BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI KELAINAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. Darah merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sangat memiliki

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sistem Peredaran Darah Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

Ilmu Pengetahuan Alam

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

Makalah Sistem Hematologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (agregasi) atau menempel pada benda asing (adhesi). Menghitung jumlah

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

SISTEM PEREDARAN DARAH

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

Laporan Praktikum III Osmoregulasi dan Peredaran Darah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2006).

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

CAIRAN TUBUH DARAH (solid) plasma

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Darah 1. Darah Sebagian besar tubuh manusia adalah berupa cairan yang sangat penting dalam proses sistem metabolisme tubuh, cairan tersebut adalah darah. Darah berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) Volume darah manusia sekitar 8% dari berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Empat puluh lima sampai 60% darah mengandung sel darah merah terutama ertitrosit, sisanya terdapat leukosit, trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit. 1992) Bagian darah yaitu sel-sel darah dan plasma darah. Sel-sel darah merupakan bagian padat, yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosi (sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Plasma darah bagian cair dari darah, yang terdiri dari serum dan fibrinogen. (Mehta, Atul dan Victor Hoffbrand, 2005) Darah mempunyai fungsi yang sangat penting, diantaranya : mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, mengangkut oksigen ke seluruh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah, membunuh kuman yang masuk 5

6 ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih, menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah, menjaga kestabilan suhu tubuh. (A.V. Hoffbrand, dkk. 2005) 2. Morfologi Sel Eritrosit Morfologi sel terdiri dari bentuk, warna, ukuran dapat diamati pada sediaan apus dengan pewarnaan Giemsa/Wright/lainnya. Bentuk normal bikonkav dengan diameter 6 8µm warna kemerah-merahan. Eritrosit normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil pada sediaan apus.( A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit. 1992) 3. Kelainan Morfologi Eritrosit Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), kelainan bentuk (shape), kelainan warna (staining characteristics), dan benda-benda inklusi. Berikut macam-macam kelainannya : Kelainan ukuran : 1. Mikrosit : eritrosit lebih kecil daripada eritrosit normal, dengan ukuran < 6µm. Gambar 1.1 mikrosit

7 2. Makrosit : eritrosit lebih besar daripada eritrosit normal, dengan ukuran > 8µm. Ganbar 1.2 Makrosit 3. Sferosit : eritrosit lebih kecil, lebih bulat, dan lebih padat warnanya daripada eritrosit normal. Tidak didapat bagian yang pucat ditengah sel. Gambar 1.3 Sferosit 4. Anisositosis : banyak diantara sel eritrosit lebih banyak bervariasi dalam ukurannya daripada keadaan normal. Sering didapat pada anemia berat. Kelainan bentuk : 1. Acanthosytes : ditandai dengan adanya proyeksi halus dipermukaan erotrosit, menyerupai duri (kata Yunani : acantha : duri). Kelainan

8 bawaan yang jarang : acanthtocytosis, bisa mencapai lebih dari 50 %. Ada hubungan dengan metabolisme fosfolipid. Gambar 2.1 Achantosite 2. Burr cell : menunjukkan proyeksi-proyeksi atau tonjolan-tonjolan pendek misalnya pada uremia dan carsinomatosis. Bedakan dengan acanthosit dan sel crenated (artefak). Gambar 2.2 Burr Cell 3. Crenated : merupakan kelainan bentuk dari eritrosit (poikilositosis) yang berbentuk seperti artefak. Krenasi berawal dari sel eritrosit yang mengalami pengerutan akibat cairan yang berada di dalam sel keluar melalui membran. (Mehta, Atul dan Victor Hoffb rand. 2005). Morfologi krenasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya terjadinya kesalahan pada prosedur pemeriksaan pra-analitik (penambahan antikoagulan, jenis antikoagulan).

