BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pengelolaan organisasi sektor publik (khususnya organisasi pemerintahan)

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut Good

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat, pemberian otonomi daerah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan-kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat, membudayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan. (Mardiasmo, 2002) Tuntutan tersebut memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip - prinsip manajemen keuangan daerah, baik pada tahap penganggaran, implementasi maupun pertanggungjawaban. Salah satu perubahan mendasar dalam manajemen keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah perubahan sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal, ini unit satuan kerja merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban pemerintah daerah dan 1

2 relatif lebih banyak melaksanakan tugas operasional pemerintahan dan lebih banyak mengkonsumsi sumber daya, yang tentunya harus diperuntukkan dan dipertanggungjawabkan pada kepentingan publik. (Askam, 2008) Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang baik. Dalam upaya menuju pada pemerintahan yang baik atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluasluasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan. Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik, seperti pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara. (Mardiasmo, 2002) Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai kewajiban pemerintah atau publik sebagai pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan pelaporan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada masyarakat sebagai pihak

3 pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertangungjawaban tersebut. (Deddy&Sherly, 2010) Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor swasta (Wilopo, 2001). Audit yang dilakukan pada sektor pemerintah tidak hanya terbatas pada audit atas laporan keuangan dan audit dengan tujuan tertentu, namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja pemerintah tersebut. Audit Kinerja menurut UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 4 (3) yaitu pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Audit Kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan

4 dan prosedurnya, yang membedakan antara audit kinerja dengan audit lainnya adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit keuangan, hasil audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang ditetapkan tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam audit kinerja, audit tidak hanya sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan akan tetapi dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang. (Deddy&Sherly, 2010) Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat tidak mampu berbisnis ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja instansi sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan ini. (Wilopo, 2001) Kinerja serta pencapaian hasil suatu instansi sektor publik dapat terlihat dari Laporah Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh BPK RI. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI tahun 2008 pada Pemerintah Kota Cimahi menyatakan terdapat temuan sisa kas oleh BPK RI pada Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp376.207.867,00 terlambat disetor, jumlah tersebut berasal dari 15 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Pemerintah Kota Cimahi, dengan rincian pada tabel 1.1.

5 Tabel 1.1 Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2007 No. Kode Nama SKPD Saldo Belanja (Rp) 1 1.01.01 Dinas Pendidikan 9.48 1.382,00 2 1.02.01 Dinas Kesehatan 3.784.900,00 3 1.03.06 Dinas Tata Kota 36.183.480,00 4 1.06.01 Badan Perencanaan Daerah 125.693.130,00 5 1.07.01 Dinas Perhubungan 1.112.534,00 6 1.08.01 Dinas Lingkungan Hidup 32.604.000,00 7 1.10.02 Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan & Capil 29.2 14.400,00 8 1.13.02 BPMKB 7.525.300,00 9 1.15.02 Dinas Perekonomian dan Koperasi 1.730.000,00 10 1.16.02 Dinas Penanaman Modal 10.055.500,00 11 1.19.04 Badan Kesatuan Bangsa 22.000,00 12 1.20.03 Sekretariat Daerah 13.224.969,00 13 1.20.09 Kecamatan Cimahi Utara 704.975,00 14 1.20.09 Kecamatan Cimahi Selatan 23.271.297,00 15 1.21.03 Kantor Kepegawaian Daerah 81.600.000,00 Jumlah 376.207.867,00 Sumber : LHP BKP RI (2008) Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita pahami bahwa Bendahara Pengeluaran pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut diatas terkait lalai dalam melakukan kewajibannya untuk menyetorkan sisa kas secara tepat waktu, yang mengakibatkan penerimaan daerah terlambat diterima sebesar Rp.376.207.867,00. Fenomena yang dapat diamati bahwa terjadinya keterlambatan penerimaan daerah yang disebabkan adanya kelalaian Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam melakukan kewajibannya untuk menyetorkan sisa kas secara tepat waktu serta

