PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESAWAT SEDERHANA SISWA DI KELAS V SDN 51 LAMBARI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP ENERGI BUNYI DI KELAS V SD INPRES TA BINJAI

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI KELAS IV SDN NO. 3 PANII

Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Siswa Kelas IV SDN 1 Siwalempu

Sri Listia Wati,Najamuddin Laganing, dan Yusdin Gagaramusu ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inquiri Tentang Perubahan Sifat Benda Dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Siniu

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

Meningkatkan Pemahaman Konsep Struktur Dan Fungsi Bagian Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Sidole

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN IPA

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SDN 21 PONTIANAK UTARA ARTIKEL PENELITIAN

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II

Nuriati. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Kewords: process skill approach, activities, learning process

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI KELAS V SD NEGERI 14 KOTO BALINGKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA SISWA KELAS 5 A SDN TANGGUL WETAN 02 JEMBER

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN PRAKTIKUM IPA DI SD PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS TERBUKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Benda Cair Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Sains Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Sienjo

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas III SDN Inpres Tunggaling

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD. OLEH ERMALINDA Abstrak

Keywords: guided inquiry, science

Keywords : Activities, Learning Outcomes, problem-based approach.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN IPA DI KELAS IV SDN 20 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUESTIONS STUDENT HAVE DI KELAS V SDN 04 LEMBAH MELINTANG PASAMAN BARAT

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN KETERAMPILAN PROSES PADA KELAS IV SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH PANJAITAN F

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

Joyful Learning Journal

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BILANGAN BULAT SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI SDN 11 PINANG SINAWA KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DI KELAS V SD NEGERI 50 PADANG TONGGA

Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No.

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BENDA CAIR PADA PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN TANAMODINDI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAMATI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAMATI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY SISWA KELAS V SDN KEPUHAN, SEWON JURNAL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSESDI KELAS IV SD NEGERI 22 SALIMPATKABUPATEN SOLOK

La Sahara Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Halu Oleo Kendari, Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

Abstract. Keywords : Interests, Learning Outcomes, Prosess Skills Approach, IPA

Meningkatkan Kemampuan Berhitung dengan Alat Peraga Kelereng bagi Siswa Kelas II SD N Pungai Tahun Ajaran 2013/2014

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

Penggunaan Modul Pembelajaran

BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas Pendidikan Guru Sekalah Dasar Universitas Kanjuruhan Malang

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

THE USE OF POSITIVE NEGATIVE CARDS TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT OF INTEGERS FOR FOURTH GRADE STUDENTS

PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Tuladenggi

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

THE IMPLEMENTATION OF GUIDED DISCOVERY METHOD TO IMPROVE SCIENCE PROCESSING SKILL

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Transkripsi:

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESAWAT SEDERHANA SISWA DI KELAS V SDN 51 LAMBARI Hikmawati SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai hikma_wati@yahoo.com ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar pesawat sederhana siswa kelas V SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses? Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai. Data dikumpulkan dengan tes, observasi dan catatan lapangan. Penelitian ini mengggunakan rencana penelitian tindakan kelas (action research), yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Temuan penelitian tentang keberhasilan guru menggunakan pendekatan keterampilan proses, pada tindakan siklus 1 pertemuan pertama menunjukkan bahwa, dari 7 indikator yang direncanakan terdapat 3 indikator yang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dikategorikan kurang (K). Pada tindakan siklus 2 pertemuan kedua menunjukkan bahwa, dari 7 indikator yang direncanakan terdapat 7 indikator yang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dikategorikan Sangat Baik (SB). Hasil kerja siswa pada tindakan siklus 2, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam memahami materi sudah sesuai dengan yang diharapkan, sebagaimana dilihat dari hasil tes siswa dalam menjawab soal yang diberikan secara tertulis memperoleh nilai rata-rata 73,33 %, sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70 % dengan nilai paling rendah 6. Dari data hasil jawaban siswa tersebut terungkap bahwa siswa sudah dapat memahami materi dengan baik sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kata kunci: Pendekatan Keterampilan Proses, Hasil Belajar ABSTRACT The problem in this research is how improved learning outcomes in fifth grade elementary school Lambari Sinjai Regency using process skills approach? This study will be conducted in class V SDN 51 Lambari Sinjai. Data collected by the tests, observations and field notes. This study use traditional classroom action research plan (action research), the re-design of the study cycle (cycle). The findings of research on teacher success skills approach process, the act of one cycle of the first meeting showed that, of the seven indicators that are planned, there are 3 indicators that can be implemented, thus considered less (K). In the second cycle of action suggests that the second meeting, scheduled from 7 indicators are 7 indicators that can be implemented, so it is classified very good (SB). The work of students in the second cycle of action, suggesting that the learning outcomes of students in understanding the material is as expected, as seen from the test results of students in answering the questions given in writing to obtain an average value of 73.33%, is in accordance with the criteria of success set is 70% with the lowest value of 6. From the data of students' responses revealed that students are able to understand the material so well that improved student learning outcomes. Keywords: process skills approach, learning outcomes PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi secara global telah mengalami berbagai perkembangan. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Pada dasarnya Sains bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar Sains siswa belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi dilingkungannya. Sejalan dengan itu Samatowa Jurnal Publikasi Pendidikan 44

