Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Desain Interior Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-133

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Penerapan Tema Terhubung (kembali) dengan Alam sebagai Penyelesaian Desain pada Perancangan Islamic Center Pakem

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

Desain Interior Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dengan Langgam Modern Bali

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

b e r n u a n s a h i jau

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

Peningkatan Aktivitas Fisik dan Kesehatan dengan Penerapan Active Design Guidelines

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Desain Interior Rumah Cupcakes & BBQ dengan Konsep Open Kitchen bernuansa Modern Chic

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Bangunan Portabel Sebagai Solusi Kebutuhan Hunian Temporer yang Layak Huni

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Analisis Penetapan Harga Jual Unit Apartemen Bale Hinggil di Surabaya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Fungsional Versus Estetika: Inkubasi dalam Rancangan TPA

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

UTS SPA 5 RAGUAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING. Dalam desain Gedung Kantor LKPP terdapat 13 point target

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

AB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut juga mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai elemen arsitektural.

Analisa Biaya Dan Permintaan Pada Penetapan Harga Marginal Unit Rumah Di Perumahan Royal Regency, Lumajang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Fasilitas Rumah Duka di Surabaya

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: dwihariadi@yahoo.co.id Abstrak Surabaya menjadi salah satu kota Metropolitan besar di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi kota yang pesat. Kegiatan perdagangan kota Surabaya yang pesat diharapakan juga sejalan dalam bidang lain terutama dalam hal pelestarian bangunan cagar budaya (BCB). Pemanfaatan bangunan cagar budaya (BCB) menjadi fungsi jasa dan komersial adalah jawaban dari masalah pelestarian BCB dan kaitannya dengan kontribusi dalam perekonomian kota secara aktif. Objek BCB yang dipilih adalah eks-bioskop Indra Surabaya. Bangunan bergaya khas Nieuwe Zakelijkheid ini berdiri sejak 1910. Kondisi bangunan saat ini tidak berfungsi dan terbengkalai. Pelestarian eks- Bioskop Indra dilakukan dengan cara adaptasi (adaptivereuse), yaitu mengubah eksisting yang terbengkalai untuk difungsikan kembali dengan fungsi baru (berupa kantor sewa & resto) tanpa menuntut perubahan drastis dan tetap mempertahankan ciri khas. Konsep form follows form sebagai dasar untuk merancang massa baru agar selaras dengan bangunan lama. Pendekatan kontekstualisme dan metode insertion-transition dipilih untuk mencapai keterpaduan antara yang lama dan baru. Kata Kunci adaptive-reuse, bangunan cagar budaya, insertion, kontekstualisme, transition. S I. PENDAHULUAN URABAYA merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah kurang lebih 374 km2. Kota Pahlawan ini juga kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Tingkat perekonomian dan investasi di Surabaya tumbuh dan bekembang pesat. Pesatnya perekonomian kota diharapkan sejalan dengan bidang lain terutama pelestarian bangunan cagar budaya. Banyak objek cagar budaya baik kawasan maupun bangunan sudah dilestarikan, namun ada juga beberapa masih belum lestari. Salah satu bangunan yang berada di kawasan cagar budaya namun belum lestari adalah bangunan Eks-Bioskop Indra. Bangunan yang berada di persimpangan antara Jl. Gubernur Suryo dan Jl. Panglima Sudirman ini sudah berdiri sejak tahun 1910. Bangunan yang terkenal akan fungsinya sebagai bioskop kenamaan Surabaya ini memiliki langgam aristektur yang khas, yaitu selasar pada area pedestrian. Hal ini membuat bangunan lebih menonjol dari sekitarnya. Hal yang miris dari kondisi bangunan yang tidak dimanfaatkan, membuatnya kotor dan tidak terawat. Penggunaan kembali atau adaptive reuse [1] dari bangunan terbengkalai ini dengan menawarkan fungsi ekonomi (rental office dan restoran) [2] akan membuat bangunan secara aktif berkontribusi dalam pelestarian BCB dan ekonomi kota sekaligus. Gambar 1. Kondisi Eks-Bioskop Indra saat ini (Sumber: Dokumentasi penulis) II. EKPLORASI DAN PROSES RANCANG Perencanaan dan perancangannya menggunakan pendekatan kontekstualisme. Kontekstualisme menekankan bahwa bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingungan atau bangunan yang berada di sekitarnya. Keterkaitan tersebut didapat dari proses menghidupkan kembali sesuatu yang ada dalam eksisting ke bangunan baru [3]. Terletak di persimpangan JL. Gubernur Suryo dan Jl. Jendral Sudirman Surabaya, lokasi dari rental office dan resto ini menempati lahan dari bangunan Eks-Bioskop Indra. Dalam proyek ini, rental office & resto adalah tempat aktivitas ekonomi dan sosial kota yang terwadahi pada bangunan cagar budaya yang unik dan khas sebagai latarnya. Fungsi rental office & resto ini diambil dari pertimbangan peruntukkan lahan eksisting dan kondisi sekarang. Hal ini berarti bahwa fungsi yang diusulkan adalah untuk menunjang aktivitas perekonomian kota Surabaya.