9 Gambar 2.3 Crenated 4. Eliptosit : bentuk seperti elip atau oval. Juga disebut ovalosit. Bila ada dalam jumlah yang besar mungkin disebabkan karena anomali bawaan, ovalositosis. Gambar 2.4 Eliptosit 5. Stomatosit : bentuk seperti topi Meksiko. Pusatnya tidak hipokrom tetapi berwarna merah. Gambar 2.5 Stomatosit

10 6. Leptosit : disebut juga sel target karena dibagian tengah eritrosit yang pucat terdapat lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit. Gambar 2.6 Leptosit 7. Poikilositosis : bentuk tidak rata. Tergolong disini : sel burr, sel buah jambu, dan sebagainya. 8. Sabit / sickle : bentuk sabit. Berwarna lebih padat daripada eritrosit biasa. Didapat pada anemia hemolitik sel sabit. Gambar 2.7 Sickle 9. Schistosit : hasil fragmentasi eritrosit, bisa berbentuk segitiga, elips dengan indentasi atau sebagai sel dengan permukaan tidak rata. Biasanya didapat pada anemia hemolitik. Kelainan warna : 1. Hipokrom : warna pucat pada bagian tengah, erotrosit lebih besar dari biasanya.

11 Gambar 3.1 Hipokrom 2. Polikromasia : mengikat zat warna asam sehingga disamping warna merah ada kebiru-biruan. Pematangan sitoplasma lebih lambat dibandingkan pematangan inti. 3. Anulosit : diameter cekungan ditengah eritrosit yang berwarna lebih pucat dari darah tepi, berukuran besar (sel hipokrom ekstrem). Gambar 3.2 Anulosit 4. Benda Heinz : berasal dari polimerisasi dan presipitasi molekul (banyak) hemoglobin yang telah mengalami denaturasi. Benda Heinz bisa multiple dan biasanya terletak ditepi. Benda-benda inklusi : 1. Benda Howell-Jolly : inklusi berwarna biru, tunggal atau berganda, biasanya berada ditepi sel dan dapat berukuran sampai 1µm diameter. Berasal dari sisa ini (lihat cincin Cabot).

12 Gambar 4.1 Howell-Jolly 2. Cincin Cabot : cincin lembayung pada pusat eritrosit atau ditepi. Berasal dari sisa inti seperti halnya dengan Howell-Jolly. Gambar 4.2 Cincin cabot 3. Siderosit : ada granula besi yang tersebar tak merata. Memberikan reaksi positif dengan pewarnaan Prussian Blue (biru kehijauan). 4. Titik Basofil : eritrosit berisi granula biru kecil. Granula bisa bersifat kasar. Sel itu sebenarnya retikulosit, didapat pada anemia berat. Gambar 1.5 Titik Basofil 5. Eriteosit berinti : eritrosit yang mengalami maturasi normal.

13 B. Antikoagulan 1. Definisi Antikoagulan Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan pada darah dengan cara mengikat kalsium atau menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembentukan darah. (E.N. Kosasih, 1984) Darah membeku bila berada di luar tubuh, apabila didiamkan bekuan akan mengkerut dan serum terperas keluar, sehingga antikoagulan digunakan untuk menghindarkan terjadinya pembekuan darah. Antikoagulan sering digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap. ( E.N. Kosasih, 1984) 2. Jenis Antikoagulan Ada bermacam-macam jenis antikoagulan, namun tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada antikoagulan yang dapat mempengaruhi morfologi dari sel-sel darah yang akan diperiksa. Berikut jenis antikoagulan beserta penjelasannya : a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) Darah EDTA dalam bentuk garam natrium, kalium atau lithium, dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah leukosit, eritrosit, trombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap darah menurut

