II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia dampak luar biasa akibat serangan penyakit layu ini yang

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. Thrips termasuk ke dalam ordo Thysanoptera yang memiliki ciri khusus, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Boleng (Cylas formicarius (Fabr.))

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepik hijau (N. viridula L.) sudah lama dikenal sebagai hama penting tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

Jurnal Agrotekma. Available online

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. famili Gramineae (Cahyono, 2006). Tanaman padi memiliki taksonomi sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. transparan (Gambar 1). Telur diletakkan berderet 3 4 baris sejajar dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Hama Pengisap Polong Kedelai

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Semangun (1996) cendawan Fusarium diklasifikasikan sebagai berikut:

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam:

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Hama Aggrek. Hama Anggrek

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. berpangkal pada umbi batang. Sementara pada bagian bawah bonggol terdapat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Layu Pisang Di Indonesia dampak luar biasa akibat serangan penyakit layu ini yang ditemukan di lapangan dari aktifitas riset semenjak tahun 2008 sampai saat ini semua tanaman pisang yang bernilai komersil diserang patogen layu, ditemukan 21 VCG Foc didunia 15 lainnya terdapat diasia bahkan selain 21 VCG Foc suadah ada pula ditemukan 14 kelompok VCG Foc terbaru berdasarkan hasil penelitian (Hermanto et al, 2008) semntara itu di Indonesia sendiri telah teridentifikasi 10 kelompok VCG Foc. Dilaporkan juga bahwa pisang varietas barangan paling rentan terhadap VCG kerena semua isolat Foc yang diisolasi dari pisang barangan (Gulino dan Oneill 2008). Di Sumatera utara penyakit ini hampir menyerang semua varietas pisang komersil mencapai 10.000 Ha. Petani pisang di Sumatera utara menderita kerugian mencapai Rp 10 milyar setiap musim panen, daerah-daerah paling tinggi tingkat kerusakannya adalah Kabupaten Tapanuli Selatan, Deli Serdang, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Langkat dan Simalungun. Total kerugian ekonomis diperkirakan mencapai 80 milyar rupiah. Kondisi ini kemudian berdampak terhadap sumber makanan sehat menjadi berkurang, sumber pendapatan petani berkurang, pendapatan petani menurun, fungsi lahan pisang beralih, luasan lahan tercemar patogen meningkat dan potensi kehilangan sumber plasma nutfah pisang semakin tinggi, upaya pengendalian penyakit layu sudah banyak dilakukan termasuk pemakaian bahan kimia yang ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (Nasir et al 2007). 5

2.1.1. Blood Disease Bacterium (BDB) Penyakit darah bakteri yang disebabkan oleh Blood diseases bacteri (BDB) mengakibatkan rendahnya produksi dan produktifitas pisang. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling penting pada tanaman pisang di Indonesia, sebab Blood disease bakteri melakukan kolonisasi pada relung ekologi yang sama dengan pathogen tanaman (Marwan et al, 2011). Bakteri ini dikenal sebagai patogen tular tanah paling berbahaya didunia, sampai tahun 2003 luas serangan penyakit layu di Sumatera Utara mencapai 186.148 ha (Ditlin Holtikultura 2006). Blood disease bakteri merupakan isolat yang cukup sulit untuk diisolasi pada beberapa jaringan tanaman yang terinfeksi kecuali bagian batang dan buah (Hadiwiyono 2011). Bila tandan dipotong, akan ditemukan bagian-bagian berwarna kehitaman dan kecoklatan dan bagian dalam tangkai juga menjadi lunak dan membusuk, pada bagian batang keluar cairan busuk yang berwarna kemerahan dapat dilihat pada Gambar.(2.1) A B Gambar 2.1. Gejala serangan BDB Pada tanaman pisang kapok Keterangan :A.). Gejala dari BDB, tanaman pisang layu dan daunnya menguning pada tanaman pisang kepok. B). Gejala serangan BDB pada buah pisang kepok (https://www.serangan Blood Disease Bacterium.co.id Nasril et al. 2008). 6

