BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa diharapkan memiliki prinsip yang kuat. Mahasiwa juga diharapkan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kerja dengan pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan industri saat ini mendapat tantangan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan jurusan merupakan salah satu langkah siswa dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan fokus untuk memasuki jenis karir tertentu. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan bekal bagi remaja untuk memasuki kehidupan riil di masyarakat dengan mengembangkan kemampuan intelektual maupun keterampilan dasar (Dariyo, 2004). Siswa kelas XII termasuk kedalam kategori remaja tengah yang sedang mencari identitas. Mereka dihadapkan pada pemilihan jurusan dalam rangka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mempersiapkan diri dalam memasuki jenis karir di masa depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erikson (1968) bahwa remaja berada pada tahap kelima perkembangan psikososial, yaitu tahap identity versus identity confusion. Pada tahap ini, remaja berusaha untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka menjalani hidup (Santrock, 2003: 340). Dapat diartikan bahwa mereka ingin menentukan siapa dan bagaimana mereka pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang mereka inginkan pada masa mendatang. Salah satu aspek perkembangan remaja yang penting dalam pembentukan identitas adalah memperoleh perspektif mengenai masa depan yang merefleksikan diri sendiri (Marcia, 1987 dalam Santrock, 2003). Remaja dihadapkan pada kemampuan untuk mengambil keputusan penting, mampu

2 mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat (Erikson, 1989 dalam Desmita, 2005). Pada masa remaja, teman sebaya memang memiliki peran penting dan tempat tersendiri dimana interaksi antara keduanya lebih banyak dibandingkan dengan interaksi remaja dan orang tua. Remaja memiliki kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, serta teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya (Jahja, 2011). Interaksi yang intens dan kebutuhan akan teman sebaya pada remaja membuat teman sebaya memiliki pengaruh kuat pada remaja seperti pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan tindakan yang remaja lakukan (Hurlock, 2007). Maka dari itu, remaja cenderung melakukan apa yang teman sebayanya juga lakukan. Di samping itu, tidak dapat dipungkiri remaja tengah yang duduk di kelas XII ketika dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merasa bingung dalam memilih jurusan. Mereka merasa bingung dan tidak mengetahui jurusan apa yang sebenarnya ingin mereka ambil. Bahkan mereka pun kurang memiliki informasi yang memadai mengenai jurusan di perguruan tinggi. Berdasarkan informasi dari konselor lembaga Detection di Yogyakarta yang memberikan layanan psikologis dengan tujuan dan berfokus pada kesuksesan prestasi belajar siswa, diketahui bahwa kurangnya pengetahuan mengenai jurusan di perguruan tinggi ini merupakan salah satu alasan mengapa siswa tidak siap melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi, di samping itu belum ditentukannya jurusan yang sesuai dengan minat serta belum dibuatnya rencana pilihan mengenai jurusan pula yang menyebabkan remaja belum siap (Pratiwi, 2014), sehingga tidak jarang keputusan mengenai jurusan yang mereka ambil didasarkan perintah orang tua, mengikuti teman (Jannah & Abadyo, 2012), atau bahkan hanya coba-coba (Wulandari, 2013). Kurangnya pengetahuan mengenai keinginan diri dan jurusan yang tersedia ada kalanya menimbulkan masalah saat mereka merasa tidak nyaman

3 dengan tuntutan perkuliahan yang mereka jalani, sehingga pendidikan mereka terlantar bahkan mereka membuat keputusan untuk pindah jurusan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada bulan Februari tahun 2014 kepada tujuh mahasiswa yang pindah jurusan di Universitas Pendidikan Indonesia dan beberapa kampus lain seperti Institut Teknologi Nasional dan Universitas Brawijaya, diketahui bahwa mahasiswa memutuskan untuk pindah jurusan karena merasa tidak nyaman dengan jurusan yang mereka ambil. Hal ini dikarenakan mereka tidak dapat menyesuaikan/mengikuti perkuliahan pada jurusan tersebut dan pilihan orang tua yang tidak sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa itu sendiri. Jika dikaitkan dengan kondisi dimana remaja tengah yang duduk di kelas XII dihadapkan pada keputusan memilih jurusan, maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah keputusan pemilihan jurusan yang diambil dari pilihan yang ada termasuk keputusan yang merefleksikan diri remaja itu sendiri atau karena pengaruh teman sebaya? Jika karena pengaruh teman sebaya, hal ini dapat berarti remaja memilih jurusan karena temannya juga memilih jurusan tersebut. Secara sukarela melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya disebut sebagai konformitas (Taylor, Shelley, dkk, 2009). Salah satu penelitian yang bisa menjadi salah satu acuan mengapa remaja memilih jurusan karena mengikuti temannya adalah penelitian yang dilakukan Lawson, Haubner, & Bodle (2013) pada siswa sekolah menengah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa meniru atau mengikuti apa yang temannya lakukan karena terpengaruh perilaku temannya disebabkan mereka tidak yakin dengan apa yang harus mereka lakukan pada situasi tertentu. Lokus pengendali (locus of control) sebagai keyakinan diri seseorang mengenai apa yang terjadi dapat mempengaruhi tindakan atau perilaku. Rotter dalam Schultz & Schultz (1994) mengemukakan bahwa locus of control adalah keyakinan individu mengenai sumber kendali dari peristiwa yang terjadi pada