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 153 Fungsi baru sebagai rental office & resto tidak mampu ditampung oleh luas bangunan eksisting, maka dari itu dilakukan penambahan massa atau ekstensi. Hasilnya terdapat dua jenis massa yaitu massa lama (eksisting) dan massa baru (ekstensi). Peletakkan ekstensi berada di belakang eksisting sesuai dengan peraturan dan ketersediaan lahan. Penggabungan dua massa antara eksisting dan ekstensi dilakukan dengan metode insertion. Insertion atau penyisipan dilakukan dengan menggabungkan massa baru secara permukaan atau tepian ke massa lama. Proses ini tidak mengganggu bentuk asli bangunan lama. Massa baru hanya menyinggung secara permukaan atau tepian dari massa lama [4]. Desain pada massa baru harus memerhatikan dan menyesuaikan prinsip desain eksisting. Hal ini dilakukan agar massa baru bisa padu dan sesuai dengan yang lama, sehingga mampu membingkai dan menonjolkan eksisting dengan apik. Maka dari itu, dalam perancangan ekstensi digunakan prinsip desain dari eksisting. Prinsip desain eksisting yang diadopsi adalah bentukan dasar eksiting seperti geometri kotak, segitiga, dan elemen struktur yang menonjol. Bentukan dasar tersebut diolah kembali dengan cara transformasi adisi (penambahan), transformasi substraksi (pengurangan), perulangan bentuk dan irama. [5]. Tampilan yang ingin ditampilkan ke luar adalah lebih luwes dari kesan bangunan fungsi perkantoran. Kesan luwes diterapkan dengan permainan material baik warna maupun tesktur. Warna yang diterapkan juga berdasar dari warna eksisting yaitu warna warna material seperti warna merah dari atap, putih cat embok, coklat kayu, dan transparan kaca jendela [6]. Gambar 4. Metode Penggabungan Massa dengan Insertion (Sumber: Fisher-Gewirtzman,2016) Gambar 5. Elemen Eksisting yang diaopsi ke Ekstensi III. HASIL RANCANG Gambar 2. Fasad Eksisting Gambar 3. Lokasi Eks-Bioskop Indra Surabya A. Extention Building : Form Follows Form (Transition) Konsep form follows form yaitu desain ekstensi mengikuti prinsip desain eksisting. Prinsip desain yang diterapkan adalah penggunaan bentuk geometri kotak sebagai bentuk dasar ekstensi. Mula mula ekstensi diposisikan pada area belakang eksisting. Hal ini dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketersediaan area lahan yang kosong. Pengolahan bentukan dasar geometri dengan pengurangan volume dan ukuran, hingga didapat bentuk sepertu huruf U terbalik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan akses sirkulasi udara yang baik, mengingat bentukan eksisting lebih besar (5 lantai). Lalu perulangan bentukan U pada lantai 3 hingga 5 dengan menurangi volume untuk bagian sayap kanan. Pengurangan volume tersebut mengakibatkan bentukan menjadi berundak. Bentukan berundak tersebut kemudian dihaluskan dengan menghubungkan lantai 5 ke 3, sehingga permukaan berundak menjadi bidang miring. Penerapan bidang miring pada bagian atap lantai 5 adalah sebagai elemen estetika dan penanda fasad utama bangunan ekstensi.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 154 B. Extention Building Facade: Adopsi Struktur yang Menonjol pada Eksisting Elemen struktur yang menonjol pada eksisting, yaitu kolom dan balok, diadopsi menjadi fasad massa baru dengan mengambil kolom, yang dianggap sebagai bentukan vertikal. Bentukan vertikal tersebut dibuat sebagai selubung dan bukaan ekstensi. Perbedaan material pada bentukan vertikal, masif dan transparan mengakibatkan tersiptanya selubung dan bukaan. Pewarnaan fasad dengan warna mirip eksisting, merah, putih, dan hitam sebagai peredam kontras merah dan putih. Gambar 8. Tampak Timur Laut Rental Office & Resto C. New Interior Pada bagian dalam (interior) dari bangunan lama yang kotor dan rapuh, dilakukan peremajaan dengan mengganti elemen yang rusak. Hal tersebut diterapkan dengan penambahan dinding untuk fungsi ruang resto, penggantian konstruksi atap dari kayu menjadi baja ringan, dan perletakan ornamen hias pada kolom dan balok. Gambar 9. Tampak Tenggara Rental Office & Resto Gambar 10. Interior Baru pada Eksisting Fungsi Resto Gambar 6. Rental Office & Resto kumen penulis) Gambar 11. Fasad Ekstensi Gambar 7. Siteplan Rental Office & Resto IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Penerapan fungsi rental office & resto ke dalam bangunan cagar budaya terbengkalai mampu menjawab permasalahan pelestarian bangunan cagar budaya sekaligus. Bangunan cagar budaya yang terfungsikan secara otomatis akan terjaga dan terawat kondisi nya. Keuntungan tambahan adalah fungsi yang diusulkan yaitu rental office & resto yang membuat bangunan secara aktif berkontribusi ke dalam beberapa bidang sekaligus, ruang untuk aktivitas ekonomi, publik, dan terjaminnya pelestarian objek. Desain yang berkonsep pada form follows form memastikan massa baru selaras dan sesuai dengan massa lama. Bukan untuk mendominasi, tapi membingkai dan menjadi satu kesatuan dengan lingkungan.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 155 DAFTAR PUSTAKA [1] Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya. (2005). Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya. [2] Peraturan Wali Kota Nomor 57 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Rangka Pendirian Bangunan di Kota Surabaya [3] Jormakka, Kari. Basic Design Methods. Boston: Birkhauser Boston, 2003. [4] Brooker G., S. S. (2004). Rereadings SS Interior Architecture and The Design Principles of Remodelling Exixting Buildings. London: RIBA Enterprise Ltd. [5] Ching, Francis D.K. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga, 2007. [6] Bambang Irawan, Priscilla Tamara. Dasar - Dasar Desain. Jakarta: Griya Kreasi, 2013.