(2006: 78) mengemukakan bahwa dengan belajar Sains, dapat meningkatkan kemampuan siswa kearah sikap dan kemampuan yang baik dan berguna bagi lingkungannya. Belajar Sains bukan hanya sekedar menghafalkan konsep dan prinsip Sains, melainkan dengan pembelajaran Sains diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Abruscato, 1992 (Khairudin dan Soedjono, 2005: 15) mengemukakan bahwa sebagai berikut: Tujuan pembelajaran Sains adalah (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreativitas siswa, dan (5) melatih siswa berfikir kritis. Dari tujuan pembelajaran Sains yang telah dikemukakan sebelumnya tampak bahwa hasil belajar Sains diharapkan tercermin dari kemampuan siswa bersikap dan bertingkah laku yang baik, dalam memahami fenomenafenomena alam yang terjadi di lingkungannya. Olehnya itu guru perlu merancang suatu pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Sains dapat tercapai. Von Glasersfeld (Suparno, 1997) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan prestasi dan hasil belajar Sains adalah faktor kemampuan guru menerapkan dan mengembangkannya dalam kegiatan belajar mengajar Sains yang antara lain Guru perlu belajar mengerti cara berfikir siswa sehingga dapat membantu memodifikasinya. Baik dilihat bagaimana jalan berfikir mereka mengenai suatu persoalan yang ada. Guru perlu menanyakan kepada siswa bagaimana mereka mendapatkan jawabannya. Ini adalah cara yang baik untuk menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak berlaku untuk keadaan tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka guru hendaknya memandang pembelajaran Sains tidak hanya menekankan pada hasil, tetapi juga menekankan pada proses memahami konsep tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004.P.3). Jika guru dalam mengajarkan konsep Sains lebih menekankan pada proses yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, maka dapat membawa dampak positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil dan prestasi belajar siswa. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksi pemikirannya sendiri, siswa dapat belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran Sains dapat tercapai. Pada observasi langsung terhadap guru dan siswa dalam situasi belajar mengajar Peneliti memperoleh data sebagai berikut: (1) dalam proses pembelajaran pesawat sederhana guru hanya menggunakan metode ceramah saja, (2) guru tidak memberi kesempatan kepada siswa melakukan percobaan dengan menggunakan alat, (3) siswa hanya mencatat materi yang dibacakan guru, (4) siswa hanya menjawab soal-soal dalam buku paket. Hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas V SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai terungkap pula bahwa (1) guru beranggapan sulit menemukan dan melaksanakan pendekatan mengajar yang tepat dalam mengajarkan materi pesawat sederhana, sehingga prestasi belajar siswa rata-rata rendah yaitu 5,0, (2) guru kurang memahami arti pendekatan keterampilan proses seperti: mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya, (3) siswa kurang memahami konsep pesawat sederhana, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal latihan yang berkaitan dengan pesawat sederhana. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar pesawat sederhana siswa kelas V Jurnal Publikasi Pendidikan 45

SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Sains Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat Sains adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3). Selain itu, Nash 1993 (Darmojo, 1992: 3) dalam bukunya The Nature of Sciences, menyatakan bahwa Sains adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara Sains mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya. Sains membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. (Powler dalam Winaputra, 1992: 122) Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Selanjutnya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau mahluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Tujuan Sains diajarkan di Sekolah Dasar adalah untuk membina dan menyiapkan peserta didik agar nantinya peserta didik tanggap dalam menghadapi lingkungannya. Menurut Carin, 1993 (Khaerudin dan Eko, 2005: 11) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan Sains di sekolah adalah: 1. Menambah keingintahuan (curiosity) Dasar program Sains akan pengaruh perhatian pada keingintahuan siswa tentang alam semesta dengan cara (a) mendorong siswa untuk menyelidiki alam dengan teknologi, (b) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang alam semesta, (c) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah pengadaptasian manusia. 2. Mengembangkan keterampilan menginvestigasi (skill for investigation) Dasar program Sains akan mengembangkan keterampilan menginvestigasi alam semesta, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Hal ini dapat: (a) memperkaya hasil belajar siswa dan kemampuan menggunakan proses Sains, (b) awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan strategi membuat keputusan. 3. Sains, teknologi dan masyarakat (nature of science, tecnology and society) Dasar program Sains akan berusaha mengembangkan hasil belajar siswa dan sikap tentang alam, keterbatasan dan kemungkinan yang akan timbul dari teknologi. B. Pendekatan Keterampilan Proses 1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Samatowa (2006: 138) mengemukakan bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran antara lain: Jurnal Publikasi Pendidikan 46

a. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran b. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari c. Melatih siswa untuk berfikir lebih kritis d. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran e. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah. Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsepkonsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar Sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan Sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya. 2. Komponen Keterampilan Proses dalam Pendidikan Sains Menurut Moh. Uzer Usman dan depdikbud (Hafid, 1996: 13-16), terdapat tujuh keterampilan proses yaitu: (1) mengamati, (2) menggolongkan / mengklasifikasi, (3) menafsirkan / menginterpretasikan, (4) meramalkan, (5) menerapkan, (6) merencanakan penelitian, (7) mengkomunikasikan. Ketujuh hal tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Mengamati Mengamati adalah keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera seperti melihat, mendengar, merasa dengan kulit, meraba, dan atau mencicipi atau mengecap, menyimak, mengukur, dan atau membaca. b. Menggolongkan (Mengklasifikasikan) Menggolongkan adalah keterampilan mengklasifikasikan benda, kenyataan, konsep, nilai, tujuan atau keterampilan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep. Persamaan dan perbedaan tersebut menjadi dasar untuk membandingkan dan mengontraskan. c. Menafsirkan (menginterpretasikan). Menafsirkan adalah keterampilan menginterpretasikan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah dideteksi atau dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, pengukuran, penelitian sederhana atau eksperimen. Yang tercakup ke dalam keterampilan menafsirkan adalah kemampuan menaksir, memberi arti/mengartikan, memproposisikan, mencari hubungan ruang atau waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan, dan merampatkan (menggeneralisasikan). d. Meramalkan Meramalkan adalah mengantisipasi atau menyimpulkan sesuatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan pemikiran atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. e. Menerapkan Menerapkan adalah menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan, sikap atau nilai yang dimiliki siswa dalam situasi atau pengalaman baru, perilaku dalam lingkungan yang lain, praktikum di Laboratorium atau bengkel, Praktek Pengalaman Lapangan, atau kehidupan sehari-hari. Yang tercakup dalam kegiatan menerapkan adalah menghitung, menentukan variabel (perubah), mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, dan membuat model. Jurnal Publikasi Pendidikan 47

f. Merencanakan Penelitian Merencanakan Penelitian adalah keterampilan yang amat penting, karena menentukan berhasil tidaknya melaksanakan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini tentukan masalah, atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat, dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan, jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian. g. Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan baik proses maupun hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan. Dengan demikian berdiskusi, bercerita, mendeklamasikan, meramalkan, bertanya, merumuskan, mengarang, dan melaporkan termasuk kegiatan berkomunikasi. Bertanya dapat digolongkan dalam keterampilan berkomunikasi. Ingin tahu adalah pangkal tolak kegiatan belajar. Ingin tahu mendorong siswa untuk bertanya. Para siswa perlu didorong untuk mengajukan pertanyaan dan merumuskan pertanyaan. Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. C. Perlunya Penerapan Keterampilan Proses dalam Kegiatan Belajar Mengajar Semiawan dkk, (1985: 15-16) merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari : 1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru. 2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsepkonsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contohcontoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan bendabenda yang benar-benar nyata. 3. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri. 4. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100 %, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinankemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan bertindak kreatif. 5. Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan. (Semiawan dkk, 1985: 15-16). Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (1992: 52) merinci keterampilan proses dalam pendidikan Sains itu meliputi : 1) keterampilan mengobservasi yang meliputi kemampuan untuk dapat membedakan, menghitung dan mengukur, 2) keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolonggolongkan atas dasar aspek-aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan, 3) keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data, 4) keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat dalam pengolahan data, 5) keterampilan membuat hipotesis, meliputi Jurnal Publikasi Pendidikan 48

kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum Sains yang telah dikenal, 6) keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti, 7) keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis, 8) keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan data, 9) keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam perikehidupan dalam masyarakat, 10) Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SDN 51 Lambari Kabupaten Sinjai, yang berada dekat jalan raya sehingga bisa dijangkau peneliti, siswa maupun personalia sekolah. B. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V sebagai responden dengan alasan : (1) Tingkat perkembangan kognitif usia antara 9 dan 10 tahun sudah dapat memahami konsep pesawat sederhana karena mereka telah belajar tentang konsep pesawat sederhana sejak di kelas 1 sampai kelas 3, (2) Adanya variasi murid, dilihat dari status sosial, pendidikan, pekerjaan orang tua mereka, (3) Adanya masalah yang dialami siswa kelas V dalam belajar pesawat sederhana, dan (4) Peneliti dan guru kelas V dapat berkolaborasi dengan baik karena mereka adalah mitra kerja. C. Tehnik Pengumpulan Data 1. Tes Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang hasil belajar terhadap konsep pesawat sederhana. 2. Observasi Pengamatan dilakukan untuk melihat secara langsung proses belajar siswa pada pokok bahasan pesawat sederhana. 3. Catatan Lapangan Catatan lapangan yaitu mencatat hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. D. Prosedur Penelitian Penelitian ini mengggunakan rencana penelitian tindakan kelas (Action research), yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Hal ini mengacu pada pendapat Mc. Taggart (1988: 123) dan Wardani (2007: 5) bahwa, penelitian tindakan kelas mengikuti proses siklus atau daur ulang mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi). Perencanaan tindakan adalah persiapan perencanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyamakan persepsi antara peneliti dan guru tentang konsep dan tujuan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran konsep pesawat sederhana. b. Secara kolaborasi menyusun rencana tindakan pembelajaran siklus 1. c. Menentukan bahan dan media pembelajaran yang akan digunakan. d. Menyusun rambu-rambu instrumen data keberhasilan guru maupun instrumen data keberhasilan siswa, berupa: format observasi, pedoman wawancara, tes, dan foto pelaksanaan tindakan. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif dengan guru kelas V. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah guru melaksanakan tindakan pembelajaran konsep pesawat sederhana dengan menggunakan pendekatan proses dengan beberapa tahap yaitu: Mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penyelidikan, dan mengkomunikasikan. a. Observasi Jurnal Publikasi Pendidikan 49

Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktifitas guru dan siswa. Aktifitas guru dapat diamati mulai pada tahap awal pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Data aktifitas guru dan siswa diperoleh dengan menggunakan format observasi, pedoman wawancara, dan hasil pemahaman setiap responden. Format observasi seperti pada lampiran. b. Refleksi Langkah terakhir dalam prosedur penelitian tindakan ini adalah mengadakan refleksi (renungan) terhadap hasil yang telah dicapai pada setiap siklus. Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi selama proses dan pada saat selesai pembelajaran, yang terdiri atas aktivitas guru maupun siswa. Jika hasil yang dicapai pada siklus 1 belum sesuai indikator dan target (70% ke atas) sesuai rencana, maka akan dimusyawarakan bersama Tim tentang alternatif pemecahannya dan selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya. E. Analisis Data Dalam pelaksanaan penelitian, analisis data dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Analisis data dapat dilakukan setelah melihat data yang telah dikumpul melalui tes, observasi, dan catatan lapangan selama tahapantahapan (siklus) yang telah dilewati. HASIL PENELITIAN Temuan penelitian tentang keberhasilan guru menggunakan pendekatan keterampilan proses, pada tindakan siklus 1 pertemuan pertama menunjukkan bahwa, dari 7 indikator yang direncanakan terdapat 3 indikator yang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dikategorikan kurang (K). Tiga butir indikator yang belum dilakukan adalah (1) guru tidak membimbing siswa untuk meramalkan dan atau menyimpulkan kemungkinan yang akan dari kegiatan menafsirkan yang telah dilakukan, yaitu berupa pemahaman terhadap materi, (2) guru tidak membimbing siswa untuk mengaplikasikan pemahamannya dalam bersikap dan bertingkah laku serta mengkomunikasikan pemahamannya dalam kegiatan bertanya, menjelaskan, serta laporan, dan (3) guru tidak membimbing siswa untuk mengolong-golongkan dan mengklasifikasikan masalah berdasarkan data dan informasi awal yang telah ditemukan terhadap materi. Aktivitas guru pada tindakan 1 pertemuan pertama berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam melakukan aktivitas belajar, serta berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada tindakan 1 siklus pertemuan pertama diharapkan siswa mampu melakukan 7 butir indikator yang telah ditetapkan dari keseluruhan subjek penelitian yakni berjumlah 15 siswa. Penelitian menunjukkan bahwa banyaknya siswa yang dapat melaksanakan indikator pertama yaitu berjumlah 4 orang, indikator kedua hanya 3 orang, indikator ketiga hanya 5 orang, indikator keempat hanya 4 orang, indikator kelima hanya 10 orang, indikator keenam hanya 3 orang, indikator ketujuh hanya 13 orang. Temuan penelitian tentang keberhasilan guru menggunakan pendekatan pendekatan keterampilan proses, pada tindakan siklus 2 pertemuan pertama menunjukkan bahwa, dari 7 indikator yang direncanakan terdapat 6 indikator yang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dikategorikan kurang (K). 1 butir indikator yang belum dilakukan adalah guru tidak membimbing siswa untuk meramalkan dan atau menyimpulkan kemungkinan yang akan dari kegiatan menafsirkan yang telah dilakukan, yaitu berupa pemahaman terhadap materi. Pada tindakan siklus 2 pertemuan kedua menunjukkan bahwa, dari 7 indikator yang direncanakan terdapat 7 indikator yang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dikategorikan Sangat Baik (SB). Aktivitas guru pada tindakan 2 pertemuan pertama berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam melakukan aktivitas belajar, serta berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada tindakan 2 siklus pertemuan pertama diharapkan siswa mampu melakukan 7 butir indikator yang telah ditetapkan dari keseluruhan subjek penelitian yakni berjumlah 15 siswa. Hasil kerja siswa pada tindakan siklus 2, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam Jurnal Publikasi Pendidikan 50

