MODUL RDE - 09: DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL SIB 09 : PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Penempatan marka jalan

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

Persyaratan Teknis jalan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

MODUL STEBC 06 : KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

Perencanaan Geometrik Jalan

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 08 PERHITUNGAN HASIL PEKERJAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

Spesifikasi geometri teluk bus

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

BAB III LANDASAN TEORI

STANDAR LATIHAN KERJA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

ADENDUM DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB IX JALUR TRANSMISI DAN UTILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DCE - 09 Pengukuran dan Perhitungan Hasil Kerja

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

ADDENDUM-03. Maksud dan Tujuan

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

Transkripsi:

PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 09: DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP JALAN 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar KATA PENGANTAR Dalam rangka menunjang fungsi jalan baik berkaitan dengan keamanan konstruksi, maupun berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pengguna jalan, maka jalan harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan dan merupakan satu kesatuan dari konstruksi jalan secara keseluruhan. Bangunan pelengkap jalan merupakan bangunan yang dibuat dalam rangka pengamanan konstruksi jalan dari pengaruh dan kondisi alam sekitarnya terutama air. Sedangkan perlengkapan jalan berkaitan dengan lalu lintas baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan mengenai pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan merupakan salah satu pengetahuan yang harus dipahami oleh para pengawas pekerjaan konstruksi guna menunjang pelaksanaan tugas pengawasan pekerjaan jalan. Penulisan dan penyusunan modul ini didasarkan pada semua ketentuan berkaitan dengan konstruksi jalan maupun pengaturan mengenai lalu lintas yang berlaku dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya untuk kesempurnaan modul ini kami sangat mengharapkan masukan yang besifat kritik membangun dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penulisan modul ini. Harapan kami semoga modul ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) i

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar Pelatihan Road Design Engineer (RDE) ii

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat desain jalan mencakup perencanaan geometrik dan perkerasan jalan termasuk mengkoordinasikan perencanaan drainase, bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU Jalan. 2. Melaksanakan Manajemen K3, RKL dan RPL. 3. Mengenal dan Membaca Peta. 4. Melaksanakan Survei Penentuan Trase Jalan. 5. Melaksanakan Dasar-dasar Pengukuran Topografi 6. Melaksanakan Dasar-dasar Survei dan Pengujian Geoteknik. 7. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Drainase. 8. Melaksanakan Rekayasa Lalu-lintas. 9. Melaksanakan Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan. 10. Melaksanakan Perencanaan Geometrik. 11. Melaksanakan Perencanaan Perkerasan Jalan. 12. Melakukan pemilihan jenis Bahan Perkerasan Jalan. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) iii

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar NOMOR : RDE-09 JUDUL MODUL : DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan dasar-dasar bangunan pelengkap untuk diintegrasikan ke dalam penyiapan perencanaan teknis jalan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelajaran peserta diharapkan mampu : 1. Menjelaskan jenis bangunan pelengkap jalan 2. Menjelaskan jenis bangunan pengaman jalan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) iv

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... LEMBAR TUJUAN... DAFTAR ISI... DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI TEKNIK PERENCANAAN JALAN (Road Design Engineer)... DAFTAR MODUL... PANDUAN INSTRUKTUR... i ii iv v vi vii BAB I PENGENALAN JENIS BANGUNAN PELENGKAP JALAN... I 1 1.1. Konstruksi Bangunan Pelengkap Jalan... I 1 BAB II PENGENALAN JENIS BANGUNAN PENGAMAN JALAN... II 1 2.1. Tembok Penahan Tanah. II 1 2.1.1. Tembok Permukaan Tanah. II 1 2.1.2. Patok Pengarah... II 3 2.1.3. Patok Kilometer... II 4 2.2. Rel Pengaman... II 4 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT Pelatihan Road Design Engineer (RDE) v

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI TEKNIK DESAIN JALAN (Road Design Engineer) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Teknik Desain Jalan (Road Design Engineer). Pelatihan Road Design Engineer (RDE) vi

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Road Design Engineer (RDE) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 RDE 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan 2 RDE 02 Manjemen K3, RKL dan RPL 3 RDE 03 Pengenalan dan Pembacaan Peta 4 RDE 04 Survai Penentuan Trase Jalan 5 RDE 05 Dasar-dasar Pengukuran Topografi 6 RDE 06 Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik 7 RDE 07 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Jalan 8 RDE 08 Rekayasa Lalu Lintas 9 RDE 09 Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap 10 RDE 10 Perencanaan Geometrik 11 RDE 11 Perencanaan Perkerasan Jalan 12 RDE 12 Bahan Perkerasan jalan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) vii

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : AHLI TEKNIK DESAIN JALAN (Road Design Engineer ) KODE MODUL : RDE - 09 JUDUL MODUL DESKRIPSI TEMPAT KEGIATAN : DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP : Modul ini membicarakan mengenai jenis bangunan pelengkap jalan dan jenis bangunan pengaman jalan. : Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitas yang diperlukan. WAKTU PEMBELAJARAN : 4 (Empat) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) Pelatihan Road Design Engineer (RDE) viii

