Pencegahan Banjir dengan Penerapan Teknologi Biopori pada SDN 07 dan SDN 13 Pagi Cawang

dokumen-dokumen yang mirip
BIOPORI TANAH SEBAGAI RESAPAN AIR DI DESA BUKIT RATA DUSUN MELUR KUALA SIMPANG: ACEH TAMIANG

TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK MENGURANGI BANJIR DAN TUMPUKAN SAMPAH ORGANIK

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA AGUSTUS Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA

PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KELURAHAN MAHARATU KECAMATAN MARPOYAN DAMAI PEKANBARU

BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Diusulkan oleh: Rizki Muzammil Asnawati Angga Wiranda Rizqi Via Utami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

KATA PENGANTAR. Manfaat dalam melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan disekolah merupakan salah satu tempat yang dapat. digunakan sebagai komunikasi dan menularkan ilmu-ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pustekom, 2005 bahwa Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang relatif tinggi yaitu

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI UNTUK MINIMALISASI DAMPAK BAHAYA BANJIR PADA KECAMATAN SUKAJADI KELURAHAN SUKAWARNA RW004 BANDUNG (035L)

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI TAMAN PEMBIBITAN TEBET

Dr. Zulkifli Rangkuti, MM

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB II PENERAPAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

bio.unsoed.ac.id terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah aktivitas manusia, dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

PROPOSAL KEGIATAN PROGRAM KULIAH KERJA PROFESI ( KKP) DESA CIPETUNG, KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Penelitian Biopori Untuk Menentukan Laju Resap Air Berdasarkan. Variasi Umur Dan Jenis Sampah

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

Pemanfaatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan Perhitungan Permeabilitas Untuk Setiap Titik Lubang Resapan di Rawa Makmur Permai Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran

LAPORAN PPM PROGRAM REGULER PENYULUHAN DAN PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PROGRAM SATU JUTA BIOPORI PADA TAHUN 2011 DI WILAYAH DIY,

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Oleh: Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**, Farida**

PENGESAHAN PROPOSAL PKM

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

Sustainable Green Campus

LAPORAN AKHIR PKM M JEJAK PETARUNG RIMBA EDUKASI CERDAS BANGKITKAN GENERASI EMAS BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM DEANGKRINGAN. UPAYA PENYEDIAAN AIR BERSIH SAAT MUSIM KEMARAU di DESA HARJOWINANGUN

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

PENGARUH JENIS SAMPAH, VARIASI UMUR SAMPAH TERHADAP LAJU INFILTRASI LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM PENYELAMATAN LINGKUNGAN MAKALAH

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam

Transkripsi:

