BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuni Gantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan itu berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut, ada tiga jalur pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan teretentu, yang harus ditempuh atau dilalui masyarakat selaku peserta didik, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, ketiganya harus saling melengkapi satu sama lain, agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai sepenuhnya. Pemerintah menciptakan sistem pengelolaan pendidikan melalui berbagai lembaga pendidikan formal yang disebut juga sekolah, namun sekolah hanyalah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dari keluarga. Dengan kata lain, tidak hanya pendidikan formal dan nonformal saja yang harus diperhatikan, namun pendidikan keluarga atau informal harus diperhatikan juga karena sama pentingnya dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang optimal. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk atas dasar komitmen untuk mewujudkan fungsi keluarga khususnya fungsi sosial dan fungsi pendidikan. Keluarga telah menjadi suatu lembaga pendidikan yang legal dan diakui oleh sistem perundang-undangan di Indonesia. Keluarga, khususnya orang tua memiliki

2 kewajiban, sebagaimana yang tercantum pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (Pasal 7), yaitu bahwasannya setiap orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Memberikan pendidikan dasar kepada anak merupakan tanggung jawab utama bagi orang tua. Tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa dalam mengasuh, membimbing atau mendidik anak adalah sesuatu yang alamiah, tidak perlu ada ilmu atau teori-teorinya secara mutlak. Seharusnya ketika seseorang menjadi orang tua, ia sudah siap dengan berbagai ilmu mengenai cara mendidik dan mengasuh anak, sehinggga nantinya anak tersebut dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan kehidupan. Peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak tetap penting dan tidak dapat tergantikan, sekalipun anak sudah dimasukkan ke dalam lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Dalam menghadapi kehidupan masyarakat yang makin global dan kompleks, peranan keluarga sangat diperlukan, karena apabila sejak awal kehidupan keluarga sudah dibina dengan baik dan harmonis, maka kehidupan yang terjadi dalam masyarakat akan menjadi baik pula. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2001: 55) bahwa upaya pembinaan keluarga yang baik itu tergantung pada kearifan para anggota keluarga yang dewasa, terutama para orang tua, dan upaya yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Dapat dikatakan pula bahwa, keluarga merupakan unit pratama dan utama dalam mendidik dan membimbing anak, khususnya anak usia dini (0-6 tahun), karena pada usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, maka dari itu usia dini seringkali disebut sebagai usia emas (golden age).

3 Melihat begitu pentingnya dan utamanya peran keluarga bagi pendidikan anak, perlu ada suatu wadah untuk peningkatan dan pemberdayaan keluarga yaitu melalui program pendidikan keorangtuaan, atau yang biasa dikenal dengan program parenting. Program tersebut ditujukan bagi keluarga, khususnya bagi para orang tua yang anaknya mendapatkan pelayanan di lembaga pendidikan. Program parenting dapat diselenggarakan di berbagai lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti lembaga PAUD, lembaga PKBM, lembaga kursus, lembaga bimbingan belajar dan sekolah-sekolah formal lainnya. Program parenting merupakan program yang diberikan kepada orang tua untuk memberikan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak agar orang tua dalam mengasuh anak-anaknya sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya dan dapat memberikan pengasuhan yang baik dan benar. Program ini dibentuk untuk mengkolaborasikan dan menyesuaikan pengasuhan antara keluarga dan pendidik di lembaga pendidikan. Dalam Juknis Orientasi Teknis Parenting tahun 2011, dijelaskan bahwa program parenting adalah program dukungan yang ditunjukan kepada para orang tua atau anggota keluarga yang lain agar semakin memiliki kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan pendidikan dalam hal mengasuh, merawat, melindungi, dan mendidik anaknya di rumah sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Dengan diadakannya program parenting ini diharapkan orang tua dapat memahami dan dengan sukarela ikut terlibat (berpartisipasi) dalam kegiatan yang akan membantunya dalam memperoleh pemahaman untuk mendidik anak di lingkungan rumah yang bersinergi dengan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan. Program ini dibentuk karena pada kenyataannya masih banyak orang tua yang belum memahami betapa pentingnya keluarga bagi pendidikan anak. Mereka menganggap anaknya sudah cukup mendapatkan pendidikan hanya dengan dimasukkan ke dalam lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Seringkali orang tua menaruh harapan yang sangat besar kepada lembaga pendidikan sehingga berapa pun biaya akan dikeluarkan demi pendidikan anak mereka. Pola pikir orang tua yang beranggapan bahwa tanggung jawab pendidikan adalah sepenuhnya tanggung jawab suatu lembaga pendidikan merupakan suatu kekeliruan yang harus segera diluruskan, agar tanggung jawab tinggi muncul dalam keluarga sehingga keluarga dapat menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas. Hal