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Kata Pengantar B. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung 1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan tujuan instruksional (TIU dan TIK) Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan ataupun pengalamannya dalam melakukan pekerjaan jalan Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan a- pabila ada yang kurang jelas OHT. 2. Ceramah : Bab I, Jenis Bangunan Pelengkap Jalan Memberikan gambaran umum tentang Jenis bangunanpelengkap jalan. Waktu : 90 menit Mengikuti penjelasan atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan a- pabila ada yang kurang jelas OHT. 3. Ceramah : Bab II, Jenis Bangunan Pengaman Jalan Memberikan penjelasan, uraian ataupun bahasan mengenai Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan Waktu : 80 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan a- pabila ada yang kurang jelas OHT. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) ix

BAB I PENGENALAN JENIS BANGUNAN PELENGKAP JALAN 1.1. KONSTRUKSI BANGUNAN PELENGKAP JALAN Konstruksi bangunan pelengkap jalan meliputi: 1. Saluran Air Jalan a. Saluran tepi jalan berupa saluran terbuka. Konstruksi saluran tepi jalan dapat berupa tanah saja, dibuat dari pasangan batu atau beton. Bentuk potongan melintang saluran dapat berupa trapesium, segitiga atau empat persegi panjang. Gambar 1.1 Saluran Tepi Jalan Dengan Konstruksi Beton Bertulang Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 1

Gambar 1.2 Selokan A.1, A.2,A.3, B, C1 dan C2 Catatan : 1. (i) Ukuran-ukuran W dan H yang diambil sedemikian rupa sehinngga tinggi banjir 1 tahun harus dibawah puncak selokan dan puncak subgrade dan dasar saluran minimum harud dibawah lubang suling sebelah luar (ii) Kemiringan saluran dicocokan dengan kemiringan timbunan 2. (i) Kecuali ditetapkan lain, lubang filter harus berdiameter 5 cm (ii) Maksimum jarak lubang suling harus 200 cm arah horizontal dan 100 cm arah vertikal 3 Lain harus 300 cm, atau dengan panjang tertentu supaya menjamin bahwa kesinambungan timbunan dan lereng galian terhampar di luar dasar saluran 4 Semua ukuran dalam centimeter kecuali, ada ketentuan lain Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 2

b. Saluran Tertutup Konstruksi saluran tertutup dari beton bertulang atau pasangan batu. Bentuk potongan melintang saluran dapat berupa lingkaran atau empat persegi panjang. Gambar 1.3 Gorong-Gorong Pipa Bertulang Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 3

Catatan : 1. Semua perincian disini tidak menurut skala, semua ukuran dalam meter, kecuali ditentukan lain. 2. Tipe lantai landasan (beddeng) untuk tipe tergantung dari kondisi pondasi tanahnya dan harus sesuai denagn petunjuk engineer 3. gorong-gorong pipa bertulang ekuavalen dengan gorong-gorong R.C.P kelas III menurut standar AASHTO M12OH 4. setiap curuk tulangan lingkar harus disusun dalam kerangka yang harus memuat tulangan memanjang yang cukup untuk menjaga agar tulangan tersebut tetap berbentuk kuat dan dengan posisi yang tepat pada cetakan 5. selimut beton pada tulangan D kerangka sebelah dalam untuk R.C.P lebih dari Ø 100 cm harus 2.3, untuk Ø 100 cm atau lebih besar harus 2.0 cm 6. Jika selimut/timbunan antara bagian atas pipa dan bagian bawah konstruksi perkiraan kurang dari 0.30 pipa tersebut harus dapat diberi selimut beton 7. Tulangan haruslah sdari baja structural atau struktur kawat sesuai dengan AASHTO m33 dan M33 8. pemasangan gorong-gorong harus sesuai dengan spesifikasi 9. sebelum konstruksi dimulai, engineer harus memeriksa dan menyetujui mengenai lokasi dan invert dari inlet dan outlet seperti yang disteak out kontraktor Penyesuaian dengan kondisi yang ada harus sesuai dengan petunjuk engineer 10. Panjang gorong-gorong harus sesuai dengan bentuk engineer 11. semua sambungan harus berbentuk lakiperempuan (tangoe and gsove) seperti di gambar 12. semua sambungan harus ditutup adukan. Cara penutupan harus sesuai petunjuk Engineer Gambar 1.4 Tembok Kepala Untuk Gorong-Gorong Pipa Type B Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 4