2.1.2. Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc) Fusarium oxysporum adalah patogen tular tanah yang paling berbahaya di dunia ini menyerang tanaman pisang dari berbagai kelompok umur (Nasir et.al 2005). Gejala luar layu Fusarium paling awal adalah munculnya garis kuning pucat di pangkal tangkai daun pada daun tua (daun pertama atau kedua). Gejala ini dapat segera muncul 2 bulan setelah infeksi, seluruh proses infeksi alami melalui akar, dua hari setelah infeksi, hifa akan menginvasi jaringan vessel dari sistim vaskular, kemudian terjadi proses sporulasi dan menghasilkan mikrokonidia. Bila tangkai daun dipotong, akan terlihat jaringan berwarna kecoklatan atau kuning pucat di penampang potongan tangkai daun tersebut, biasa disebut sebagai vacular discolouration, gejala kuning pada daun mulai dari pinggir daun kemudian menuju kebagian tengah, warna kecoklatan dalam berbagai ukuran muncul di daun yang menguning, keseluruhan daun menjadi layu, kemudian tangkai daun juga berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan akhirnya patah (Ploetz et al 2003). A B Gambar 2.2. Gejala serangan Fusarium oxysporum f.sp.cubense pada batang pisang. A). Tanaman pisang yang terserang Fusarium oxysporum f.sp.cubense umur 3 bulan B). Tanaman pisang Fusarium oxysporum umur 6 bulan (http:// www.serangan Fusarium oxysporum f.sp cubense.co.id// 2015). 7

2.2. Penggerek bonggol pisang C.sordidus Germar adalah hama penting pada pertanian pisang. Kumbang dewasa berwarna hitam dan berukuran 10-15 mm. Kumbang dewasa hidup bebas tapi ditemukan diantara kelopak daun, dilapisan tanah dekat perakaran pisang dan berasosiasi dengan sampah pisang. Serangga dewasa hidup pada malam hari dan jarang sekali terbang walaupun memiliki sayap yang berkembang dengan baik dan biasanya bergerak dengan berjalan. Serangga dewasa bersembunyi dibawah tanah disekitar pisang pada siang hari dan aktif pada malam hari. Serangga dewasa bergerak lamban dan akan berpura-pura mati jika merasa terganggu. (Gold & Meisan 2000). 2.2.1. Siklus hidup C.sordidus Germar Telur hama ini berbentuk seperti sosis, berwarna putih dengan ukuran 2mm. Telur diletakkan secara tunggal pada lubang yang dibuat imago betina pada corm atau batang palsu pada pangkalnya atau diantara bekas luka di kelopak daun di mahkota pisang. Telur sulit diidentifikasi di lapangan karena ketika lubang penularan dibuat, maka akan keluar cairan tanaman yang menyembunyikan lubang tersebut, telur juga diletakkan pada corm tanaman yang menyembunyikan lubang tersebut. Telur diletakkan pada corm tanaman yang tumbang. Telur menetas setelah 5-7 hari. Larva C.sordidus berwarna putih krem tanpa kaki dengan kepala coklat kemerahan, panjangnya sekitar 12mm, larva tersebut bisa ditemukan pada batang palsu sekitar 2 kaki dari dasar tanah, perkembangan larva selesai dalam 15-20 hari. (Gold & Meisan 2000). Kemudian di lanjutkan ke fase dewasa, serangga dewasa (kumbang) berwarna hitam suram dan agak bongkok, aktif pada malam hari dan bersembunyi didalam dan disekitar bonggol pisang atau 8

