MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

1. Jelaskan pengertian pemerintahan : Jawab: a. Dalam arti luas b. Dalam arti sempit 2. Jelaskan pengertian pemerintahan menurut Utrecht : Jawab:

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Sistem Pemerintahan Presidensial vs Parlementer. Teguh Kurniawan

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)

Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

4. Salah satu contoh negara yang menganut idiologi terbuka adalah... A. RRC B. Cuba C. Korea Utara D. Indonesia E. Vietnam

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

SUSUNAN PEMERINTAHAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM TATA NEGARA

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1. B. Rumusan Masalah...7. C. Tujuan Penelitian...8. D. Manfaat Penelitian...

BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

SISTEM POLITIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANGKUMAN KN KEDAULATAN ARTI : KEKUASAAN TERTINGGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

D. Semua jawaban salah 7. Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya A. Terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah B. Tidak bertanggung

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

A. Pengertian Orde Lama

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

Demokrasi di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RUSDIANTO KARIM SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu keguanaan penting sistem pemerintahan suatu negara adalah menjadi bahan perbandingan bagi negara lain. Jadi, negara-negara lainpun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antara sistem pemerintahannya. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan tadi. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial budaya dan politik yang berkembang di negara yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial dan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan Inggris-lah yang masing-masing dianggap pelopornya. Contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial antara lain ; Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Mesir, Indonesia dan Argentina. Sedangkan yang menganut sistem pemerintahan parlementer, antara lain ; Inggris, India, Jepang, Malaysia dan Australia. Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer, terdapat variasi yang disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara. Misalnya, Indonesia yang menganut sistem presidensial tidak akan benar-benar sama dengan pemerintahan Amerika Serikat. Bahkan negara-negara tertentu memakai sistem campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential system). Contohnya, negara Perancis sekarang

ini. Negara ini memiliki presiden sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, tapi juga terdapat perdana menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari. BAB II LANDASAN TEORI A. PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA Sebuah sistem pemrintahan dibuat demi terselenggaranya pemerintahan negara yang mampu mewujudkan tujuan sebuah bangsa, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk itulah, pemerintah bertugas mengatur dan mengarahkan kehidupan bersama dengan cara membuat hukum, melaksanakan dan menegakkannya, serta melakukan upaya-upaya lain demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Dalam kenyataan, tidak setiap sistem pemerintahan dapat berjalan sesuai harapan itu. Masalahnya mungkin terletak pada pengaturan sistem pemerintahan yang belum sempurna atau lengkap. Namun kemungkinan pula penyebabnya adalah ketidakmampuan para pejabat dalam melaksanakan sistem itu, atau kesengajaan pejabat pemerintah menyalahgunakan wewenang. Di lain pihak, mungkin pula rakyat sendiri memang tidak siap mendukung sistem pemerintahan yang berlaku. Ketiga masalah itu sudah pernah terjadi dalam sejarah kenegaraan kita. Pengturan sistem pemerintahan presidensial yang belum lengkap dalam UUD 1945 (sebelum diamandemen) telah menyebabkan lahirnya pemerintahan otoriter baik di masa Demokrasi terpimpin maupun mas Orde Baru. Lebih dari itu, keinginan besar penguasa untuk menyelenggarakan kekuasaan telah melahirkan sejumlah kebijakan yang justru tidak menyejahterakan rakyat. Di masa Orde Baru pernah berlaku peraturan tentang pemberian monopoli tataniaga cengkeh oleh perusahaan milik anak presiden. Peraturan ini sangat tidak adil karena menyusahkan petani, yang dipaksah menjual cengkehnya dengan harga murah kepada perusahaan miliki anak presiden itu; juga merugikan pengusaha rokok yang harus membeli cengkeh dengan harga mahal dari perusahaan milik anak presiden. Keuntungan besar menumpuk di kantong pemilik monopoli. Monopoli tataniaga cengkeh di Indonesia juga dengan terpaksa diterima baik oleh petani penanam cengkeh maupun perusahaan-perusahaan penghasil rokok. Tentang ketidaksiapan masyarakat menjalankan sebuah sistem pemerintahan dapat kita lihat contohnya dari negara Perancis, maupun juga dari Indonesia sendiri. Pakar politik berpendapat bahwa kegagalan pelaksanaan sistem pemerintahan parlementer di Indonesia tahun 1950-an antara lain karena budaya politik masyarakat kita belum sesuai dengan apa yang dituntut oleh sistem pemerintahan parlementer itu sendiri. Bagaimana seharusnya sikap warga negara yang baik terhadap sistem pemerintahan yang berlaku di negerinya? Setiap pemerintah yang dihasilkan melalui prosedur-prosedur demokratis perlu mendapat dukungan dan kepatuhan dari warga negaranya. Oleh karena itu, sikap yang baik terhadap sistem pemrintahan yang ada adalah mendukung, menghormati, dan mematuhi kebijakan-kebijakannnya. Namun demikian, sikap patuh itu tidak terlepas dari sikap kritis terhadap sistem pemerintahan yang ada. Sikap kritis itu dapat diasah dengan cara membandingkan pelaksanaan

