BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I LATAR BELAKANG

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Dalam hal upaya pengendalian Aedes aegypti, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan dunia kesehatan. Dimana Nyamuk adalah ektoparasit

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. yang sering ditemukan di daerah tropis dan. subtropics. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

DAFTAR PUSTAKA. Agromedia Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur Penyakit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di negara - negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini diperkuat dengan data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini insidensi penyakit DBD mencapai 30 kali lipat. Pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah kematian sekitar 1317 orang, sehingga DBD dimasukkan kategori A dalam stratifikasi oleh WHO (WHO, 2009). Kasus DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968 (Sudjana, 2010). Pada tahun 2007 terdapat 150.000 kasus infeksi virus dengue dengan 25.000 kasus berasal dari Jakarta dan Jawa Barat (WHO, 2009). Pada tahun 2009 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam 10 besar daerah endemis DBD di Indonesia dengan angka insidensi 64 kasus per 100.000 penduduk (Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, 2010). Variasi musim yang berbeda pada setiap daerah menjadi salah satu penyebab peningkatan jumlah kasus. Peningkatan jumlah kasus terjadi pada musim penghujan yaitu pada bulan Desember sampai Maret dan menurun pada bulan Juni sampai September (Departemen Kesehatan RI, 2009). 1

2 Nyamuk Aedes aegypti bertindak sebagai vektor utama persebaran DBD dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder di Indonesia. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk pemukiman atau endofilik. Nyamuk Aedes aegypti memiliki tempat - tempat perindukan di penampungan air buatan manusia yang terletak di dekat rumah (WHO, 2009). Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti memiliki sifat air yang relatif jernih dan tenang (Sukowati, 2010). Daerah perkotaan menjadi salah satu tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti karena suhunya yang panas. Hal tersebut terjadi karena nyamuk Aedes aegypti peka terhadap perubahan iklim yang cepat. Pemanasan global mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu pada daerah pegunungan sehingga persebaran dari nyamuk Aedes aegypti menjadi lebih luas. Peningkatan curah hujan juga berdampak pada peningkatan habitat larva nyamuk. Kondisi ini dapat meningkatkan kepadatan populasi nyamuk (Patz, 2006). Pencegahan penyakit DBD pun masih ditujukan untuk memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor (Sukowati, 2010). Secara umum pengendalian vektor dibagi menjadi 2, yaitu pengendalian vektor secara alami dan pengendalian vektor secara buatan. Pengendalian vektor secara alami dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor ekologi yang penting untuk perkembangan serangga. Sementara pengendalian vektor secara buatan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara fisik (pengelolaan lingkungan), biologi, dan kimiawi. Pengelolaan vektor secara fisik dilakukan dengan 3M, yaitu menguras tempat-tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan

3 air, dan menimbun barang bekas yang dapat menampung air. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme, hewan vertebrata dan hewan invertebrata sebagai predator nyamuk maupun larva. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan larvasida kimia seperti Temefos 1%. (Sutanto, 2008). Namun, penggunaan bahan kimia sebagai larvasida menimbulkan efek samping seperti resistensi insektisida, pencemaran lingkungan, dan potensi keracunan pada organisme non target (Solomon, 2006). Oleh karena itu, mulai dilakukan pengembangan dan penggunaan bioinsektisida yang alami, mudah didapatkan, serta aman bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar (Ndione, 2007). Apium graveolens atau seledri merupakan jenis tanaman dalam famili Apiaceae. Tanaman ini memiliki ciri - ciri daun bergerigi, batang berwarna hijau, biji kecil dan berwarna coklat, memiliki aroma khas dan dapat tumbuh tinggi hingga 45 cm (Wilkinson, 2003). Seledri memiliki banyak kandungan flavonoid yakni apiin dan apigenin (Dalimartha, 2006). Kandungan flavonoid tersebut dapat ditemukan di biji dan batang seledri (Chan, 1986). Flavonoid berpotensi sebagai larvasida dan insektisida. Flavonoid akan menimbulkan gangguan pada persarafan dan kerusakan pada spirakel sehingga serangga tidak dapat bernafas (Rahman, 2009). Oleh karena itu, batang seledri dapat dikembangkan dalam penelitian ini sebagai salah satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

4 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak etanol batang seledri (Apium graveolens) memiliki efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti? 2. Apakah peningkatan konsentrasi ekstrak etanol batang seledri (Apium graveolens) akan meningkatkan jumlah kematian larva Aedes aegypti? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Mengetahui efek larvisida ekstrak etanol batang seledri (Apium graveolens) terhadap larva Aedes aegypti. 2. Tujuan Khusus: Mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak etanol batang seledri (Apium graveolens) dengan peningkatan jumlah kematian larva nyamuk Aedes aegypti. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang jenis tanaman yang memiliki aktivitas sebagai agen larvasida alami.

5 Manfaat Metodologis Menambah informasi ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran, khususnya dalam bidang parasitologi mengenai penggunaan larvasida alami. Manfaat Praktis Menemukan alternatif larvasida alami yang dapat digunakan untuk pengendalian larva nyamuk Aedes aegypti. Peneliti Menambah pengetahuan tentang cara melakukan penelitian dan menambah ilmu pengetahuan tentang penanggulangan vektor demam berdarah secara alami.

6 1.5 Keaslian Penelitian No Judul Pengarang, lokasi penelitian dan tahun terbit Jenis Variabel 1 Ekstrak Etanol Daun Sirsak Maharhika Ichsantyarindha Awang, Fakultas Skripsi Variabel bebas: ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata) Sebagai Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2011 Variabel terikat: jumlah larva instar III - IV Larvasida Terhadap Larva nyamuk Aedes aegypti yang mati Aedes aegypti Variabel kontrol: air leding 2 Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegypti 3 Potential of crude seed extract of celery, Apium graveolens L. against the mosquito Aedes aegypti (Diptera: Culididae) Ashry Sikka Aradilla, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2009 Wej Choochote, et al, Faculty of Medicine, Chiang May University, Thailand, 2004 Skripsi Variabel bebas: ekstrak etanol daun mimba Penelitia n (Jurnal) Variabel terikat: jumlah larva instar III - IV nyamuk Aedes aegypti yang mati Variabel kontrol: air leding Variabel bebas: ekstrak etanol biji seledri Variabel terikat: nyamuk Aedes aegypti yang mati Variabel kontrol: air leding