Catatan : 1. Tembok Kepala Type B dapat dipakai di tempat tembok kepala Type A apabila ditentukan oleh Direksi Teknik 2. Umumnya tembok kepala type B dipakai dalam kondisi daerah curam dalam kondisi type A tidak dipakai 3. Semua ukuran dalam meter kecuali jika ditentukan lain, Semua detail tidak menurut skala UKURAN DAN BANYAKNYA DIA UKURAN BANYAKNYA PIPA T H W L ADUKAN 0.30 0.045 0.65 1.05 0.53 0.49 0.40 0.05 0.88 1.30 0.65 0.83 0.50 0.055 1.03 1.55 0.77 1.17 0.60 0.065 1.14 1.80 0.90 1.51 0.70 0.07 1.27 2.10 1.05 1.76 0.80 0.075 1.39 2.40 1.20 2.01 0.90 0.08 1.49 2.70 1.35 3.78 1.00 0.085 1.64 3.10 1.50 4.37 1.20 0.10 1.90 3.90 1.65 4.96 Tembok sayap Tembok Utama Perpanjangan Inter Apron Perpanjangan Outlet (buangan Apron Kurb Apron Pasangan batu apron ukuran batang 20 x 30 cm pada daerah lembah dan 30 sampai 40 cm pada daerah berbukit DENAH Apron Koker POTONGAN OUTLET Apron Koker POT INLET CATATAN : 1. Pasangan batu kosong dari outlet apron harus disediakan sesuai petunjuk Direksi Teknik 2. Ukuran-ukuran yang diperlihatkan mungkin dapat dirubah untuk disesuaikan dengan keadaan lapangan 3. Seluruh ukuran-ukuran dalam meter kecuali ditetapkan lain dan seluruh detail tanpa sekala OUTLET (PEMBUANGAN) DARI TEMBOK PENAHAN TANAH Dervariasi Tepi Pasangan Isi Timbunan Catatan : untuk detail tembok penahan tanah lihat lembar 5.20 Tonjolan pipa yang keluar paling kurang 20 cm dari cuka tembok penahan Permukaan tanah yang ada POTONGAN ELEVASI Pasang batu pecah pda bagian khaki talud untuk mencegah terjadinya pengerusan. Lihat catatan ukuran batu pasangan batu apron Gambar 1.5 Inlet Dan Outlet Apron, Outlet Penahan Tanah Tipe Pipa Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 5

Sambungan tanpa sambungan tuang Bahan penyaring Sambungan konstruksi panjang lewatan SOG memanjang Gambar 1.6 Inlet Dan Outlet Apron, Outlet Penahan Tanah Tipe Box Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 6

Keseimbangan profil Pasangan batu Tembok sayap Apron Sambungan celah Sayap pasangan batu Apron Apron Apron Lantai kerja dari material DENAH POT. A-A POT. X-X POT. Y-Y Tulang melintang Timbunan Permukaan Curb Celah Sayap pasangan batu DETAIL KEDUDUKAN ABUTMENT Lantai kerja Plat dasar POT. B-B Dinding pasangan batu DETAIL CURB Ukuran dan kuantitas gorong-gorong Gorong-gorong U k u r a n Kuantitas per m gorong-gorong Type SxH T A B L Pas batu Beton m3 Tulangan (Kg) HF=0-60 HF=60-100 HF=100-150 HF=150-200 I 70X70 18 30 30 144 1.44 0.36 68 58 56 62 II 90X90 20 30 50 168 1.40 0.44 72 68 68 70 III 100X100 25 30 50 180 1.52 0.56 88 84 83 87 IV 100X150 25 35 65 200 2.30 0.61 91 88 88 90 V 100X200 25 50 90 240 2.52 0.75 164 131 130 133 VI 150X150 30 35 65 250 2.30 0.87 171 138 138 141 VII 150X250 30 50 110 320 5.19 1.12 183 170 170 178 VIII 200X200 30 50 90 340 3.88 1.34 207 186 186 176 Ukuran dan kuantitas dinding sayap termasuk lantai muka dan dinding haling Gorong-gorong ukuran Kuantitas Sayap satu sisi S x H D E F G Type pas batu (m3) I 70X70 88 65 114 198 3.13 II 90X90 110 74 115 223 3.57 III 100X100 125 80 136 256 4.41 IV 100X150 175 105 205 305 8.93 V 100X200 225 140 287 427 13.30 VI 150X150 180 107 210 360 9.35 VII 150X250 280 162 383 603 22.70 VIII 200X200 235 144 303 543 15.79 Kuantitas batu tepi per m batu tepi Beton m3 Tulangan kg 0.03 2.69 Gambar 1.7 Sistem Penyambungan Pada Gorong-Gorong Kotak Atau Gorong- Gorong Lingkungan Yang Lama Catatan : 1. Untuk daftar pembengkokan tulangan lihat tabel 2. Perhitungan dikenal dan kwantitas yang diberikan hanya untuk pedoman dan harus diperiksa oleh kontraktor 3. Pelaksanaan harus dibuat menurut spesifikasi 4. Sebelum dimulai pelaksanaan Direksi akan memeriksa dan menyetujui lokasi dan mengembalikan pengukuran kontraktor. Keperluan pengaturan untuk mencocokkan dengan kondisi lapangan yang ada akan dibuat atas petunjuk DIreksi 5. Panjang dan kemiringan gorong-gorong atas petunjuk direksi 6. Semua beton harus klas III/275 7. Sambungan vertikal celah harus diberikan antara sayap dan dinding 8. Pengisian kembali urugan dilaksanakan hanya setelah plat atas telah dibuka dan dipelihara selama 18 hari Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 7