14 Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak dapat dipakai untuk percobaan hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit. (R.Gandasoebrata, 2007) Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya kalau perlu boleh disimpan dalam lemari es dengan suhu 4 0 C. Darah EDTA yang disimpan pada suhu 4 0 C selama 24 jam memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi. Pembuatan sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan dengan waktu paling lama 2 jam. Darah EDTA dapat disimpan paling lama 24 jam di dalam lemari es tanpa mendatangkan penyimpanan yang bermakna, kecuali untuk jumlah trombosit dan nilai hematokrit. (R.Gandasoebrata, 2007) b. Heparin Heparin adalah antikoagulan dalam bentuk cairan, dapat mengakibatkan leukosit bergumpal-gumpal (R.Gandasoebrata, 2007) Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya 10 ml darah. Kelemahan dari heparin yaitu tidak digunakan untuk membuat sediaan darah apus, karena dapat memberikan latar belakang biru pada sediaan apus setelah diwarnakan. (E.N. Kosasih, 1984) c. Natriumsitrat dalam larutan 3,8% Natriumsitrat untuk pemeriksaan laju endap darah cara Westergren dengan perbandingan 1 volume antikoagulan denagn 4 volume darah, misalnya 0,4 ml citrat dan 1,6 ml darah. Natriumsitrat 3,8% tidak dapat

15 digunakan untuk menghitung leukosit, eritrosit dan trombosit. (R.Gandasoebrata, 2007) d. Natrium Fluoride ( NaF ) Digunakan dalam bentuk bubuk. Dengan perbandingan 10 mg untuk 1 ml darah. (E.N. Kosasih, 1984) 3. Darah EDTA 10% EDTA yang sering dipakai dalam pemeriksaan hematologi adalah larutan dengan kadar EDTA 10% yang artinya 10g EDTA serbuk dilarutkan dalam 100ml aquades. Tiap 1 mg EDTA menghindarkan membekunya 1 ml darah. Pemakai EDTA dalam jumlah yang berlebihan perlu dihindari, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang sebenarnya. Zat kering boleh dipakai untuk menghindarkan terjadi pengenceran darah, akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncanggoncangkan atau menghomogenkan wadah yang berisi darah dan EDTA selama 1-2 menit karena zat EDTA yang kering agak sukar larut atau lambat melarut. (R.Gandasoebrata, 2007) Berikut perhitungan perbandingan darah dan antikoagulan : 10 g EDTA serbuk dalam 100 ml aquades adalah EDTA 10% 1 ml EDTA cair = 0,1 g EDTA serbuk 1 ml = 100 mg 0,01 µl EDTA cair = 1 mg EDTA serbuk untuk 1 ml darah.

16 C. Volume EDTA terhadap Krenasi Aturan penambahan antikoagulan EDTA adalah 10µl untuk 1ml darah. Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil : jika volume terlalu sedikit ( EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Volume terlalu banyak (EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit. (Oesman, Farida & R. Setiabudy, 1992) D. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah merupakan salah satu cara pemeriksaan hematologi yang bertujuan untuk mengamati dan menilai berbagai unsur sel darah pada manusia seperti sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Sedi aan apus juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi parasit misalnya malaria dan mikrofilaria yang lain. Prinsip pemeriksaan sediaan apus darah yaitu dengan meneteskan darah lalu dipaparkan diatas objek glass, kemudian dilakukan pengecatan lalu diperiksa dibawah mikroskop. Objekglass harus kering, bersih dan bebas dari lemak sebelum darah di teteskan di objekglass. Persebaran sel tidak rata jika objekglass masih ada lemak atau tidak bersih. Ciri sediaan apus yang baik : 1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya ½ sampai 2/3 panjang kaca.

17 2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan. 3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis. 4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen. 5. Bentuk seperti peluru. 6. Terdapat zona I VI Teknik pemeriksaan apus darah tepi : Sediaan apus darah terdiri atas bagian kepala dan bagian ekor. Bagian kepala sediaan apus, sel bertumpuk-tumpuk terutama eritrosit sehingga bagian ini tidak dapat untuk pemeriksaan morfologi sel. Pemeriksaan eritrosit sebaiknya dibagian belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama lain. (Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan, 1996). E. Sumber Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium tidak semuanya menunjukkan ketepatan dan kebenaran, banyak faktor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut. Perbedaan tersebut bisa disebabkan karena kesalahan pada alat, human error ataupun yang lainnya. Berikut faktor penyebab variasi hasil pemeriksaan laboratorium : 1. Pengambilan spesimen : cara pengambilan, penambahan antikoagulan, tekanan osmosis dan konsentrasi larutan. 2. Perubahan spesimen : suhu, bekuan darah lama tidak dipisahkan dari serum, didalam laboratorium atau selama transpor ke laboratorium.