sistem pemerintahan yang berlaku di negara kita dengan pelaksanaan sistem pemerintahan yang berlaku di negara lain. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa pelaksanaan sebuah sistem pemerintahan tidaklah berlangsung dalam ruang kosong. Pelaksanaan sistem pemerintahan dalam satu negara sangat dipengaruhi antara lain oleh: 1. Komitmen elite politik terhadap sistem politik yang hendak diwujudkan; 2. Sistem kepartaian yang berkembang di negara yang bersangkutan 3. Tradisi politik yang telah berkembang di negara yang bersangkutan; 4. Budaya politik dominan di masyarakat yang bersangkutan. Komitmen elite politik terhadap sistem politik yang hendak dikembangkan (demokrasi atau kediktatoran) akan sangat menentukan corak pelaksanaan sistem pemerintahan di suatu negara. Fakta menunjukkan bahwa walaupun sama-sama berdasarkan pada UUD 1945, namun pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial di masa Orde baru berbeda dengan saat ini. Komitmen terhadap sistem politik demokratis yang kuat membedakan palaksanaan sistem presidensial di Amerika Serikat dengan yang berlangsung di negara kita. Sistem kepartaian yang berkembang disuatu negara juga berpengaruh pada pelaksanaan sistem pemerintahan yang ada. Sistem kepartaian dengan dua partai dominan, sebagaimana berkembang di AS ( Partai Republik dan Partai Demokrat) dan Inggris ( Partai Buruh dan Partai Konservatif) terbukti dapat memberi peluang bagi berjalannya sistem pemerintahan secara optimal. Sedangkan sistem multipartai cenderung membawa dampak ketidakstabilan politik sebagaimana tampak dalam pelaksanaan sistem pemerintahan parlementer di masa Demokrasi Liberal dulu, ataupun sistem pemerintahan presidensial di negara kita saat ini. Tradisi politik juga berpengaruh pada pelaksanaan pemerintahan sebagaimana tampak dalam uraian tentang terbangunnya sistem pemerintahan parlementer di Inggris tersebut di atas. Tradisi politik yang melembaga juga memungkinkan pelaksanaan sistem pemerintahan di Thailand berjalan dengan relatif stabil walaupun kadang diselingi dengan pengambilalihan kekuasaan sementara oleh pihak militer. Tradisi poitik demokrasi yang belum berkembang di negara kita tampaknya turut menyumbang pada lemahnya kinerja para wakil rakyat di berbagai lembaga perwakilan rakyat saat ini. Sistem pemerintahan negara republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sistem presidensial kabinet. Dengan sistem pemerintahan tersebut, baik para penyelenggara negara maupun rakyat dan bangsa Indonesia telah merasa sesuai. Sejalan dengan perkembangan dan dinamika politik masyarakat, penyelenggaraan negara dengan sistem presidensial kabinet telah mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga sekarang ini. Berikut ini akan dilihat bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan di negara Indonesia dan perbandingannya dengan negara-negara lain baik yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial maupun parlementer. PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN Negara Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945 Negara-negara lain 1. Prancis