9. Inlet pasangan batu dan outlet diberikan atas petunjuk direksi 10. Filter yang diusulkan dan material lantai kerja harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi sebelum ditempatkan 11. Timbunan yang berdekatan dengan gorong-gorong harus terdiri dari material berbutir dari dasar sungai dilindungi oleh lempengan rumput jadi kemiringan 1,5 : 1 dapat digunakan Apabila volume material berbutir tidak mencukupi hanya diluar 1,0 m timbunan akan dilaksanakan dgn material ini 12. Lereng timbunan pada gorong-gorong kotak dan gorong-gorong plat 1,4 :1 dimana ini berbeda dari lereng timbunan. 13. Semua ukuran dalam meter kecuali ditentukan lain. Semua detail tidak menurut skala. GORONG-GORONG KOTAK BAR Bersihkan dan kasarkan permukaan beton yang ada Panjang barang dowel yang tampak (diameter Batang 30) GORONG-GORONG KOTAK ATAU GORONG YANG ADA Berlubang kedalam slab beton dan dinding lama untuk mendapat kan jarak pemasangan tulangan dan tambahan gorong-gorong pasahuan dowel dengan panjang yang ditentukan ke dalam lubang itu ikat tulangan baru ke tulangan lama. Panjang lap 40 diameter tulangan Ujuran dan jarak tulangan dari sesuai dengan jawaban gorong-gorong kotak (lihat lembar 4.20-4.23) GORONG-GORONG KOTAK ATAU LENGKUNG BUKAN DARI BETON YANG BERTULANG GORONG-GIORONG KOTAK BARU Hancurkan beton lama dan biarkan tampak semua tulangan diflat dan dinding min. Panjang 50 Hancurkan GORONG-GORONG GORORNG LENGKUNG Bersihkan dan kasarkan permukaan beton yang ada Ukuran dan jarak tulangan baru harus sama dengan yang ada dislab kecuali ditentukan lain oleh enginer Panjang lap diameter tulangan Catatan : Gorong-gorong Lengkung yang ada Gorong-gorong kotak baru PENYAMBUNGAN GORONG-GORONG LENGKUNG LAMA DENGAN GORONG-GORONG KOTAK BARU 1. Kecuali ditunjukan lain diameter tulangan dinyatakan dalam mm dan ukuran lan dalam centimeter 2. Lokasi dan elevasi gorong-gorong yang tepat harus disetujui Direksi 3. untuk menambah panjang gorong-gorong yang ada sebagia titik kerja 4. sesuaikan sesuai ukuran dalam dari gorong-gorong kotak dengan gorong-gorong yang ada, dan pilih ukuran yang paling sesuai dari daftar standar (baku). Lihat lembar 4.20 sampai 4.23 5. semua penambahan panjang dan perubahan dari gorong-gorong lama harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk engineer 6. penambahan panjang atau perubahan akan dilaksanakan sedemikian rupa sesuai dengan pekerjaan pelebaran dan perkerasan jalan dan sesuai dengan petunjuk direksi 7. penambahan panjang atau perubahan akan dilaksanakan pada satu atau dua sisi akan tergantung pada posisi yang tepat dari as jalan 8. jika diperlukan untuk menambah panjang atau kurb baru harus dibuat dan harus sama dengan yang ada disisi lain 9. beton yang baru dibuka harus dijaga tetap kelembabannya selama paling sedikit 24 jam sebelum beton baru dipasang. Sesaat sebelum pemasangan beton baru tersebut, permukaan beton lama harus diolesi pasta semen 10. abutmen, sayap dan tembok pangkal jembatan harus ditambah atau dibuat sesuai dengan kebutuhan 11. kemiringan urugan pada gorong-gorong kotak harus 1,5 : 1. jika hal ini berbeda dengan kemiringan urugan normal, kemiringan urugan harus disesuaikan secara berangsur-angsur sepanjang 10 dikedua sisi goronggorong. Gambar 1.8 Standar Selokan Dan Drainase Beton Untuk Perbaikan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 8

Perkerasan Pasangan batu Hamparan material Bervariasi III. SALURAN BETON BERTULANG Tulangan Tulangan Bervariasi I. SALURAN PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN (JENIS TERBUKA) Tulangan Bervariasi Tulangan Tulangan pokok menanjang Tulangan Tulangan Tulangan pokok menanjang II. SALURAN PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN (JENIS TERTUTUP) CATATAN: 1. Kecuali ditentukan lain, semua ukuran dalam centimeter, ukuran tulangan dalam mm 2. Plat penutup pracetak dalam potongan 60 cm 3. Pada bagian-bagian menerus dengan panjang melebihi 40 m harus disediakan plat penutup yang bisa diangkat, penutup bidang perawatan dari beton atau jeruji baja dengan jarak antara 40 m 4. Lokasi dan ukuran yang tepat dari selokan harus dibicarakan dengan Direksi Teknis 5. Kecuali ditentukan lainpada gambar minimum penutup yang diberi baja tulangan harus 5 cm 6. Detail tidak menurut skala Gambar 1.9 Standar Selokan Dan Drainase Beton Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 9