Pencegahan Banjir dengan Penerapan Teknologi Biopori pada SDN 07 dan SDN 13 Pagi Cawang Posma Sariguna J.K. Hutasoit 1, Suzanna Josephine L.Tobing 2, Rutman L.Toruan 3 1 Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Indonesia Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang Jakarta 13630 rutman.toruan@uki.ac.id yosephine.tobing@uki.ac.id posmahutasoit@gmail.com Abstrak Banjir di sekolah-sekolah dasar daerah Cawang terjadi setiap musim penghujan. Ketinggian banjir dapat mencapai lutut orang dewasa. Banjir ini merupakan kelanjutan dari banjir-banjir yang terjadi sebelumnya dan telah menyebabkan kerugian materi yang cukup besar. Aktivitas sekolah menjadi lumpuh, juga melumpuhkan ekonomi masyarakat di lingkungannya. Penyebab banjir tersebut antara lain disebabkan oleh tersumbatnya saluran air dan tidak tersedianya ruang terbuka hijau. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh dangkalnya sungai akibat tumpukan sampah karena memiliki daerah geografis dan tata letak lingkungan yang rendah. Tujuan khusus dari terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menerpkan teknologi yang diharapkan menjadi solusi atas permasalahan banjir di lingkungan SDN 07 dan SDN 13 Cawang. yang dilakukan adalah penanaman sebanyak 70+70 untuk setiap sekolah-sekolah tersebut. Kemudian setiap bulan dievaluasi apakah lubang-lubang tersebut masih dapat berfungsi dan dibersihkan. merawat lubang ini diajarkan kepada siswasiswi SDN 07 dan SDN 13 Cawang, dan perawatan selanjutnya diteruskan oleh petugas penjaga taman sekolah. Saat ini, hasil yang dirasakan adalah teratasi dan berkurangnya banjir di lingkungan sekolah. Kata Kunci: Lingkungan, banjir, I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Banjir dapat menyebabkan kerugian materi yang cukup besar karena dapat mengakibatkan lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat. Jika itu terjadi di lingkungan sekolah, maka banyak pelajar yang kehilangan kesempatan untuk belajar karena gedung sekolahnya terendam oleh banjir. Beberapa upayadilakukan masyarakat dan pemerintah, baik berupa upaya prefentif maupun penanganan langsung. Upaya tersebut misalnya dengan memperbaiki saluran air dan aliran sungai. Akan tetapi, upaya tersebut sepertinya masih kurang karena pada kenyataannya banjir merupakan masalah lingkungan yang kompleks. Untuk itu teknologi dimanfaatkan dalam pelestarian lingkungan ini, yaitu mengatasi air meluap diwaktu musim hujuan. Teknologi yang dapat diterapkan masyarakat sebaik-baiknya adalah teknologi yang sederhana dan ramah lingkungan sehingga mudah diaplikasikan. Teknologi yang ditawarkan untuk dapat mengatasi ketersediaan air tanah adalah dengan memanfaatkan lubang kecil dalam tanah yang diisi dengan sampah organik. Air dan sampah merupakan dua hal yang tidak akan lepas dari kehidupan makhluk hidup. Setiap harinya setiap mahluk hidup dalam melakukan aktivitas rutin akan selalu menghasilkan sampah. Sampah dapat menjadi sumber masalah dalam pencemaran lingkungan. Namun sampah mempunyai bisa saja memiliki potensi besar dalam menyelamatkan lingkungan jika diperlakukan secara arif dan bijaksana. Air merupakan benda yang sangat penting bagi makhluk hidup. Namun peristiwa banjir dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan air dan sampah agar tidak mengganggu kelangsungan kehidupan. B. Permasalahan Mitra Ketika curah hujan yang terjadi adalah sedang atau tinggi, di beberapa kawasan lingkungan sekolah dasar daerah Cawang mengalami banjir di lingkungannya. Apabila permasalahan lingkungan ini tidak segera diselesaikan, maka kerugian fisik, materi, dan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah dapat terganggu. Muridmurid akan tertinggal dari materi materi yang sudah ditargetkan. Murid-murid merupakan penerima dampak langsung dari permasalahan lingkungan ini. Untuk menyelesaikan masalah lingkungan tersebut, ditawarkan penggunaan teknologi pada sekolahsekolah dasar di wilayah Cawang. Untuk itu dijalin kerjasama antara Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan sekolah dasar sebagai mitra di lingkungan wilayah cawang. Dengan melibatkan guru-guru sekolah dasar, dosen, murid-murid, serta mahasiswa UKI, pembuatan dan pemeliharaan lubang akan dilakukan. Dengan demikian masalah lingkungan sekolah tergenang banjir di C - 7