memahami materi sudah sesuai dengan yang diharapkan, sebagaimana dilihat dari hasil tes siswa dalam menjawab soal yang diberikan secara tertulis memperoleh nilai rata-rata 73,33 %, sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70 % dengan nilai paling rendah 6. Dari data hasil jawaban siswa tersebut terungkap bahwa siswa sudah dapat memahami materi dengan baik sehingga hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan data dari tindakan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam memahami materi pesawat sederhana rata-rata dikategorikan baik. Hal ini dikarenakan guru sudah mampu mengimplementasikan rencana pembelajaran dengan baik. Hasil observasi dan hasil tes siswa di analisis bahwa pelaksanaan pembelajaran pesawat sederhana dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, pelaksanaannya sudah sesuai dengan yang direncanakan, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi, olehnya itu berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan siklus II, di analisis dan direfleksi bahwa : 1. Siswa sudah terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran terutama pada penggunaan alat peraga sebagai model dalam pembelajaran dan dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata mereka, sehingga mereka belajar dari mengalaminya langsung bukan sekedar menghafal. 2. Guru sudah lebih memperhatikan siswasiswa yang pemahamannya rendah dengan cara mendekati dan membimbing siswa saat belajar ataupun setelah pembelajaran agar pemahaman mereka dapat setera dengan yang lain sehingga dapat mengikuti pembelajaran pada tindakan siklus II. 3. Guru sudah melaksanakan keseluruhan dari rencana pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dengan baik. 4. Hasil belajar siswa dari siklus pertama kesiklus kedua mengalami peningkatan yang sangat signifikan. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang terdiri atas aktivitas siswa dan hasil belajar konsep pesawat sederhana melalui dua siklus dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil tindakan siklus pertama belum mencapai hasil yang diharapkan, dan masih terdapat indikator-indikator pendekatan keterampilan proses yang belum dilaksanakan. Pada tahap pertama melaksanakan pembelajaran, siswa sudah dapat melaksanakan empat indikator dari tujuh indikator yang terdapat dalam pendekatan keterampilan proses. Hal ini membuktikan bahwa siswa sudah memahami langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, yang pada akhirnya menghasilkan nilai belajar yang dikategorikan baik. Keberhasilan siklus kedua mencapai kualifikasi Sangat Baik (SB) karena pada kegiatan pembelajaran yang terakhir siswa mampu melaksanakan semua indikator-indikator keterampilan proses. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memahami betul langkahlangkah pembelajaran pendekatan keterampilan proses. Hal ini sejalan dengan pendapat Harlen (Patta Bundu, 1992 : 12) yang mengatakan bahwa setelah memahami indikator masingmasing keterampilan proses, maka siswa dapat merancang kegiatan percoban yang dapat memberikan kesempatan siswa untuk melatih dan menunjukkan keterampilan yang diinginkan. Keberhasilan tindakan dari siklus pertama ke siklus kedua karena siswa telah memahami indikator keterampilan proses yaitu keterampilan melakukan pengamatan, keterampilan mengklasifikasi, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan meramalkan atau menyimpulkan, keterampilan menerapkan, keterampilan merencanakan penelitian, dan keterampilan mengkomunikasikan hasil pengamatan maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis. Usman dan depdikbud (Hafid, 1996 : 13-16) yang menyatakan bahwa keterampilan proses sains yang diharapkan dimiliki oleh dan berkembang pada siswa diantaranya adalah keterampilan melakukan pengamatan, Jurnal Publikasi Pendidikan 51

mengklasifikasi, menginterpretasi, keterampilan meramalkan atau menyimpulkan data, keterampilan menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil. Selain keberhasilan karena adanya kemampuan siswa memahami indikatorindikator keterampilan proses, juga didukung adanya kerjasama antar siswa sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah juga dapat memahami dan menyelesaikan pembelajaran dengan baik. PENUTUP Penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran pokok bahasan pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 51 Lambari. Hal ini terbukti adanya perkembangan aktivitas belajar dari siklus pertama dengan kualifikasi Baik (B) ke siklus kedua dengan kualifikasi Sangat Baik (SB). Proses pembelajaran pokok bahasan pesawat sederhana dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat dicapai karena dari satu siklus kesiklus berikutnya terus diadakan refleksi dan perbaikan. Hasil ini dapat dicapai karena adanya kerjasama antara peneliti, pengamat, dan wali kelas V dalam merancang, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi secara berdaur ulang selama dua siklus. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Bundu, Patta D. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdikbud. Darmojo Hendro, dkk. 1991/1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran SAINS SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Hadiat, dkk. 1996. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Depdikbud Hafid, 1996. Studi Kemampuan Guru SD Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pengajaran IPA Kelas V SD Kecamatan Sukasari Kota Madya Bandung. Bandung: fakultas pendidikan Matematika dan IPA institut keguruan dan ilmu pendidikan. Haryanto, 2004. Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga. Hasbullah, 1993. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Unesya Press. Khaeruddin dan Sudjiono, E. H. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: Badan Penerbit Makassar. Miles, M.B dan Huberman. Tanpa tahun. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohidu Rihidi (1992). Jakarta: UI Press. Moleong, L.J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Usman, Moh, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution. H.N. 2000. Pendidikan Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurkancana, 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Semiawan, Conny dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Sofyan, G dan Amiruddin. 2007. Diklat Profesi Guru Model-model Pembelajaran 1. Kendari: Universitas Haluoleo. Jurnal Publikasi Pendidikan 52

Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Surapranata,Sumarna.2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taggart. 1998. Theaction Research Plamer. Deaking University Press. Wardani, I.G.K. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas terbuka. Winaputra, 1992. Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas. Jurnal Publikasi Pendidikan 53