BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Modal utama dalam pembangunan kesehatan adalah sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk meningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan memfokuskan pada perbaikan gizi (Azwar, 2004). Upaya perbaikan gizi di Indonesia secara nasional telah dilaksanakan sejak tiga puluh tahun yang lalu (Azwar, 2004). Namun, karena penurunan yang dinilai kurang cepat menyebabkan Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi (malnutrisi) yaitu gizi kurang yang belum sepenuhnya diatasi dan peningkatan gizi lebih (Azwar, 2004). Pemberian makanan tambahan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang salah merupakan salah satu faktor yang berpotensi mempengaruhi prevalensi malnutrisi pada bayi yang tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2006) bahwa prevalensi malnutrisi lebih rendah pada anak balita yang mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan anak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif terutama pada kelompok umur 12-36 bulan. Hal ini sama juga ditujukan untuk kelompok umur <12 bulan bahwa prevalensi malnutrisi lebih rendah pada anak balita yang mendapat ASI eksklusif daripada anak balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu (ASI) tanpa diberikan makanan ataupun minuman lain kecuali drop atau sirup yang terdiri dari vitamin, mineral, suplemen atau obat (World Health Organization, 2003). Rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang kemudian
dilanjutkan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI hingga bayi berusia dua tahun (WHO, 2001). Pemberian ASI sangatlah dianjurkan karena pentingnya nutrisi yang terdapat di dalamnya terbukti memberikan manfaat yang baik untuk bayi (United Nation International Children Emergency Fund, 2006). Pemberian ASI selama enam bulan pertama akan memberikan daya tahan hidup pada bayi (Linkages, 2002). Selain itu manfaat ASI menurut UNICEF (2006), pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahirannya dapat mencegah 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 Juta kematian anak balita di dunia tiap tahun. Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi, sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif dan mencanangkan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 yang salah satu target indikatornya adalah 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2013). Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal. Optimalnya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, serta pemahaman masyarakat, pengetahuan ibu dan keluarga (ayah) mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Selain itu dukungan dari petugas kesehatan (kader), faktor sosial budaya, kondisi yang memadai bagi para ibu yang bekerja (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pemberian ASI eksklusif.
Ibu memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya untuk menunjang keberhasilan perilaku ASI eksklusif. Orang-orang terdekat yang dimaksud adalah keluarga itu sendiri, seperti suami atau ayah dari si anak, nenek, kakek, ibu mertua, ayah mertua, dan saudara kandung (Presiden Republik Indonesia, 2013). Selain itu, tenaga kesehatan mempunyai peran dalam keberhasilan ASI eksklusif (Presiden Republik Indonesia, 2013). Menurut Roesli (2000), dukungan ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI, khususnya ASI eksklusif karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (milk let down reflex) yang sangat dipengaruhi dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Berdasarkan penelitian Wulandari (2009), peran ayah mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan dalam pemberian ASI ekslusif begitu juga dukungan personil kesehatan dan dukungan sosial di sekitar ibu. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa peran ayah mempengaruhi faktor ibu dalam pemilihan tipe pemberian makanan seperti memberikan ASI eksklusif maupun tidak memberikan ASI eksklusif (Nickerson, 2010). Wujud dukungan yang dapat diberikan antara lain perhatian, kesempatan, penciptaan suasana yang mendukung kegiatan menyusui, pemenuhan gizi yang optimal bagi ibu hamil dan menyusui (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2010). Selain itu, dukungan sosial dari ayah yang melibatkan aspek emosi, informasi, instrumental, dan penilaian positif mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (Rokhanawati, 2009). Dukungan sosial dari ayah adalah bentuk dukungan dan hubungan baik
