BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

AUDIT COMMITTEE FINANCIAL EXPERTS, INTERNAL AUDIT, DAN PENGUNGKAPAN KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasional usaha menyebabkan kebutuhan akan sistem pengendalian yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menafsirkan catatan keuangan. Hal itu menyebabkan banyaknya kerugian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan ekonomi saat ini, komunikasi data keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian yang berhasil diraih perusahaan dalam setahun yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PANDAHULUAN. dan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, maka sangat penting

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB I PENDAHULUAN. (2014 : 1) yang menjelaskan bahwa Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. seperti Enron, World Com dan Xerox, masyarakat dunia cukup terperanjat

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk yang lebih bermanfaat bagi penerima informasi yang mencerminkan

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem keuangan yang kurang dapat diandalkan. memadai kepada manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan serta

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya pemilik, serta jendela informasi yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus Enron dan WorldCom yang terjadi pada awal abad ke-21 memang

BAB I PENDAHULUAN. korporasi besar di Amerika Serikat - seperti Enron Corporation, WorldCom dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 2.5 Latar Belakang Banyak artikel dan berita mengenai skandal keuangan yang terjadi di Enron, World.Com, dan beberapa perusahaan lainnya. Namun salah satu yang paling banyak menyita perhatian adalah kasus KAP Arthur Andersen dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap pasar keuangan global, ini dilihat dari turunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di dunia, mulai dari Amerika, Eropa,sampai ke Asia. Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap integritas laporan keuangan khususnya bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal. Banyak pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan membahayakan kelangsungan ekonomi di Amerika Serikat. Oleh karenanya upaya yang dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik yaitu melalui Kongres Amerika sehingga kejadian yang terjadi di tahun 1929 tidak terjadi lagi. Selanjutnya kongres ini menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002. Sarbanes-Oxley Act of 2002 bertujuan untuk mengatasi kecemasan yang meningkat dari investor tentang integritas pelaporan keuangan perusahaan. Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan keuangan. Menurut Section 302, manajemen diwajibkan untuk

mengungkapkan semua kelemahan material dalam pengendalian internal, pada saat mereka mengesahkan laporan keuangan baik secara periodik, tahunan dan triwulanan. Menurut Section 404, perusahaan diwajibkan untuk menilai efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur dalam pelaporan keuangan dan mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan tahunannya. Lebih jauh lagi, perusahaan tidak hanya mengharuskan manajemen untuk memberikan penilaian pengendalian internal, tetapi juga mengharuskan auditor untuk memberikan pendapat atas penilaian manajemen (Yan Zhang, et al. 2007:5). Dalam SOX 302 pengungkapan yang diwajibkan adalah sebagian besar terkait dengan pengendalian internal. Oleh karena itu pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan pengungkapan kelemahan pengendalian internal. Secara khusus berdasarkan Section 302 (dalam Yan Zhang et al., 2007:6) manajemen bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, mengevaluasi pengendalian internal dalam waktu sembilan puluh hari sebelum tanggal pelaporan dan dilaporkan tentang: (1) daftar semua kekurangan dalam pengendalian internal dan informasi pada setiap penipuan yang dilakukan karyawan serta yang terlibat dengan kegiatan pengendalian internal, (2) perubahan signifikan dalam pengendalian internal atau faktor-faktor terkait dengan dampak negatif pada pengendalian internal.

Fitur yang signifikan dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley (selanjutnya SOX) (US Congress 2002) adalah pasal 404 yang membutuhkan penilaian manajemen pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keuangan dan pendapat auditor di assessment. Manajemen pelaksana pada pasal 404 telah menjadi fokus atas anggota komite audit dan biaya besar implementasi telah mengundang kritik (Solomon dan Peecher,2004:16) Di bawah Securities Exchange Commission (SEC) Pers No. 33-8238 (5 Juni 2003), Section 404 (a) mensyaratkan emiten untuk mengungkapkan informasi mengenai ruang lingkup dan kecukupan struktur pengendalian internal dan prosedur untuk pelaporan keuangan dalam laporan tahunan mereka. Pernyataan ini juga harus menilai keefektifan prosedur dan pengendalian internal.section 404 (b) mengharuskan perusahaan audit terdaftar (KAP) dalam laporan yang sama, untuk membuktikan dan melaporkan efektivitas dari struktur pengendalian internal dan prosedur dalam pelaporan keuangan. Ge dan McVay serta Doyle et al.(2006:32) menemukan bahwa semua kelemahan yang bersifat material dalam pengendalian internal lebih banyak terjadi pada perusahaan yang ukurannya relatif kecil, profit yang relatif lebih sedikit, sistem operasi yang lebih kompleks, sedang mengalami pertumbuhan, dan dalam proses restrukturisasi. Sedangkan menurut Ashbaugh-Skaife et al. (2007:9), perusahaan yang operasinya lebih kompleks, mengalami pergantian dalam struktur perusahaan, pengunduran diri auditor pada tahun sebelumnya,