4 ini sejalan dengan pemaparan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 di atas, yang menyatakan bahwa keluarga menjadi salah satu lembaga pendidikan informal yang diakui dan dilindungi oleh negara. Selain itu diperlukan kerja sama antara keluarga dengan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, agar terjadi kontinuitas antara pengasuhan dan pendidikan anak yang diberikan di rumah dengan di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Untuk meningkatkan peran keluarga dalam pendidikan anak, diperlukan suatu wadah untuk meningkatkan dan memberdayakan program parenting, agar program yang diselenggarakan dapat berjalan optimal, sesuai dengan tujuan yang diharapkan, esensi kegiatan dapat tersampaikan dengan baik kepada keluarga, dan yang paling utama adalah pendidikan pada anak dapat berjalan secara holistik dan integratif. Kendatipun pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan mengenai pentingnya program parenting, namun tetap saja kenyataannya, mayoritas orang tua masih bersikap acuh tak acuh terhadap berbagai program parenting yang diadakan di setiap lembaga pendidikan formal maupun non formal. Saat ini, banyak fakta yang menyebutkan bahwa program parenting yang kini tengah berlangsung di masyarakat belum berjalan sesuai dengan prosedur pelaksanaan program parenting yang ditetapkan. Sebagai contoh, pengalaman penulis ketika melakukan praktek mengadakan program parenting mengenai membangun kelekatan (attachment) yang baik dengan anak, di Kelompok Bermain Laboratorium PG-PAUD UPI, jumlah orang tua yang hadir hanya 4 orang, dari jumlah keseluruhan peserta didik 7 orang. Alasan ketidakhadiran orang tua dalam program parenting tersebut beragam, mulai dari alasan kesibukan pekerjaan di kantor yang tidak dapat ditinggalkan, sampai pada alasan ada urusan pribadi yang tidak kalah pentingnya. Selain itu fakta lain di lapangan juga menyebutkan bahwa program parenting yang ada saat ini belum berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu contoh adalah kesulitan yang dihadapi salah satu lembaga PAUD, Kober dan TK Padu Al-Kautsar Serang-Banten, yaitu kesibukan pekerjaan para orang tua peserta didik membuat pihak lembaga sulit melaksanakan program parenting dengan jumlah kehadiran orang tua mencapai 70%. Dengan kata lain, partisipasi orang tua dalam menghadiri program parenting saat ini masih terbilang minim. Salah satu minimnya partisipasi orang tua dalam suatu program parenting dapat dilihat dari kasus di atas, yaitu dilihat dari jumlah presensi orang tua yang dapat hadir

5 dalam kegiatan tersebut, namun tingkat partisipasi tidak cukup hanya diukur dari jumlah kehadiran saja, karena kehadiran hanya termasuk ke dalam secara fisik, dan belum mencakup kedalam keterlibatan secara mental dan emosional. Dengan kata lain, partisipasi itu merupakan kontribusi seseorang yang dilibatkan secara aktif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk membantu mencapai tujuan program yang telah ditetapkan. Pernyataan di atas sesuai dengan definisi partisipasi yang dikemukakan oleh Kafler, yaitu sebagai berikut; Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang mencurahkan fisik maupun mental dan emosional, yang dimaksud dengan partisipasi fisik adalah partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi mental dan emosional adalah partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lain yang menunjang apa yang diharapkan (Subastian, 2012: 6). Apabila dihubungkan dengan definisi partisipasi dari Kafler diatas, maka partisipasi orang tua dalam program parenting merupakan keikutsertaan orang tua dalam kegiatan parenting yang mencurahkan fisik (kehadiran) maupun mental dan emosional (saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan program parenting). Dari definisi tersebut, maka dapat dilihat bahwa partisipasi orang tua dalam suatu program parenting bukan hanya sekedar datang menghadiri kegiatan tersebut, namun dengan adanya keterlibatan dan keikutsertaan bermakna dari orang tua membuat tingkat partisipasi menjadi lebih optimal. Partisipasi orang tua dalam suatu program parenting sangat penting diketahui, untuk dapat mengukur sejauh mana keberhasilan program parenting yang diselenggarakan. Apabila orang tua peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tidak dapat sama sekali berpartisipasi dalam program parenting maka akan terjadi ketidaksesuaian pengasuhan antara pendidik di lembaga pendidikan dengan pengasuhan orang tua di rumah. Salah satu alasan diadakannya program parenting adalah agar terjadi kesinambungan pengasuhan antara keluarga dengan pendidik sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam hal ini, kesinambungan pengasuhan dapat pula dikatakan sebagai konsistensi keluarga dan pendidik dalam mengasuh dan mendidik anak. Selain itu ketika partisipasi orang tua dalam program parenting tidak optimal, atau dengan kata lain bentuk partisipasinya hanya sekedar menghadiri kegiatan saja, tidak berpartisipasi memberikan saran, pendapat, dan kritik yang membangun serta