untuk memberikan kontribusi penting tehadap kesehatan (Rokhanawati, 2009). Peran ayah bisa dimulai sejak masa kehamilan, persalinan hingga masa pasca persalinan. Peran yang menyangkut dukungan fisik seperti mengantar istri untuk cek kesehatan, membantu pekerjaan rumah, membantu mengurus bayi, sedangkan peran non-fisik seperti mencari informasi tentang gizi dan kesehatan bayi, berdiskusi mengenai pemberian ASI bagi bayi (Februhartanty, 2009). Menurut Susin dan Giugliani (2008) dalam Wulandari (2013), Sebagian besar ibu (93,3%) menyatakan bahwa mereka akan senang apabila menerima bantuan dari suaminya selama menyusui, meskipun 21,3% tidak tahu bentuk dukungan apa yang mereka inginkan. Sebagian besar suami (99,2%) berharap untuk dapat membantu istrinya selama masa itu, tetapi sebanyak 21,5% suami tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membantu. Februhartanty (2007) menyatakan bahwa ada beberapa hambatan bagi seorang ayah(suami) untuk mendukung praktik menyusui terutama di wilayah negara berkembang. Hambatan bagi seorang ayah atau suami untuk mendukung praktik menyusui meliputi kualitas hubungan pasangan, pengetahuan dan sikap orang tua, karakteristik orang tua, dan masalah ekonomi (Februhartanty, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2014, dari 25 puskesmas yang terdapat di Kabupaten Sleman, Puskesmas Godean II merupakan puskesmas dengan cakupan ASI ekslusif tertinggi. Persentase cakupan ASI eksklusif di Puskemas tersebut adalah 90,79%. Persentase cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Godean II sudah melebihi
target nasional yaitu lebih dari 80%. Namun, berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Sleman tahun 2014 walaupun cakupan ASI eksklusifnya tertinggi, masih terdapat masalah gizi buruk maupun gizi kurang yaitu 0,16% untuk status gizi buruk dan 3,70% untuk status gizi kurang. Ayah memiliki peran yang penting dalam mendukung pemberian ASI eksklusif. Tingginya persentase cakupan ASI di wilayah tersebut dari wilayah lain membuat peneliti ingin menggali informasi lebih jauh terkait tentang gambaran peran ayah dalam mendukung pemberian ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif serta pengaruhnya terhadap status gizi sehingga nantinya dapat menjadi evaluasi bersama terkait dengan peran ayah dalam memberikan dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif. Selain itu, di wilayah puskesmas tersebut belum ada penelitian terkait peran ayah yang mempengaruhi pemberian ASI dan pengaruhnya terhadap status gizi. B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana peran ayah terhadap pemberian ASI dan pengaruhnya terhadap status gizi bayi di wilayah Puskesmas Godean II Kabupaten Sleman? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui informasi tentang peran ayah terhadap pemberian ASI dan pengaruhnya terhadap status gizi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan ayah terhadap ASI eksklusif
b. Mengetahui peran ayah (dukungan sosial : emosi, informasi, penyediaan sarana, penilaian positif) dalam mendukung istri untuk memberikan ASI eksklusif. c. Mengetahui status gizi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan yang tidak ASI eksklusif. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk instansi berwenang sebagai pengambil kebijakan (Dinas Kesehatan dan petugas kesehatan). 2. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pembanding bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian terkait peran ayah dalam pemberian ASI dan status gizi bayi. 3. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka memperluas pengetahuan peneliti. E. KEASLIAN PENELITIAN 1. Penelitian dengan judul Peran Ayah Dalam Praktek Menyusui yang dilakukan Evareny (2010) membahas mengenai pentingnya peran ayah. Dalam penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara peran ayah dengan praktik pemberian ASI di masyarakat yang mempunyai budaya matrineal. Persamaan dari penelitian ini adalah ditelitinya peran ayah terhadap praktek menyusui. Perbedaan yang ditemukan pada penelitian ini adalah metode penelitian menggunakan cross sectional
study, lokasi penelitian di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat, pemilihan subjek dengan non probability sampling dengan metode consecutive sampling, serta metode analisa. 2. Penelitian dengan judul Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat yang dilakukan Ramadani (2009) membahas mengenai hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol dengan dengan dukungan petugas kesehatan, pekerjaan ibu, dan pekerjaan suami. Persamaan dari penelitian ini adalah ditelitinya peran ayah terhadap praktek menyusui. Perbedaan yang ditemukan pada penelitian ini adalah metode yang digunakan menggunakan desain potong lintang, lokasi penelitian berada diwilayah kerja puskesmas Air tawar Kota Padang 3. Penelitian dengan judul Pengetahuan, Sikap, Dan Peranan Ayah terhadap Pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Juherman (2008) membahas tentang pengaruh antara pengetahuan, sikap, dan peranan ayah terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil dari penelitian ini adalah praktek pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan tingkat pengetahuan ASI ayah dan ibu. Selain itu praktek pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan sikap ayah dan ibu tentang pemberian ASI. Persamaan dari penelitian ini adalah ditelitinya peran ayah terhadap praktek menyusui. Perbedaan dari penelitian ini adalah desain penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian berada di kelurahan Kuningan Timur, Kotamadya Jakarta
Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling with proportional allocation.