraga pendidikan: individu melakukan gerakan atau kegiatan untuk pengetahuan. Olahraga juga layak untuk menjadi pilar keselarasan dan keseimbangan hidup sehat dan harmonis.
4 Senada dengan itu olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, sportivitas, disiplin. Peran olahraga sangat penting dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif. Dalam penelitian ini olahraga yang dimaksud adalah olahraga prestasi yang dilakukan oleh atlet mahasiswa. Prestasi atlet selalu berkaitan dengan motivasi berprestasi karena motif merupakan pendorong manusia untuk bertindak dan berbuat sesuatu. Menurut beberapa studi kepribadian, salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet adalah tingginya kebutuhan untuk berprestasi (Cox, 2006). Kebutuhan inilah yang dikenal sebagai achievement motivation. Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya motivasi tertentu. Motivasi berprestasi sebagai kekuatan berhubungan dengan pencapaian beberapa standar keunggulan atau kepandaian. Motivasi berprestasi yang merupakan dorongan yang terdapat di dalam diri seseorang yang menyebabkan orang berusaha dengan maksimal dalam semua aktivitasnya (Heckhausen dalam Riani, 2005). Pencapaian prestasi atlet tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor, yaitu faktor fisik, faktor teknik, dan psikologis. Faktor psikologis tersebut sangat penting dalam menunjang motivasi
5 berprestasi seorang atlet. Dalam hal ini, motivasi berprestasi pada atlet menghadapi pertandingan akan memacu atlet untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, sehingga mampu meraih prestasi di bidang olahraga. James (1982) dalam (Scheunemann, Martias, & dkk, 2014) mengemukakan bahwa 50% dari hasil pertandingan ditentukan oleh faktor mental dan psikologis. Kepercayaan diri dan motivasi merupakan dua konsep yang saling berhubungan. Atlet yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih percaya diri terhadap kemampuan mereka. Oleh karena itu faktor psikis terutama kepercayaan diri dapat menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan motivasi pada atlet. Dan atlet yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih percaya diri terhadap kemampuan mereka yang dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Berdasarkan tujuan dari pelatihan dan pembinaan atlet adalah agar atlet tersebut dapat mengeluarkan kemampuan terbaik saat bertanding (Gunarsa S., 1990). Atlet dalam beberapa cabang olahraga tertentu harus mempunyai kemampuan fisik yang lebih tinggi dari rata-rata agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah pertandingan ada empat komponen yang saling melengkapi, antara lain taktik, teknik, fisik, dan jiwa kebersamaan (psychocosocial) atau mental
6 dalam diri pemain (atlet). Selain kemampuan fisik, faktor psikologis yang sangat penting dalam perkembangan diri pada atlet adalah motivasi dan kepercayaan diri. Menurut Gunadi tanpa kepercayaan diri, seorang atlet tidak akan bisa memperlihatkan semua kemampuannya di dalam lapangan (Scheunemann, Martias, & dkk, 2014). Permainan sebagai tim (atau teamwork) juga tidak akan bisa terjalin dengan baik apabila hubungan antarpemain tidak harmonis. Hampir setiap atlet pernah mengalami krisis kepercayaan diri. Hilangnya kepercayaan diri menjadi suatu yang sangat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan ataupun situasi baru. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan lebih menghargai dirinya dengan lebih tinggi bila dibandingkan dengan individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah (Setyobroto, 2002). Ketika seorang atlet mengalami kegagalan, maka atlet tersebut mengalami krisis kepercayaan diri. Sedangkan pelatih lebih sering mengasah kemampuan teknis dalam setiap latihan tanpa diimbangi dengan adanya pendekatan secara mental. Hal tersebut juga disampaikan pada hasil wawancara terhadap seorang atlet bela diri yang berinisial L yang mengatakan bahwa : Saya mengikuti bela diri awalnya untuk melatih kepercayaan diri. Akan tetapi setelah saya mengikuti latihan bela diri semakin lama orientasi tujuan saya, untuk menang dan dapat mengikuti Pekan olahraga Nasional, akan tetapi
7 setelah saya bisa mengikuti Pekan Olahraga Nasional saya pernah merasakan tidak percaya diri disebabkan melihat penampilan lawan yang begitu kuat. Percaya diri merupakan elemen penting dalam pertandingan. Kehilangan kepercayaan diri akan langsung berakibat buruk pada prestasi. Kepercayaan diri berkaitan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh atlet. Penampilan yang baik pasti ditunjukkan dengan adanya motivasi dan kepercayan diri yang baik juga, sehingga memungkinkan tujuan yang mereka tetapkan tercapai. Motivasi berprestasi pada atlet mahasiswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Namun, secara umum kepercayaan diri merupakan indikator yang penting dalam motivasi berprestasi atlet. Hal itu juga disampaikan oleh pelatih futsal di salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta yang mengatakan bahwa: Sepanjang pertandingan yang pernah diikuti oleh anak didik saya, hal yang paling lumayan sulit adalah ketika mereka telah mengalami kekalahan di pertandingan kedua atau ketiga, dimana performa mereka menurun ketika mengetahui bahwa mereka kalah pada pertandingan tersebut. Atlet yang mempunyai kondisi fisik yang bagus dan prima belum tentu menghasilkan prestasi yang gemilang kalau tidak didukung dengan mental ataupun kondisi psikis yang baik (Gunarsa, 1996). Maka dari itu kepercayaan diri sangat dibutuhkan, karena
8 kepercayaan diri merupakan hal penting untuk meraih prestasi sebagai motivasi. Berdasarkan uraian di atas, permasalahannya adalah apakah kepercayaan diri menjadi sebagai prediktor motivasi berprestasi pada atlet mahasiswa? B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kepercayaan diri merupakan prediktor bagi motivasi berprestasi pada atlet mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kepercayaan diri merupakan prediktor bagi motivasi berprestasi pada atlet mahasiswa. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya kajian penelitian tentang peran kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi atlet pada mahasiswa.
9 2. Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah bisa digunakan sebagai landasan untuk menentukan strategi dalam meningkatkan motivasi berprestasi atlet. Serta dapat lebih memperhatikan selain faktor skill tapi juga memperhatikan dan meningatkan faktor psikologis kepercayaan diri terhadap motivasi prestasi atlet. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengambil kebijakan dalam membangkitkan semangat motivasi berprestasi pada atlet mahasiswa.