sekolah dasar diharapkan dapat terselesaikan. Untuk itu dilaksanakan Pencegah Banjir dengan Penerapan Teknologi Biopori pada SDN 07 Pagi dan SDN 13 Pagi di Wilayah Cawang, yang merupakan lanjutan dari pogramprogram pengendalian banjir yang telah dilakukan Unit Mahasiswa Pencinta Alam (PALAMA) di Lingkungan UKI. II. TINJAUAN PUSTAKA Teknologi yang ditawarkan dalam mengatasi banjir adalah penggalian lubang dengan teknik. Teknologi ini dikemukakan oleh Kamir R. Brata. Sebagai penemu, ia meneliti mengenai sejak mendalami bidang studi Soil Physics di University of Western Australia mulai tahun 1992. Awalnya, istilah yang dipakai untuk adalah mulsa vertikal (vertical mulch). Beberapa penelitian yang dilakukannya antara lain: pada tahun 1993 berjudul Pemanfaatan Sisa Tanaman Sebagai Mulsa Vertikal dalam Usaha Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga ; tahun 1994 Efektivitas Mulsa Vertikal dalam Pengendalian Aliran Permukaan, Erosi, dan Kehilangan Unsur Hara Pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga ; dan tahun 1995 Penggunaan Cacing Tanah Untuk Peningkatan Efektivitas Mulsa Vertikal Sebagai Tindakan Konservasi Tanah dan Air Terpadu pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga. Berdasarkan temuannya, mulsa vertikal yang semula digunakan terutama untuk penyehatan pohon dan tumbuhan lain, bertambah manfaatnya untuk penyerapan air, kesehatan tanah, dan penanganan limbah organik.[1] Pembuatan dapat dilakukan dengan ketersediaan tanah yang tidak terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir ini sangat cocok diterapkan di wilayah perkotaan yang tanahnya penuh gedung, mengakibatkan penyerapan air ke tanah di musim hujan sangat terbatas. Dengan menggunakan melalui pemanfaatan lubang kecil dan sampah organic, maka wilayah perkotaan yang terlihat kering dan gersang diharapkan akan berubah menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Disamping itu, sampah organik yang tersimpan didalam lubang, dapat dijadikan sebagai sumber penghasil kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.[2] Terdapat dua jenis, yaitu alam dan buatan. Biopori alam merupakan lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme yang hidup dalam tanah seperti cacing, rayap atau pergerakan akar-akar tanaman yang dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, akan tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut sehingga bisa menjadi air tanah. Namun, karena lahan terbuka di bumi sudah sangat berkurang, maka yang terbentuk secara alami pun semakin berkurang. [3] Gambar 1. Foto Lubang Biopori Alam Biopori buatan mengadopsi teknologi alami dengan kawasan/lahan sempit. Biopori buatan yang selanjutnya disebut lubang resapan adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang dibuat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut. Rongga-rongga () ini menjadi saluran bagi air untuk meresap ke dalam tanah. [3] Dengan membuat, bersama tanah dapat berfungsi sebagai penyerap air lebih cepat. Lubang resapan akan memicu munculnya secara alami di dalam tanah. Prinsip kerja lubang peresapan sangat sederhana. Gambar 2. Biopori Buatan Lubang resapan buatan ini merupakan teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang ini mampu meningkatkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurangi risiko banjir C - 8

akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah. III. TARGET DAN LUARAN Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di musim hujan. Luaran dan manfaat yang dapat diperoleh pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah : Bagi sekolah, meningkatkan kesadaran warga sekolah secara khusus dan masyarakat pada umumnya untuk menjaga kebersihan lingkungan serta menggunakan teknologi baru yang bermanfaat dalam menjaga/mencegah/mengurangi banjir di lingkungan sekolah. Bagi siswa sekolah dasar, mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya menjaga lingkungan, dan penggunaan teknologi bipori untuk pencegahan/mengurangi banjir di lingkungan. Dalam mengurangi permasalahan banjir di Sekolah Dasar SDN 07 dan SDN 13 adalah melaksanakan sistem terpadu dengan menekankan pada keterlibatan masyarakat lingkungan sekolah dan murid murid dalam kebersihan lingkungan dan pemanfaatan Teknologi Bipori untuk mencegah/mengurangi banjir dengan menyerap air-air yang tergenang langsung ke dalam tanah. Target luaran dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1. TABEL I PERMASALAHAN, PEMECAHAN, LUARAN SERTA INDIKATOR KEBERHASILAN Permasalah- Pemecahan Luaran Indikator an 1. Banjir di lingkunga n sekolah Dasar di Cawang Jakarta Timur 2. Sampah yang di hasilkan masyarak at, sampah daundaun pohon 1. Pembuatan Lubang Biopori, menjadi sesapan air kedalaman 80 cm, diameter 20 cm 2. Pengumpula n sampah daundaunan 3. Pengumpula n sampahsampah sekolah Resepan Lubang Air ( ) Keberhasilan 1. Tidak banjir 2. Tanaman menjadi subur di sekitar Lubang Biopori 3. Kebersihan Lingkungan 4. Muridmurid tidak terkendala proses belajar di waktu musim hujan III. METODE PELAKSANAAN Menurut diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Indonesia dengan pihak mitra dari sekolah dasar SDN 07 dan SDN 13 Cawang, terdapat permasalahan-permasalahan yang terjadi lingkungan sekolah dasar di Cawang pada musim penghujan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah masalah sekolah terendam sehingga guru dan siswa tidak dapat mengikuti proses belajar mengaja. Masalah yang paling krusial untuk ditangani adalah tergenangnya banjir di musim penghujan, tetapi memakan waktu lama airnya surut. Dengan demikian perlu dilakukan pemecahan dengan luaran yang diharapkan adalah bebas dari genangan air atau banjir. Berdasarkan hal tersebut, sebagai langkah awal dilakukan kegiatan survei oleh Unit Mahasiswa Pencinta Lingkungan dari Fakultas Ekonomi (PALAMA) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BIOLOGI. Dilakukan analisa masalah dan diambil kesimpulan perlu digunakan teknologi untuk mengatasi banjir yang dialami oleh mitra. Keputusan menggunakan teknologi ini untuk menyerap air-air tergenang di lingkungan sekolah mitra, sehingga ketika terjadi hujan air langsung terserap ke dalam tanah. Penerapan Metode yang dilaksanakan pada Program Pengabdian Masyarakat ini adalah dengan transfer pengetahuan melalui pelatihan bagaimana cara membuat lubang resapan dan bagaimana melakukan perawatan lubang resapan. Pengabdian Masyarakat ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu (1) Persiapan, (2) Pelaksanaan dan (3) Perawatan, dan (4) Evaluasi Hasil. Berikut tabel tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan dan luaran yang diharapkan akan dihasilkan. TABEL II TAHAP-TAHAP KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI Rincian Luaran yang Diharapkan Pertama Kedua Persiapan Pelaksanaan Pembuatan MoU Rencana Waktu dan Pembuatan alat Pelatihan bagi Mahasiswa yang Ikut Serta Pembukaan Pelaksanaan Pelatihan dan penyuluhan teknologi dan penanamann ya kepada mitra Pelaksanaa kegiatan penanaman Tersedianya alat yang siap ditanam Tersedianya alat-alat untuk menanam Kesiapan tenaga dan pengetahuan dan para mahasiswa pelaksana Mitra mengetahui manfaat, penggunaa n, dan penanaman dari Biopori telah tertanam di lubanglubang yang telah ditentukan. C - 9

Ketiga Keempat Anggaran Biaya Perawatan Evaluasi Rincian Tim dan sekolah mitra bersamasama memeriksa lubang bipori seminggu sekali. Perbaikan lubang yang rusak Pengisian daun-daunan jika lubang sudah kosong Mengevaluas i apakah mampu mengurangi genangan air/banjir. Membuat laporan dan paper Anggaran biaya pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Luaran yang Diharapkan Lubang yang tetap prima untuk berfungsi untuk menyerap airair tergenang. Laporan Hasil Paper untuk Jurnal TABEL III ANGGARAN BIAYA PROGRAM IBM No Komponen (Rp) Biaya yang Diusulkan (Rp) 1. Honorarium pelaksana dan 1.992.000 pembuat lubang 2. Bahan habis pakai dan peralatan 18.370.000 3. Pelaksanaan 6.250.000 4. Lain-lain : 4.050.000 Laporan, perjalanan dan seminar hasil, publikasi Jumlah 30.662.000 IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Untuk mengatasi tergenangnya banjir di musim penghujan dimana airnya lama surut, perlu dilakukan pemecahan masalah tersebut agar lingkungan SDN 07 Pagi dan SDN 13 Pagi terbebas dari banjir dan genangan air. Universitas Kristen Indonesia memiliki tim dan dana untuk melakukan kegiatan tersebut, yaitu dosen bersama dengan Unit Mahasiswa Pencinta Lingkungan dari Fakultas Ekonomi PALAMA dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BIOLOGI. Tim melakukan analisa masalah dan membuat pipa-pipa dari paralon untuk digunakan teknologi sebagai lubang. VI. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Pada tahap persiapan meliputi pembuatan MoU, Rencana Waktu dan, pembuatan alat, pelatihan bagi mahasiswa yang ikut serta. Berikut alat dan prosedur kerja dari bipori : 1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang di perlukan kami dalam membuat Lubang resapan ini adalah: Pipa paralon sebanyak 100 dengan ukuran 35 cm/paralon dan dengan diameter 3 inch. Dob (penutup pipa paralon yang berlubang sesuai dengan pipa paralon dan berjumlah 100 buah). Bor Sampah organik 2. Prosedur Kerja Proses pembuatan lubang resapan ini cukup sederhana yaitu dengan membuat lubang dengan menggunakan bor sampai kedalaman sekitar 80-100 cm dengan diameter 10-20 cm. Setelah lubang terbentuk masukkan pipa paralon sepanjang 35 cm kedalam lubang tadi. Setelah itu masukkan sampah organik kedalam lubang yang sudah terbentuk tadi. Lalu tutup lubang tersebut dengan dob kemudian tutup daerah sekitar pipa tadi dengan tanah. pelaksanaan didahului dengan pembukaan. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan penyuluhan teknologi dan penanamannya kepada mitra. Seluruh kegiatan penanaman dilaksanakan bersama-sama dengan mitra. Luaran yang didapat adalah mitra mengetahui manfaat, penggunaan, dan penanaman dari dan telah tertanam di lubang-lubang dengan baik di tempat yang telah ditentukan. Setelah kegiatan pembatan lubang resapan, dilanjutkan dengan memelihara lubang resapan yang telah dibuat agar dapat berfungsi secara optimal. Cara pemeliharan yang baik yaitu dengan selalu mengisi lubang resapan dengan sampah organik. Setelah dua minggu, sampah organik dapat diambil sebagai kompos, sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah tempat pembuatan lubang resapan. Untuk tanah lempung agak lebih lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan bor. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, maka lubang resapan harus tetap dipantau supaya terisi sampah organik. Pemeliharaan ini juga dilakukan dan diawasi oleh C - 10