2. Saluran bawah permukaan Konstruksi saluran air bawah permukaan seperti nampak pada gambar dibawah ini Garis kemiringan rata-rata Perkerasan Saluran 1% (catatan 2) Profil potongan atau kerb Dasar Saluran Pasangan Batu 1%(catatan 2) Dasar Saluran KEMIRINGAN PERKERASAN 1%(catatan 4) Lapis pengikat tebal Lapisan perkerasan Bagian Atas tanah dasar Pasangan Batu W (catatan7) POTONGAN MEMANJANG GARIS TENGAH SELOKAN Perkerasan dibawah saluran (catatan 6) Pasangan Batu Pipa Drainase (diperlukan) Drainase bawah Catatan : 1. Gambar tidak berskala 2. Kemiringan antara bagian-bagian penurunan seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik untuk menghindari penggerusan 3. Potongan melintang pada bagian penurunan untuk memenuhi drainase tanpa pasangan. Catatan : 1. Saluran pinggir yang digunakan pada bagian yang benar-benar dibatasi dimana tidak cukup tempat untuk bahu jalan plus saluran dan pelanggaran batas tertentu oleh lalu lintas terhadap daerah saluran harus dibolehkan dengan alasan keamaan 2. Pelapisan permukaan perkerasan harus diteruskan sampai pinggir saluran 3. Pelaburan permukaan harus melebihi pinggiran saluran 75 mm 4. Bila diperintah oleh Direksi Teknik, kemiringan perkerasan harus dinaikkan minimum 4% 5. Timbunan poros pada saluran penyaring harus mencapai sisi bawah pasangan batu 6. Kedalaman total dari saluran dan perkerasan di bawah saluran bisa sama atau lebih besar daripada kedalaman total perkerasan total 7. V bervariasi, contoh ukuran 1,0-1,5 cm Gambar 1.10 Bagian Permukaan Standar Untuk Saluran Tidak Dengan Pemasangan Dan Saluran Standar Yang Dapat Dimulai Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 10

ALTERNATIF TERHADAP TENUNAN Catatan : 1. Ukuran dalam sentimeter, semua detaik tidak menurut skala 2. Jenis tenunan penjaring plastic dan material urugan porous harus disetujui Direksi Teknik 3. Saluran harus punya kemiringan 1 : 200 atau lebih tajam dan diteruskan ke posisi keluaran yang jelas menurut petunjuk Direksi Teknik, posisi keluaran harus diberi tanda yang jelas di lapangan dan dicatat di gambar, 4 Tujuan dari saluran bawah tanah bukan untuk membuang air dalam jumlah besar tetapi untuk mengurangi kekuatan dari tekanan resapan dengan menurunkan permukaan air tanah. Gambar 1.11 Drainase Bawah Permukaan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 11

2. Tembok Permukaan Tanah Konstruksi tembok permukaan tanah dapat dibuat dari pasangan batu kali, pasangan batu kali, bronjong kawat (gabion), bahkan dapat pula digunakan sheet pile baja ataupun beton Beberapa contoh konstruksi nampak pada gambar dibawah ini : Plesteran Pasangan Batu ½ H (Jarak minimum 150) Minimum 75 Minimum 75 0.5 cm Lobang -Buangan air Minimum 50 Lapis Permukaan Aspal Max 30 50 Minimum Lapis Pondasi Bawah Lapis pondasi bawah Tinggi minimal tanah didepan dinding Bahan timbunan berpori Beton kelas -K125 H = 500-700 Gambar 1.12 Tembok Penahan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 12

Gambar 1.13. Perkuatan Lereng Tepi Sungai Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 13

TIPE URUGAN UNTUK PELEBARAN JALAN Catatan : 1. Jika tidak ditentukan lain yang terdapat pada gambar atau atas petunjuk Direksi, urugan kemiringan harus 3 : 1 atau ketinggian urugan lebih dari 1.0 m, 2 : 1 m dan 1,5 : 1 untuk ketinggian urugan melebihi 2.0 m. pada tanah yang tidak teroresi kemiringan dapat dikurangi 1,5 : 1 atau 2 : 1 atas petunjuk Direksi. LIhat pada table atas untuk tipe urugan yang digunakan 2. semua dimensi dalam meter kecuali ditentukan lain, semua detail tidak menurut skala 3. lubang drainase pada perkuatan lereng 50 mm Ø 2 dan 0,30 as ke as baik memanjang dan dalam arah lereng 4. ketebalan batu muka 0,20 dan 0,30 seperti terlihat pada rencana jalan raya atau atas petunjuk Direksi 5. batu muka yang disiar tebal 0.30 harus disiar dengan beton dan tebal 0,20 dengan adukan 6. direksi dapat menetapkan dinding kaki dan dinding cut off dibuat dari beton Gambar 1.14 Perkuatan Lereng Dari Batu Muka Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 14

3. Jembatan Konstruksi jembatan sangat bervariasi, dapat berupa : a. Konstruksi jembatan kayu b. Konstruksi jembatan sederhana c. Konstruksi jembatan komposit d. Konstruksi jembatan rangka baja e. Konstruksi jembatan beton bertulang Untuk konstruksi jembatan akan dibahas tersendiri 3.2 KONSTRUKSI PERLENGKAPAN JALAN Telah diuraikan pada Bab I tentang fungsi dan penggunaan bangunan pelengkap jalan. Di bawah ini akan diberikan beberapa gambar perlengkapan jalan yang sering digunakan antara lain : 1. Patok dan Marka-marka Jalan Gambar 1.15. Patok dan Marka-marka Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 15

2. Rambu-rambu Lalu Lintas Gambar 1.16 Rambu Peringatan Suatu Bahaya Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 16