pembukaan risiko akuntansi, dan investasi yang lebih sedikit pada sistem pengendalian internal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengungkapkan kekurangan pengendalian internalnya. Pengungkapan informasi perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure merupakan pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan oleh perusahaan sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan informasi di luar pengungkapan wajib yang diberikan perusahaan. Voluntary disclosure secara sukarela diberikan oleh perusahaan kepada para pemakai laporan. Namun, di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan terkait dengan pengungkapakan kelemahan pengendalian internal dan melibatkan peran komite audit di dalamnya masih jarang, walapun setelah munculnya Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002. Hal ini disebabkan karena peraturan yang ada tentang pengungkapan kelemahan pengendalian internal belum tersedia secara mandatory, yaitu belum ada kewajiban bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia(Rani Femiarti, 2012:7). Terkait dengan bentuk dewan komisaris dalam sebah perusahaan, Indonesia menganut Two Tiers Systems untuk struktur dewan dalam perusahaan. Perusahaan mempunyai dua badan terpisah Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi pihak ke tiga (FCGI, 2002:21).

Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan Good Corporate Governance dalam hal menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Untuk membantu efektivitas tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris terutama dalam masalah pengawasan internal maka Dewan Komisaris didukung oleh Komite Audit. Komite audit sendiri memiliki tanggung jawab dalam mengawasi hal-hal yang berpotensi mengandung resiko pada sistem pengendalian internal serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh internal audit (FCGI, 2002:17). Berdasarkan penelitian yang ada maka penelitian ini mengacu pada penelitian Jeffrey Doyle, Weili Ge, dan Sarah Mcvay(2006:11) yang menganalisis tentang hubungan antara kelemahan material pengendalian internal yang diambil kriterianya pada SEC dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rani Femiarti(2012:36) yang menganalisis tentang kelemahan pengendalian internal yang dibagi menjadi tiga yaitu, RMC, etika bisnis, dan pelatihan sumber daya manusia dengan keahlian akuntansi dan/atau keuangan komite audit dan internal audit. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena bursa efek yang ada di Amerika Serikat (NYSE) mewajibkan setiap perusahaan untuk menghitung kelemahan pengendalian internal di perusahaannya sendiri. Sedangkan di Indonesia masih bersifat sukarela saja.

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur karena penelitian ini memiliki syarat harus dilakukan pada industri yang mewajibkan adanya komite audit, tetapi tidak mewajibkan adanya kelemahan material pengendalian internal. Pemilihan tahun 2010 sampai dengan 2013 itu didasari karena ingin mengetahui pengungkapan kelemahan material pengendalian internal setelah ditetapkannya SOX 2002. Selain itu tahun tersebut dipilih karena dianggap relevan dengan tahun dilakukannya penelitian karena menggambarkan profil perusahaan terkini. Variabel dependen yang diteliti adalah pengungkapan kelemahan material pengendalian internal yang diproksikan dengan risk management, etika bisnis dan training. Variabel independen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah rapat komite audit, independensi dewan komisris, rapat dewan komisaris, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan reputasi auditor. Disamping uraian latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk meneliti karena masih banyak perusahaan publik yang tidak memberitahukan kelemahan material pengendalian internal kepada publik.ini disebabkan Bapepam.LK memberikan peraturan hanya bersifat sukarela saja tentang kelemahan material pengendalian internal tersebut. Padahal kelemahan material pengendalian internal itu sangat penting bagi investor-investor dalam menganalisis perusahaan publik yang akan diinvestasikan agar mendapat keuntungan maksimal dan aman. Atas dasar tersebut, maka

penelitian dilakukan dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2.6 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diketahui bahwa informasi kelemahan pengendalian sangat penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan risk management? 2. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan etika bisnis? 3. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan training?

2.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 2 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material(material weakness) pengendalian internal diproksikan risk management. 3 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material (material weakness) pengendalian internal diproksikan resiko etika bisnis. 4 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan material(material weakness) pengendalian internal diproksikan training. 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain: 7. Penelitian ini akan memberikan kontribusi bahan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan kelemahan

material pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 8. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan kepada peneliti berikutnya yang akan mengkaji mengenai pengungkapan kelemahan material pengendalian internal. 9. Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah selaku regulator pasar modal. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap regulasi dari Bapepam tentang Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam- LK) merancang peraturan serta menunggu masukan dari pelaku pasar terkait akan direvisinya peraturan IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bapepam-LK ke depannya akan mempersiapkan kriteria dan fungsi pengawasan komite audit dalam meminimalisir risiko perusahaan tercatat (emiten). Terkait dengan direvisinya peraturan itu diharapkan komite audit dapat lebih berperan aktif dalam melakukan fungsi monitoring, dibandingkan hanya sebatas mengkaji (review) laporan keuangan yang ada. Selama ini, peranan komite audit di setiap emiten dinilai belum memuaskan, sehingga memunculkan banyak penyimpangan, yang pada akhirnya merugikan perusahaan dan para pemegang saham publik.