mahasiswa setiap bulan. Setelah itu dilakukan evaluasi apakah mampu mengurangi genangan air/banjir. Partisipasi mitra dalam bekerjasama menjaga lingkungan sekolah terhadap genangan air adalah : Bersama-sama membuat lubang dan memasukkan alat Siswa-siswi sekolah dasar ikut diberi pengetahuan mengenai menjaga kebersihan lingkungan, dan pengenalan pembuatan. Petugas khusus sekolah ikut merawat lubang bipori bersama dengan tim evaluasi/pendampingan perawatan. Dengan demikian jika kerjasama Pengabdian kepada Mayarakat berakhir, pihak sekolah tinggal meneruskan perawan tersebut dan lubang bipori tetap berfungsi dengan baik. Gambar 4. Pelaksanaan Penanaman Lubang Biopori Lokasi Gambar 3. Lokasi VII. KESIMPULAN DAN SARAN PKM yang dilakukan bermaanfaat buat masyarakat, pihak mitra sekolah dasar, universitas, dan dosen. Khusus untuk UKI, merupakan salah satu sarana membuat citra universitas ke arah yang positif di mata masyarakat sekitarnya. Kordinasi dan detail aktifitas dalam pembuatan pipa dan kegiatan penanamannya, perlu menggunakan waktu yang terjadwal secara efektif dan efesien, sehingga kegiatan ini bermanfaat bagi semua peserta. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia (LPPKM) dan Fakultas Ekonomi UKI (FE-UKI) atas dukungan dan penyediaan dana untuk kegiatan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prodi Manajemen dan Biologi serta Unit Pencinta Alam (PALAMA) yang bekerjasama dalam pembuatan bahan-bahan dan pelaksanaan kegiatan DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. id.wikipedia.org/wiki/biopori. Diakses 26 Juli 2017. [2] Admin website Hubungan Alumni Institut Pertanian Bogor, 4 Oktober 2013. Kamir R. Brata: Penemu Lubang Resapan Biopori. http://www. Hubunganalumni.ipb.ac.id/kamir-r-brata-penemu-lubangresapan-/. Diakses 26 Juli 2017. [3] Karuniastuti, Nurhenu, 2014, Teknologi Biopori untuk Mengurangi Banjir dan Tumpukan Sampah Organik, Forum Teknologi Vol.04 No.2. C - 11

LAMPIRAN Surat Pernyataan dari Kesediaan Bekerja Sama dari Mitra C - 12