KETERANGAN GAMBAR 1.16 1. Tikungan ke kiri : Kuning 14b. Awas! Hewan liar 1a. Tikungan ke kanan : Hitam 15. Perbaikan jalan 1b. Tikungan tajam ke kiri 16. Lampu lalu lintas 1c. Tikungan tajam ke kanan 17. Lapangan terbang 1d. Tikungan ganda 18. Angin dari samping 1e. Tikungan ganda 19. Lalu lintas dua arah 1f. Banyak tikungan 20. Hati-hati 1g. Banyak tikungan 21. Persimpangan 2. Turunan 21a. Persimpangan 2a. Turunan 21b. Persimpangan 3. Tanjakan 21c. Persimpangan 3a. Tanjakan curam 21d. Persimpangan 4. Penyempitan kiri-kanan 21e. Persimpangan 4a. Penyempitan kiri 21f. Persimpangan 4b. Penyempitan kanan 21g. Persimpangan 4c. Jembatan sempit 21h. Persimpangan 5. Jembatan angkat 22. Persimpangan dengan prioritas 6. Tepi air 22a. Persimpangan dengan prioritas 7. Jalan tidak rata 22b. Persimpangan dengan prioritas 7a. Jalan cembung 22.c Persimpangan dengan prioritas 7b. Jalan cekung 22d. Persimpangan dengan prioritas 8. Jalan licin 22e. Bundaran 9. Kerikil lepas 23. Rintangan 10. Jatuhan batu 24. Silang-datar berpintu 11. Penyeberangan orang 25. Silang-datar tanpa pintu 12. Awas! Anak-anak 26. Rambu tambahan menyatakan jarak 13. Penyeberangan orang bersepeda 26a. Rambu tambahan menyatakan jarak 14. Awas! Ternak 26b. Rambu tambahan menyatakan jarak Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 17

1 1a 1b 1c 1d 1e 2 2a 3 3a 3b 3c 3d 3e 3f 3g 3b 4 4a 4b 4c 4d 5 5a 5b 6 7 8 9 9a 9b 10 11 12 12a 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 23a 23b 23c 23d 23e 24 25 25a 26 27 28a 28b 29 29a 30 Gambar 1.17 Rambu Larangan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 18

KETERANGAN GAMBAR 1.17 1. Berhenti 5. Sepeda dilarang masuk 1a. Beri kesempatan 5a. Becak dan kereta roda tiga dilarang masuk 1b. Prioritas bagi lalu lintas dari muka 5b. Sepeda atau becak dan kereta roda tiga dilarang masuk 1c. Prioritas atas lalu lintas dari muka 6. Pejalan dilarang masuk 1d. Silang datar dengan dua atau lebih jalur rel 7. Dilarang berhenti 1e. Silang datar dengan dua atau lebih jalur rel 8. Dilarang parkir 2. Ditutup untuk semua kendaraan dari kedua 9. Dilarang membelok ke kiri arah 2a. Dilarang masuk 9a. Dilarang membelok ke kanan 3. Kendaraan bermotor roda empat atau lebih 9b. Dilarang membalik dilarang masuk 3a. Kendaraan bermotor roda tiga dilarang 10. Dilarang mendahului kendaraan lain masuk 3b. Kendaraan bermotor roda dua dilarang masuk 11. Dilarang menggunakan isyarat suara 3c. Semua kendaraan bermotor dilarang masuk 12. Kendaraan bermotor tang seluruh panjangnya, termasuk muatannya, melebihi meter 3d. Bus dilarang masuk 13. Kendaraan bermotor dilarang beriringan kurang dari jarak meter 3e. Mobil barang dilarang masuk 14. Kendaraan yang seluruh lebarnya termasuk muatannya melebihi 3f. Kendaraan bermotor dengan kereta gandeng dilarang masuk 3g. Kendaraan bermotor dengan kereta tempel dilarang masuk 15. Kendaraan yang seluruh tingginya termasuk muatannya melebihi 16. Kendaraan tidak bermotor yang seluruh panjangnya, termasuk muatannya, melebihi. 3h. Mesin kerja dilarang masuk 17. Kendaraan yang seluruh bobotnya pada satu sumbu melebihi. Ton dilarang masuk 4. Dokar dilarang masuk 18. Batas kecepatan maksimum km 4a. Gerobak dan pedati dilarang masuk 19. Wajib berhenti 4b. Gerobak dorong dilarang masuk 20. Akhir batas kecepatan 4c. Gerobak dan dokar dilarang masuk 21. Akhir batas kecepatan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 19

22. Akhir larangan mendahului 25. Wajib untuk sepeda 23. Arah yang diwajibkan 25a. Wajib untuk becak dan kereta roda tiga 23a. Arah yang diwajibkan 26. Wajib untuk pengendara kuda 23b. Arah yang diwajibkan 27. Wajib untuk dokar 23c. Arah yang diwajibkan 28. Wajib untuk gerobak dan pedati 23d. Lewat sini 28a. Wajib untuk gerobak, pedati, gerobakdorong dan dokar 23e. Arah yang diwajibkan pada bundaran 29. Kecepatan minimum yang diwajibkan 24. Wajib dan khusus untuk pejalan 29a. Akhir kecepatan minimum yang diwajibkan 30. Wajib memakai rantai ban Catatan : Warna dasar Warna petunjuk : Putih dan/atau merah : Hitam Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 20

1 1a 2 3 4 8 9 10 10a 11 12 12a 13 13a 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Gambar 1.18 Petunjuk Arah Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 21