diantara pelepah batang semu pisang, serangga dewasa berukuran 12 mm dan dapat hidup 1-3 tahun akan tetapi produksi telur relatif sedikit 1-3 butir perminggu,pada umumnnya telur diletakkan ditanaman pisang terutama pada pelepah dan batang semu,kira-kira 5 cm dari bawah permukaan tanah. telur A B C D E Gambar 2.2. Fase perkembangan C. sordidus Keterangan : A.Larva instar 1. B. Larva instar 2. C. Larva instar 3. D. Pupa. E. Imago Sumber: Mairawita et al,2012. 2.2.2. Penggerek batang pisang (O.longicollis.Olivier) Kumbang ini udah dikenal karena moncongnya yang panjang (snout), bentuk prothoraxnya agak pipih berukuran 16 mm, telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian bila telur telah menetas, larva akan menggerek batang pisang bagian atas pupa akan membentuk cocon pada batang tanaman(gold & Meisan 2000). Serangga dewasa dapat terbang secara aktif pada siang hari dan tertarik pada sisa batang tanaman yang telah dipanen, kerusakan akibat hama ini ditandai oleh adanya lubang-lubang disepanjang batang semu, pada serangan berat, batang semu menjadi terbelah dan mengeluarkan lendir (blendok), akibatnya batang semu menjadi patah dan akhirnya tanaman mati, hama ini dapat dijumpai diseluruh Asia Tenggara (Ditlin Hortikultura 2012). Gambar 2.3. Kumbang O. longicollis sumber: Mairawita, 2012. 9

2.2.3 Gejala serangan C.sordidus Germar dan O.longicollis. Olivier C.sordidus Germar menyerang pada kelopak daun, batang, larva penggerek bonggol membuat terowongan pada bonggol pisang yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain, kerusakan ini mengakibatkan lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan terhenti, gejala serangan terlihat daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun. Apabila batang pisang yang terserang C.sordidus di tebang, maka akan tampak loronglorong yang dibuat kumbang tersebut. (Ditlin Hortikultura 2012). Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini yaitu dengan sanitasi lingkungan, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari bonggol pisang, menggunakan musuh alami dan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos dengan dosis seperti tertera pada kemasan. (Ditlin Hortikultura 2012). O.longicollis dikenal dengan penggerek batang atau Banana stem weevil, gejala serangan yang ditimbulkan yakni, tanaman pisang akan layu, apabila batang pisang dibelah maka akan terlihat adanya lubang gerak yang memanjang disepanjang batang semu (Susnihati 2005). Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini yaitu dengan sanitasi lingkungan, dengan memotong kecil kecil batang dan buah pisang lalu dimasukkan kedalam tanah, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari batang pisang, menggunakan musuh alami dengan plaesius javanicus Er dan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos dengan dosis seperti tertera pada kemasan. (Ditlin Hortikultura 2012). 10

A Gambar 2.4. A. Serangan C.sordidus Germar pada bonggol pisang.(sumber Suswati 2012). B. Serangan O.longicollis Oliver pada batang semu pisang. (Sumber https://www.serangan Blood Disease Bacterium.co.id Nasril et al. 2008). 2.3. Cendawan Entomopatogen Pemanfaatan jamur atau cendawan entomopatogen pada pengendalian hama bersifat ramah terhadap penggunaan pestisida kimia. Menurut (Widayat dan Rayati 1996) ada beberapa alasan dipilihnya jamur entomopatogen dalam pengendalian hama, antara lain : kapasitas rep roduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora yang bertahan lama di alam dan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Selain itu waktu aplikasi berperan dalam menyebabkan kematian serangga hama, waktu aplikasi jamur tersebut ada yang dilakukan pada tanaman sebelum infestasi larva (racun perut), atau secara langsung pada hama sasaran sesudah infestasi larva (racun kontak). (Rohmawana. 1998). Sebagian besar cendawan entomopatogen memiliki siklus biologi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif dengan menggunakan miselium sebagai unit pertumbuhan, tipe spora atau konidianya terdiri atas tipe aseksual (anamorpha) dan tipe seksual (telemorpha) yang keduanya berperan penting dalam siklus hidupnya, terutama pada saat kondisi lingkungan kurang mendukung maupun saat B 11