18 3. Personel : pelabelan pasien, kesalahan pembacaan atau perhitungan, kesalahan langkah dalam prosedur pemeriksaan. 4. Prasarana dan sarana laboratorium : suhu tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan, reagensia tidak baik, dan tidak murni, rusak atau kadaluarsa, instrumentasi (seperti spektrofotometri,pipet, dll) tidak akurat. 5. Kesalahan sistemik : berkaitan dengan metode pemeriksaan (seperti alat, reagensia, dll) 6. Kesalahan ada rendum : variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan bila dilakukan penentuan berturut-turut pada sampel yang sama walaupun prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cermat. Random error mengikuti hukum statistik. (E.N.Kosasih dan A.S.Kosasih, 2006) F. Faktor Penyebab Krenasi 1. Lama Penyimpanan Sampel Pemeriksaan dengan menggunakan darah EDTA sebaiknya dilakukan dengan segera, bila terpaksa ditunda sebaiknya harus diperhatikan batas waktu penyimpanan untuk masing-masing pemeriksaan. (R.Ganda Soebrata, 1968) Penelitian tentang pemeriksaan hematologi sering dilakukan di lapangan, sehingga ada kecenderungan untuk melakukan penundaan pemeriksaan hematologi yang dibutuhkan. Penundaan waktu pemeriksaan sampel darah dengan antikoagulan EDTA maksimal adalah 2 jam, apabila waktu penundaan lebih dari 2 jam akan menyebabkan kelainan morfologi pada sel, misalnya krenasi.

19 2. Konsentrasi larutan Konsentrasi larutan sangat berpengaruh dalam melakukan pemeriksaan hematologi karena dapat mempengaruhi diagnosis dari hasil pemeriksaan laboratorium. Membran eritrosit bersifat semipermeabel yang berarti dapat ditembus oleh zat air dan zat-zat tertentu yang lain. Sel-sel darah akan membengkak dan pecah bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonis karena membran plasma tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri. Sebaliknya, bila eritrosit berada pada larutan yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit, akibatnya eritrosit mengkerut. Sel-sel darah merah tidak akan mengalami perubahan dalam larutan isotonis. (Ratnaningsih, T. dan Usi Sukorini, 2005) 3. Jenis Antikoagulan Antikoagulan merupakan zat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah pada pemeriksaan hematologi. Beberapa macam antikoagulan digunakan berdasarkan jenis pemeriksaannya. (R.Ganda Subrata, 1968). Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakai untuk satu pemeriksaan, karena ada pemeriksaan yang tidak menggunakan antikoagulan dan ada jenis antikoagulan yang dapat mempengaruhi morfologi dari sel-sel darah yang akan diperiksa.

20 4. Volume Antikoagulan Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi adalah EDTA dalam bentu larutan. Perbandingan antikoagulan EDTA 10% dan darah adalah 10µl untuk 1ml darah. (R.Ganda Subrata, 1968) Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah membeku, sedangkan penggunaan lebih dari ketentuan dapat menyebabkan eritrosit mengkerut. G. Kerangka Teori Lama penyimpanan sampel Volume antikoagulan Krenasi Jenis antikoagulan Konsentrasi larutan H. Kerangka Konsep Variasi volume EDTA 10% krenasi Variabel Bebas : variasi volume EDTA 10% Variabel terikat : morfologi krenasi

21 I. Hipotesis H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh variasi volume antikoagulan terhadap morfologi krenasi pada eritrosit. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh variasi volume antikoagulan terhadap morfologi krenasi pada eritrosit.