KETERANGAN GAMBAR 1.18 1. Contoh rambu Pendahulu Penunjuk Jurusan 1a. Contoh rambu Pendahulu Penunjuk Jurusan 2. Contoh rambu Pendahulu Penunjuk Jalan Buntu 3. Contoh rambu Pendahulu Penunjuk Jurusan (dalam kota) 4. Contoh rambu Pendahulu Pra-Seleksi Pada Persimpangan 5. Contoh rambu Penunjuk Tempat Lewat Jalan Lintas Utama 5a. Contoh rambu Penunjuk Tempat Lewat Jalan Baik untuk Kendaraan Bermotor 5b. Contoh rambu Penunjuk Tempat Lewat Jalan Kurang Baik untuk Kendaraan Bermotor 5c. Contoh rambu Penunjuk Jurusan ke Pelabuhan Udara 5d. Contoh rambu Penunjuk Jurusan ke Tempat Perkemahan 5e. Contoh rambu Penunjuk Jurusan ke Tempat Pesanggarahan Pemuda 6. Contoh rambu Penegasan 7. Contoh rambu Awal Daerah Kota 7a. Contoh rambu Akhir Daerah Kota 8. Tempat Penyeberangan orang 9. Rumah Sakit 10. Jalan Satu Arah 10a. Jalan Satu Arah 11. Jalan Buntu 12. Jalan Raya Lintas Cepat 12a. Akhir Jalan Raya Lintas Cepat 13. Khusus untuk Kendaraan Bermotor 13a. Akhir Jalan Khusus untuk Kendaraan Bermotor 14. Tempat Perhentian Bus 15. Tempat Perhentian Trem 16. Rambu Jalan Terbuka Atau Tertutup 17. Tempat Parkir 18. Balai Pertolongan Pertama 19. Reparasi 20. Telpon 21. Pompa Bahan Bakar 22. Hotel atau Motel 23. Rumah Makan 24. Kedai Kopi 25. Tempat Wisata 26. Tempat Berjalan-jalan 27. Tempat Berkemah 28. Tempat Karavan 29. Tempat berkemah dan Karavan 30. Pasanggarahan Pemuda Catatan : Warna dasar : Biru Warna Petunjuk : Putih dan/atau Merah Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 22

3. Rel Pengaman Jarak penempatan Rel pengaman Rel pengaman Tepi bahu jalan Rel Pengaman pada tikungan Tanpa skala Tepi perkerasan DENAH Tanpa skala As patok As patok Patok beton As patok bertulang Bantakan As patok Jarak patok Jarak patok Jarak patok Pandangan depan Permukaan bahu Tanpa skala Pakai adukan semen + pasir atau beton Patok beton bertulang Potongan C - C Digunakan pada pemisah daerah / sisi lalu lintas keluar Bagian akhir Tanpa skala Unsur rel pengaman Tanpa skala Patok beton bertulang Potongan A - A Tanpa skala Baut pengisi Dengan cincin dan ring dari bahan gulvanis 1. Semua ukuran dalam meter, kecuali bila ditentukan lain 2. Semua bahan-bahan untuk rel pengaman harus cari baja galvanizer 3. Harus memakai cat yang memantulkan sinar pada semua rambu Gambar 1.19 Rel Pengaman Pada Tikungan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) I - 23

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Bab II: Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan BAB II PENGENALAN JENIS BANGUNAN PENGAMAN JALAN 2.1. TEMBOK PENAHAN TANAH Tembok penahan tanah / turap adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kelongsoran talud jalan baik pada tebing sebelah atas muka jalan maupun pada tiang sebelah bawah muka jalan. Bangunan ini biasanya dibuat pada tempat yang terkena pengaruh gerusan air. 2.1.1. TEMBOK PERMUKAAN TANAH Konstruksi tembok permukaan tanah dapat dibuat dari pasangan batu kali, pasangan batu kali, bronjong kawat (gabion), bahkan dapat pula digunakan sheet pile baja ataupun beton Beberapa contoh konstruksi nampak pada gambar berikut ini : Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-1

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Bab II: Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan Plesteran Pasangan Batu ½ H (Jarak minimum 150) Minimum 75 Minimum 75 0.5 cm Lobang -Buangan air Minimum 50 Lapis Permukaan Aspal Max 30 50 Minimum Lapis Pondasi Bawah Lapis pondasi bawah Tinggi minimal tanah didepan dinding Bahan timbunan berpori Beton kelas -K125 H = 500-700 Gambar 2.1. Tembok Penahan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-2

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Bab II: Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan Gambar 2.2. Perkuatan Lereng Tepi Sungai 2.1.2. PATOK PENGARAH Pada tempat-tempat tertentu dalam ruas jalan diperlukan patok-patok pengarah atau (guide post), seperti pada tikungan-tikungan yang relatif berbahaya, jalan masuk dan keluar pada jalan bebas hambatan, dan lain-lain. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-3