Bentuk pemerintahan adalah republik, dengan sistem pemerintahan adalah presidensial. Presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket untuk masa jabatan 2004 2009. Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan oleh presi-den, serta bertanggung jawab kepada presiden. Parlemen terdiri atas 2 bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Kekuasaan legislatif ada pada DPR yang memiliki tugas membuat UU dan mengawasi jalannya pemerintahan. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya, yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Kedudukan eksekutif (Presiden) kuat, karena dipilih langsung oleh rakyat. Kepala negara dipegang Presiden dengan masa jabatan selama tujuh tahun. Presiden diberikan wewenang untuk bertindak pada masa darurat dalam menyelesaikan krisis. Jika terjadi pertentangan antara kabinet dengan legislatif, presiden boleh membubarkan legislatif. Jika suatu undang-undang yang telah disetujui legislatif namun tidak disetujui Presiden, maka dapat diajukan langsung kepada rakayat melalui referandum atau diminta pertimbangan dari Majelais Konstitusional. o Penerimaan mosi dan interpelasi dipersukar, misalnya sebelum sebuah mosi boleh diajukan dalam sidang badan legislatif, harus didukung oleh 10% dari jumlah anggota badan itu. Catatan : bahwa sistem pemerintahan yang dikembangkan oleh Perancis ini sebenarnya bukan parlementer murni. Tetapi, pemisahan jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan memang menunjukkan ciri parlemenrterisme. 2. Inggris Kepala negara dipegang oleh Raja/Ratu yang bersifat simbolis dan tidak dapat diganggu gugat. Peraturan perundangan dalam penyelenggaraan negara lebih banyak bersifat konvensi (peraturan tidak tertulis). Kekuasaan pemerintahan berada di tangan Perdana Menteri yang memimpin menteri atau sering disebut Cabinet Government (pemerintahan kabinet). Perdana Menteri mempunyai kekua-saan cukup besar, antara lain : a) memimpin kabinet yang anggotanya telah dipilihnya sendiri, b) membimbing Majelis Rendah, c) menjadi penghubung dengan raja, dan d) memimpin partai mayoritas. Kabinet yang tidak memperoleh kepercayaan

dari badan legislatif harus segera meletakkan jabatan. Perdana Menteri sewaktu-waktu dapat mengadakan pemilihan umum sebelum masa jabatan Parlemen yang lamanya lima tahun berakhir. o Hanya ada dua partai besar (Partai Konservatif dan Partai Buruh) sehingga yang menang pemilu (posisi) memperoleh dukungan mayoritas, sedangkan yang kalah menjadi oposisi. 3. India Badan eksekutif terdiri dari seorang presiden sebagai kepala negara dan menteri-menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh anggota-anggota badan legislatif baik di pusat maupun di negara-negara bagian. o Dalam penyelenggaraan pemerintahan, sangat mirip dengan Inggris dengan model Cabinet Government. o Pemerintah dapat menyatakan keadaan darurat dan pembatasan-pembatasan kegiatan bagi para pelaku politik dan kegiatan media masa agar tidak mengganggu usaha pembangunannya. 4. Amerika Serikat Badan eksekutif, terdiri dari presiden beserta menteri-menteri yang merupakan pembantunya. Presiden dinamakan Chief Executif dengan masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang menjadi 8 (delapan) tahun. Presiden sama sekali terpisah dari badan legislatif dan tidak mempengaruhi organisasi dan penye-lenggaraan pekerjaan Konggres. Presiden tidak dapat membubarkan Konggres dan sebaliknya Konggres juga tidak dapat membubar-kan Presiden. o Mayoritas undang-undang disiapkan pemerintah dan diajukan dalam Konggres dengan perantaraan anggota separtai dalam Konggres. o Presiden memiliki wewenang untuk

o mem-veto suatu rancangan undangundang yang telah diteri-ma baik oleh Konggres. Tapi jika rancangan tersebut diterima dengan mayoritas 2/3 dalam setiap majelis, maka veto presiden dianggap batal. Dalam rangka checks and balance, maka presiden di samping boleh memilih menterinya sendiri, tetapi untuk jabatan Hakim Agung dan Duta Besar harus disetujui oleh Senat. Demikian pula untuk setiap perjanjian internasional yang sudah ditan-dangani presiden, harus pula disetujui oleh Senat. 5. Pakistan Badan eksekutif terdiri dari presiden yang beragama Islam beserta menteri-menterinya. Perdana menteri adalah pembantunya yang tidak boleh merangkap anggota legislatif. Presiden mempunyai wewenang mem-veto rancangan undang-uindang yang telah diterima oleh badan legislatif. Namun veto dapat dibatalkan, jika rancangan undang-undang tersebut diterima oleh mayoritas 2/3 suara. Presiden juga berwenang membubarkan badan legislatif, namun demikian presiden juga harus mengundurkan diri dalam waktu 4 (empat) bulan dan mengadakan pemilihan umum baru. Dalam keadaan darurat, presiden berhak mengeluarkan ordinances yang diajukan kepada legislatif dalam masa paling lama 6 (enam) bulan. Presiden dapat dipecat (impeach) oleh badan legislatif kalau melanggar undang-undang atau berkelakuan buruk dengan ¾ jumlah suara badan legislatif. Catatan : Sistem presidensial di Pakistan hanya berlangsung berdasarkan UUD 1962 1969, dan sekarang kembali ke sistem parlementer kabinet. B. REFLEKSI PEMIKIRAN PAKAR