keterbatasan inang yang sesuai, oleh karena fungsi utamanya adalah menginfeksi inang, maka konidia merupakan propagul cendawan yang paling memungkinkan untuk diproduksi. perbanyakan B.bassiana sebagian besar dilakukan pada media padat, seperti beras, gandum, atau jagung (Junianto dan Sulistyowati, 2002). 2.4. Beauveria bassiana Cendawan B.bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa), kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia, jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Jamur entomopatogen, B.bassiana dapat diperoleh dari tanah terutama pada bagian atas (top soil) 5 15 cm dari permukaan tanah, karena pada horizon ini diperkirakan banyak terdapat inokulum B.bassiana. Cendawan B.bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit,saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah kemudian masuk menembus kulit tubuh, penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. B.bassiana berasal dari kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, dan genus Beauvaria, habitat B.bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan, cendawan akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati, miselia jamur menembus keluar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia, namun apabila keadaan 12

kurang menguntungkan perkembangan jamur hanya berlangsung didalam tubuh inang, selain itu B.bassiana juga banyak memiliki mamfaat lainnya, sebagai pengendali serangga hama ramah lingkungan dan selektif, tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil produksi dan tidak merusak lingkungan. 2.4.1 Morfologi B.bassiana Cendawan B.bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit,saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah kemudian masuk menembus kulit tubuh, penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Cendawan akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus keluar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia, namun apabila keadaan kurang menguntungkan perkembangan jamur hanya berlangsung didalam tubuh inang. (Sutopo & Indrayani 2007) A B Gambar 3.4. Biakan B.bassiana umur 3 hari aplikasi dalam media PDA).Keterangan : A. isolat B.bassiana dalam PDA. B.bassiana perbesaran 600x (Sumber http://biakan B.bassiana dan Koloni B.bassiana 2015). 13

2.4.2. Perbanyakan B.bassiana Sebagian besar cendawan entomopatogen memiliki siklus biologi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif dengan menggunakan miselium sebagai unit pertumbuhan, tipe spora atau konidianya terdiri atas tipe aseksual (anamorpha) dan tipe seksual (telemorpha) yang keduanya berperan penting dalam siklus hidupnya, erutama pada saat kondisi lingkungan kurang mendukung. Oleh karena fungsi utamanya adalah menginfeksi inang, maka konidia merupakan propagul cendawan yang paling memungkinkan untuk diproduksi. Konidia cendawan Deuteromycetes umumnya sudah dapat diperbanyak pada media padat atau media cair melalui proses fermentasi. Tetapi, perbanyakan B.bassiana sebagian besar dilakukan pada media padat, seperti beras, gandum, atau jagung ( Junianto dan Sulistyowati, 2002). 2.4.3. Efektifitas B.bassiana Terhadap Beberapa Hama Tanaman Hal ini sesuai dengan Karolina et al. (2008) yang menyatakan bahwa gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat nafsu makan larva berkurang mengakibatkan larva menjadi kurang aktif, kemudian kaku dan diikuti perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya telah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih, kemudian suhu juga sangat berperan penting dalam penginfeksian inangnya. Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B.bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur B. bassiana ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.) pada tanaman sayuran. Sebagian contoh lain yang menjadi inang jamur B. bassiana adalah jangkrik, ulat sutra, dan semut merah. 14

Karena B.bassiana dapat menyerang hampir semua jenis serangga, cendawan ini digolongkan ke dalam non-selektif pestisida sehingga dianjurkan tidak digunakan pada tanaman yang pembuahannya dibantu oleh serangga. Penggunaan jamur ini untuk membasmi hama dapat dilakukan dengan beberapa metode. Jamur ini bisa dipakai untuk jebakan hama. Serangga yang telah terinfeksi B.bassiana selanjutnya akan mengkontaminasi lingkungan, baik dengan cara mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang, maupun melalui fesesnya yang terkontaminasi, serangga sehat kemudian akan terinfeksi. Adapun cara penggunaanya yaitu dengan memasukkan B.bassiana beserta alat pemikat berupa aroma yang diminati serangga (feromon). 15