4 dirinya, apakah itu dari dalam dirinya (internal) atau pun dari luar dirinya (eksternal). Menurut Ryan & Connell (1989, dalam Wang & Su, 2013) sesuai dengan masa remaja yang berada pada tahap pencarian identitas, perkembangan locus of control internal dan eksternal adalah proses internalisasi nilai sosial dan aturan yang diadopsi oleh self-identification atau pengetahuan mengenai diri individu. Apabila nilai sosial dan aturan lebih terinternalisasi pada diri remaja maka ada kecenderungan mereka akan condong pada locus of control eksternal, sedangkan apabila pengetahuan tentang diri mereka yang lebih terinternalisasi pada diri mereka ada kecenderungan locus of control internal yang condong pada diri mereka. Penelitian terkait yang pernah dilakukan berkaitan dengan locus of control pada remaja kelas XII yaitu penelitian Aji dkk (2010). Dari penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara locus of control internal dengan career maturity pada siswa. Artinya semakin tinggi locus of control internal maka semakin tinggi career maturity pada siswa dan semakin rendah locus of control internal maka semakin rendah career maturity pada siswa. Hal ini dapat berarti pengenalan diri mengenai karir apa yang remaja inginkan setelah lulus sekolah dan pengetahuan akan karir itu, membuat mereka berusaha mencari tahu tentang karir tersebut dan berusaha mengatasi masalah yang muncul. Apabila remaja memilih jurusan yang merefleksikan dirinya, mereka telah mengetahui apa yang mereka inginkan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki tentang diri mereka. Tetapi apabila remaja tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan sedangkan pengaruh dari luar seperti teman sebaya terus menyertai, pilihan yang mereka ambil bisa jadi tidak mewakili apa yang sesuai dengan diri mereka. Locus of control pada diri remaja dapat mempengaruhi mereka dalam menanggapi pengaruh yang ada. Individu dengan locus of control eksternal dapat terpengaruh baik itu dengan pengaruh tingkat rendah dan tinggi,

5 sedangkan individu dengan locus of control internal menolak pengaruh dengan tingkat tinggi dan tidak merespon pengaruh tingkat rendah (Biondo & MacDonald, 1971dalam Brehm & Brehm, 2013). Beberapa penelitian mengungkapkan hubungan locus of control dengan konformitas. Penelitian meta analisis Avtgis (1998 dalam Mark, 2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara locus of control dengan konformitas. Kemudian penelitian Jones & Kavanagh (1996) menunjukkan bahwa individu dengan locus of control eksternal rendah lebih mampu menolak mentaati figur otoritas, sedangkan penelitian Shute (1975) menunjukkan individu dengan locus of control internal lebih mampu menolak sikap yang bertentangan dengannya. Sementara penelitian Spector (1983) menunjukkan individu dengan locus of control eksternal akan lebih konform daripada individu dengan locus of control internal ketika situasi tekanan normatif. Di sisi lain penelitian yang dilakukan Williams & Warchal (1981) menunjukan hal yang berbeda yaitu bahwa locus of control tidak menunjukkan perbedaan pada konformitas. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa sampel menunjukkan konformitas yang tinggi maupun yang rendah, baik itu pada sampel yang memiliki locus of control internal maupun eksternal. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh locus of control terhadap konformitas dalam pemilihan jurusan pada remaja tengah yang duduk di kelas XII, yang sedang dihadapkan dengan pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi khususnya dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Maka dari itu peneliti mengambil judul Pengaruh Locus of Control Terhadap Konformitas dalam Pemilihan Jurusan di Perguruan Tinggi Pada Remaja Tengah di SMA X Kota Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap konformitas dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi pada remaja tengah khususnya kelas XII?

6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap konformitas dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi pada remaja tengah khususnya kelas XII. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Kegunaan teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat memperkaya bidang penelitian psikologi tentang locus of control dan konformitas. Dalam hal locus of control, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang locus of control pada remaja tengah khususnya kelas XII. Dalam hal konformitas, penelitian ini diharapkan dapat menunjukan sejauh mana konformitas dalam pemilihan jurusan di perguruan tinggi pada remaja tengah dan kaitannya dengan locus of control yang mereka miliki. 2. Manfaat Praktis Sementara itu, berikut ini adalah kegunaan praktis yang dapat diberikan oleh penelitian ini. a. Bagi remaja tengah khususnya kelas XII, hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman agar lebih selektif dalam menentukan jurusan dan tidak mudah terpengaruh oleh teman dalam memilih jurusan. b. Bagi orang tua, keluarga dan guru yang memiliki pengaruh pada ramaja kelas XII, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk lebih mendukung dan mengarahkan anak dalam memilih jurusan sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Hal ini membantu remaja untuk

7 menghadapi teman sebaya sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan keadaan yang dapat mereka jalani dengan baik dan nyaman. c. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini secara lebih luas atau lebih spesifik dari segi variabel yang ingin diteliti maupun dari segi subjek itu sendiri. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I : Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II : Kajian Pustaka. Berisi teori mengenai locus of control dan konformitas, penelitian terdahulu yang berkitan dengan kedua variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian. Berisi lokasi dan sampel penelitian beserta teknik pemilihan sampel, desain penelitian yang digunakan, definisi operasional dari locus of control dan konformitas, teknik pengambilan data dan instrumen penelitian, serta analisis data yang digunakan. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Berisi jabaran hasil penelitian BAB V yang telah di dapat beserta pembahasannya. : Kesimpulan dan Saran.