6 tanggungjawabnya dalam melaksanakan kewajibannya. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dasar dari audit kinerja untuk menilai kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta tidak sesuai dalam menjalankan tanggungjawabnya.(ihyaul Ulum, 2009) Selain itu, pengawasan secara intern di masing masing satuan kerja dilakukan oleh atasan langsung dan oleh Badan Pengawas Daerah dengan melakukan pemeriksaan reguler. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI mengungkapkan bahwa pada umumnya pengawasan atasan langsung masih lemah, sehingga masih ditemukan penyimpangan penyimpangan dalam pelaksanaan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan atasan langsung. Dari hal tersebut fenomena yang dapat kita pahami bahwa masih lemahnya pengawasan pada masing-masing satuan kerja, hal ini dapat menimbulkan berbagai macam bentuk penyimpangan dari pelaksanaan anggaran.(lhp BKP-RI, 2008) Permasalahan lain yaitu pada penggunaan dana Role Sharing kompensasi korban musibah longsor TPA Leuwi Gajah sebesar Rp.3.136.638.918,00 tidak pernah dimintakan Laporan Pertanggungjawabannya yang mengakibatkan penggunaan dana Role Sharing sebesar Rp.3.136.638.918,00 belum dapat diketahui apakah telah digunakan sesuai dengan tujuannya dan apakah seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan. Kondisi tersebut disebabkan

7 Bagian Keuangan Pemerintah Kota Cimahi lalai dalam meminta laporan pertanggungjawaban penggunaan dana role sharing. (LHP BPK-RI, 2008) Fenomena yang dapat kita pahami dalam hal ini adalah tidak adanya laporan pertanggungjawaban yang mengakibatkan belum dapat diketahui apakah dana tersebut telah digunakan sesuai dengan tujuannya dan apakah seluruh kegiatan telah selesai dilaksanakan, hal ini disebabkan bagian keuangan Pemerintah Kota Cimahi lalai meminta laporan pertanggungjawaban penggunaan dana role sharing. Hal tersebut tidak sesuai dengan kewajiban pemerintah atau publik sebagai pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan pelaporan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya serta masih adanya kelalaian dalam bekerja. (LHP BPK-RI, 2008) Pada pemerintah daerah terdapat aparat pengawasan fungsional intern pemerintah kabupaten atau kota yang membantu pimpinan pemerintah dalam melakukan pengawasan apakah kegiatan yang dilakukan oleh aparatnya sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang ditentukan. Pengawasan fungsional dapat dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, penilaian dan pengusutan berbagai aspek penyelenggaraan pemerintah (PP No. 20 Tahun 2001). Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut aparat pengawasan fungsional dapat menggunakan berbagai tipe audit pemerintahan. (Rosjidi 2001, Bastian 2001) Aparat pengawasan fungsional intern pemerintah terdiri dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Unit Pengawasan LPND, dan Inspektorat Wilayah. Peran aparat pengawasan

8 fungsional pemerintah benar-benar dapat mendukung dan mendorong proses terwujudnya good governance dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Selain BPK salah satu instansi yang melakukan audit atau pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah Inspektorat Daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah (Falah, 2005). Instansi ini melakukan pengawasan terhadap aktivitas pemerintah daerah, termasuk kecamatan, kelurahan atau desa selain itu juga melakukan pengawasan terhadap tugas departemen dalam negeri di kabupaten atau kota (Askam, 2008). Instansi pengawasan daerah yang dimaksud khususnya adalah pada Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Pengawasan Fungsional Terhadap Akuntabilitas Publik Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba

9 mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1) Masih adanya kelalaian bendahara pengeluaran dalam menyetorkan sisa kas dan belanja secara tepat waktu dan tepat jumlah, hal ini menyebabkan ketidakpatuhan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Cimahi. 2) Masih lemahnya fungsi pengawasan terhadap sisa kas di bendahara pengeluaran yang terlambat disetorkan, yang menyebabkan ketidakpatuhan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Cimahi. 3) Adanya kelalaian Pemerintah Kota Cimahi dalam meminta laporan pertanggungjawaban penggunaan dana role sharing. 1.2.2 Rumusan Masalah Sebagaimana yang diuraikan diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana audit kinerja sektor publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 2) Bagaimana pengawasan fungsional pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 3) Bagaimana akuntabilitas publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 4) Seberapa besar pengaruh audit kinerja sektor publik dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi baik secara parsial maupun simultan.

10 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis informasi beserta data yang relevan mengenai audit kinerja sektor publik, pengawasan fungsional, dan akuntabilitas publik serta untuk memperoleh gambaran perbandingan antara teori dengan pelaksanaannya di lapangan. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui audit kinerja sektor publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 2) Untuk mengetahui pengawasan fungsional pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 3) Untuk mengetahui akuntabilitas publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. 4) Untuk mengetahui pengaruh audit kinerja sektor publik dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas publik pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Cimahi baik secara parsial maupun simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis yang penulis tujukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi dengan hasil penelitian ini diharapkan

11 dapat digunakan sebagai masukan dan saran-saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan akuntabilitas publik di waktu yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan Akademis Penelitian atas pengaruh audit kinerja sektor publik dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas publik dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat bagi : 1) Bagi Pengembangan Ilmu Akuntansi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pengaruh audit kinerja sektor publik dan pengawasan fungsional terhadap akuntabilitas publik. 2) Bagi Peneliti Penelitian ini dijadikan sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan terkait dengan audit kinerja sektor publik, pengawasan fungsional dan akuntabilitas publik. 3) Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama.

12 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Penulis melaksanakan penelitian pada 15 SKPD di Pemerintah Kota Cimahi Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok. Jati Cihanjuang - Cimahi Telp.(022) 6652559. Tabel 1.2 Daftar SKPD Yang Menjadi Lokasi Penelitian No. Nama SKPD Alamat 1. Dinas Pendidikan Gedung B, Lantai 2 2. Dinas Kesehatan Gedung C, Lantai 3 3. Dinas Tata Kota/Dinas PU Gedung C, Lantai 2 4. Badan Perencanaan Daerah Gedung B, Lantai 2 5. Dinas Perhubungan Gedung C, Lantai 4 6. Dinas Lingkungan Hidup Gedung C, Lantai 4 7. Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan & Capil Gedung C, Lantai 2 8. BPMKB Gedung C, Lantai 3 9. Dinas Perekonomian dan Koperasi Gedung C, Lantai 3 10. Dinas Penanaman Modal Gedung B, Lantai 2 11. Badan Kesatuan Bangsa Gedung C, Lantai 4 12. Sekretariat Daerah Gedung A 13. Kecamatan Cimahi Utara Jl. Pasantren 14. Kecamatan Cimahi Selatan Jl. Baros 15. Kantor Kepegawaian Daerah Gedung C, Lantai 4 1.5.2 Waktu Penelitian Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan Juli.

13 Tabel 1.3 Pelaksanaan Penelitian Bulan Tahap Prosedur Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept I Tahap Persiapan : a. Membuat outline dan proposal UP b.mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan : a. Bimbingan UP b.acc UP c. Pendaftaran seminar UP d.seminar UP e. Revisi UP f. Acc revisi UP g.penelitian perusahaan h.bimbingan di perusahaan i. Membuat outline dan proposal skripsi j. Penyusunan skripsi k.bimbingan skripsi l. Acc skripsi III Tahap Pelaporan : a. Menyiapkan draft skripsi b.sidang akhir skripsi c. Revisi skripsi d.acc revisi skripsi e. Penyempurnaan laporan skripsi IV Tahap Akhir : a. Wisuda b.penyerahaan Laporan