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Bab II: Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan 2.1.3. PATOK KILOMETER Untuk dapat menentukan suatu tempat yang pasti dalam suatu ruas jalan tertentu, maka pada ruas jalan tersebut diberi patok-patok kilometer. Dengan patok kilometer tersebut, maka dapat diketahui letak jarak suatu tempat diruas jalan tersebut ke tempat lain yang telah ditentukan (biasanya jarak tersebut diukur ke ibukota kabupaten atau propinsi). Patok kilometer ini penting juga untuk berbagai kepentingan dan petunjuk. Di antara patok kilometer, biasanya masih dibantu pula dengan patok-patok hektometer sehingga akan lebih mudah lagi dalam menentukan letak posisi suatu tempat pada suatu ruas jalan. 2.2. REL PENGAMAN Rel pengaman atau (guard rail) digunakan selain untuk pengaman, juga sebagai proteksi terhadap kendaraan agar tidak keluar dari jalur. Umumnya posisi guard rail diletakkan pada daerah luar jalan yang menikung dan berbahaya dan dipasang pada tepi luar bahu jalan pada daerah timbunan atau daerah yang curam dengan kedalaman lebih dari 2 (dua) meter. Guard rail dapat pula digunakan pada median apabila lebar median kurang dari 1,20 meter sedangkan kecepatan kendaraan rencana lebih besar dari 80 km/jam. Bahan harus dari baja dengan ketebalan tak kurang 12 gauge dan sifatnya harus: Perpanjangan harus tidak boleh kurang dari 12 persen, apabila diadakan pengujian tarik pada suatu baut dengan panjang kira-kira 2,5 cm. Mempunyai kekuatan tarik maksimum (ultimate) 5.600 kg/m2. Mempunyai kekuatan balok termasuk sambungan-sambungan sebesar 680 kg dan defleksi 5 cm bila diuji pada suatu bentangan bersih sepanjang 345 cm dengan pembebanan melalui plat datar selebar 8 cm pada tengah-tengahnya. Jumlah, jenis dan lokasi dari rel pengaman harus menurut petunjuk Direksi Teknik. Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-4

Modul RDE-09 : Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Bab II: Pengenalan Jenis Bangunan Pengaman Jalan Jarak penempatan Rel pengaman Rel pengaman Tepi bahu jalan Rel Pengaman pada tikungan Tanpa skala Tepi perkerasan DENAH Tanpa skala As patok As patok Patok beton As patok bertulang Bantakan As patok Jarak patok Jarak patok Jarak patok Pandangan depan Permukaan bahu Tanpa skala Pakai adukan semen + pasir atau beton Patok beton bertulang Potongan C - C Digunakan pada pemisah daerah / sisi lalu lintas keluar Bagian akhir Tanpa skala Unsur rel pengaman Tanpa skala Patok beton bertulang Potongan A - A Tanpa skala Baut pengisi Dengan cincin dan ring dari bahan gulvanis 1. Semua ukuran dalam meter, kecuali bila ditentukan lain 2. Semua bahan-bahan untuk rel pengaman harus cari baja galvanizer 3. Harus memakai cat yang memantulkan sinar pada semua rambu Gambar 2.3. Rel Pengaman Pada Tikungan Pelatihan Road Design Engineer (RDE) II-5

Modul RDE-09 : Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan Rangkuman RANGKUMAN Beberapa macam bangunan pelengkap jalan yang akan dibahas adalah : 1. Saluran Air Jalan Saluran air pada hakekatnya adalah bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan agar tidak terjadi genangan air pada permukaan jalan. Sesuai dengan fungsi dan kondisi yang dijumpai di lapangan, maka saluran air jalan dapat berupa : a. Saluran tepi jalan (saluran terbuka) b. Saluran tertutup c. Saluran air bawah permukaan 2. Tembok Penahan Tanah Tembok penahan tanah / turap adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kelongsoran talud jalan baik pada tebing sebelah atas muka jalan maupun pada tiang sebelah bawah muka jalan. Bangunan ini biasanya dibuat pada tempat yang terkena pengaruh gerusan air. 3. Jembatan Konstruksi jembatan suatu proyek jalan biasanya tak dapat dielakkan, karena jalan terpotong oleh aliran air. Beberapa macam perlengkapan jalan yang akan dibahas adalah : 1. Marka Jalan 2. Rambuk Jalan 3. Patok Pengarah 4. Patok Kilometer 5. Rel Pengaman Perlengkapan jalan pada hakekatnya disesuaikan dengan persyaratan jalan menurut peranannya. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jalan, pengelompokkan jalan menurut peranannya dibagi menjadi 7 (tujuh) macam, yakni : Pelatihan Road Design Engineer (RDE)) R - 1

Modul RDE-09 : Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan Rangkuman 1. Jalan Tol 2. Jalan Arteri Primer 3. Jalan Kolektor Primer 4. Jalan Lokal Primer 5. Jalan Arteri Sekunder 6. Jalan Kolektor Sekunder 7. Jalan Lokal Sekunder Pelatihan Road Design Engineer (RDE)) R - 2

Modul RDE-09: Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pelengkap Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA 1. Oglesby, Clarkson.H and Hicks, R. Gary Highways Engineering, 4nd Ed John Willey & Sons, inc, 1982. 2. Tschebotarioff, Gregory P., Foundations Retaining and Earth Structures, McGraw HillKogakusha LTD, Tokyo, 1973. 3. Duttenhoeffer, R.,Podwal, B.E., and Kirkyla, V.A., Highway Engineering, Section 16 of Standard Handbook for Civil Engineers, Second Edition, by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Inc.,New York, 1976 4. Direktorat jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum Jalan, 2005. Pelatihan Roads Design Engineer (RDE) DP-1