Pembagian kekuasaan yang sudah semenjak Aristoteles sebagai syarat bagi keteraturan negara yang baik merupakan jaminan atau prasyarat struktural terpenting agar negara hukum dapat menjadi kenyataan. Pembagian kekuasaan bertujuan untuk mencegah pemusatan kekuasaan dalam satu tangan. Apabila fungsi-fungsi kekuasaan negara dibagi atas beberapa pihak, diharapkan dapat tercipta suatu keseimbangan kekuasaan yang menjamin agar fungsi-fungsi itu dijalankan secara optimal, tetapi sekaligus mencegah bahwa eksekutif mengambil oper fungsifungsi kekuasaan lainnya. Pembagian fungsi-fungsi negara kedalam tiga kelompok kiranya tetap sesuai: Legislatif atau pembuat undang-undang menetapkan norma-norma hukum yang berlaku umum; yang dimaksud adalah aturan-aturan umum yang menyangkut manusia dan barang. Eksekutif atau administrasi yang dikuasai oleh pemerintah memenuhi tugas-tugas kenegaraan konkret dan melaksanakan norma-norma hukum dalam kasus-kasus spesifik. Yudikatif atau kehakiman bertugas untuk memastikan suatu duduk perkara hukum secara definitif dengan menerapkan norma-norma hukum pada kasus-kasus tertentu. Pembagian kekuasaan berarti bahwa tiga fungsi itu dipegang oleh pihak-pihak yang berbeda...inti terpenting pembagian kekuasaan adalah ketaktergantungan hakim dalam menjatuhkan putusannya dari pemerintah atau administrasi eksekutif. Kebebasan kekuasaan yudikatif merupakan batu sudut negara hukum. Seorang kepala negara pun tidak dapat memberikan perintah kepada pengadilan mengenai putusan yang mana yang harus dijatuhkan.. Jikalau kita sudah menetapkan, bahwa demokrasi adalah satu-satunya sistem yang dapat memelihara Republik dan apabila sudah yakin bahwa diktatur bukanlah suatu alternatif yang harus dipilih maka pokok soal yang harus dipecahkan oleh tiap-tiap demokrat, adalah: mampukah generasi pendukung demokrasi yang sekarng ini mengembalikan kepercayaan yang mulai retak kepada sistem demokrasi itu? Sanggupkah pendukung-pendukung cita demokrasi pada saat sekarng ini menunjukkkan dengan bukti yang nyata, bahwa demokrasi juga mampu untuk bertindak tegas dan tepat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan negara? Menjawab pesoalan ini, adalah menjawab persoalan demokrasi, dan dengan demikian menjawab persoalan berdiri atau jatuhnya republik Indonesia ini. Ini persoalannya dalam rumusan yang tajam. Hendaklah kita insyafi bahwa demokrasi itu adalah suatu sistem yang sulit. Memang lebih sulit dari lain-lain sistem. Tetapi kita harus berani menghadapi kesulitan-kesulitan itu, bila suatu kali jalannya sudah ditempuh. Kita harus berani mengatasi bahaya-bahaya yang bertemu di tengah-tengah jalan. Kalau tidak awas memang demokrasi itu mungkin meluncur ke arah anarchie...dan kalau sudah sampai demikian itu, maka dengan mau tidak mau, kita tokh terjerumus kepada diktatur, malapetaka yang harus kita hindarkan. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sistem pemerintahan suatu negara sangat berpengaruh terhadap negara lain. Dimana sistem pemerintahan ini dapat dijadikan bahan perbandingan bagi negara lain. Negara-negara lain pun dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antara sistem pemerintahannya dengan negara lain. Setiap negara dapat mengembangkan pemerintahannya

dengan baik dengan melakukan perbandingan dan juga dapat mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem pemerintahan negara yang bersangkutan.