6 dapat mendukung tercapainya tujuan program yang telah direncanakan, maka dapat dikatakan bahwa program parenting yang diadakan menjadi sia-sia, tidak bermakna dan berdampak positif pada diri keluarga yang mengikutinya. Seperti pada hasil temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vera Permana Sari (2012), dengan skripsinya yang berjudul Upaya Tutor dalam Meningkatkan Pola Asuh yang Kreatif Bagi Orang Tua Melalui Program Parenting di Kober Bunda Ganesa Bandung, secara garis besar mendeskripsikan bahwa partisipasi orang tua turut mempengaruhi hasil atau dampak dari program parenting yang dilaksanakan di Kober Bunda Ganesa Bandung. Orang tua yang tidak dapat berpartisipasi atau datang pada kegiatan parenting, karena alasan kesibukan pekerjaan, membuat informasi mengenai pola asuh yang disampaikan oleh tutor tidak dapat diketahui secara menyeluruh oleh seluruh orang tua peserta didik. Sehingga dengan kata lain dampak dari program parenting yang diadakan di Kober Bunda Ganesa ini hanya dapat dirasakan oleh orang tua yang berpartisipasi di dalamnya, dan hanya orang tua yang ikut berpartisipasilah yang dapat menerapkan pola asuh yang kreatif dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Selain itu dalam kesimpulan penelitiannya, Vera Permana Sari menyatakan bahwa perlu dilibatkannya atau diikutsertakannya orang tua peserta didik dalam setiap proses perencanaan program parenting yang akan diselenggarakan, karena ketika orang tua dilibatkan secara langsung dalam proses perencanaan akan menimbulkan tanggung jwab dari dalam dirinya untuk berpartisipasi secara aktif terhadap program parenting tersebut. Sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan tingkat partisipasi orang tua dalam program parenting. Kemudian fakta empiris lainnya, penulis dapatkan dari hasil penelitian Lilis Kholilah (2012), seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Luar Sekolah-UPI. Skripsinya yang berjudul Partisipasi Orang Tua Warga Belajar dalam Program Pembuatan APE dari Bahan Daur Ulang di Kober Al-Amanah Desa/Keluarahan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, secara garis besar mendeskripsikan hasilnya sebagai berikut; pertama, hampir seluruh orang tua peserta didik Kober Al-Amanah diikutsertakan dalam kegiatan menyusun perencanaan program dan dalam proses pelaksanaan program, serta hanya sebagian orang tua yang melibatkan diri dalam pelaksanaan evaluasi program.

7 Kedua, motivasi orang tua untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam program pembuatan APE dari bahan daur ulang berdasarkan hasil penelitian disebabkan oleh kesadaran diri sendiri, keterpaksaan, dan faktor mengikuti teman dekatnya yang ingin datang. Ketiga, faktor penghambat timbulnya partisipasi berdasarkan hasil penelitian disebabkan oleh kurangnya keyakinan akan pentingnya program, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta merasa program tersebut bukan tanggung jawab dan tugas bersama. Keempat, faktor pendorong timbulnya partisipasi berdasarkan hasil penelitian adalah ditimbulkan atas proporsi keberhasilan dan proporsi nilai, yang dimaksud dengan proporsi keberhasilan adalah semakin positif respon yang diterima, maka semakin sering tindakan tersebut dilakukan, sedangkan proporsi nilai adalah semakin bermakna hasil yang diterima, maka semakin sering tindakan tersebut diulangi. Dengan demikian orang tua merasakan bahwa hasil yang diperoleh dalam mengikuti program membuat APE dari bahan daur ulang memiliki manfaat yang besar sehingga dapat berpengaruh terhadap motivasi untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam suatu kegiatan parenting. Selain itu hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa sebagian besar atau mayoritas motivasi partisipasi orang tua mengikuti program parenting tersebut adalah dikarenakan faktor ikut-ikutan, atau dengan kata lain mereka datang menghadiri karena mengikuti teman dekatnya yang datang, bukan berasal dari kesadaran diri sendiri dan kebutuhan pribadi akan program tersebut. Namun motivasi ekstern yang berasal dari mengikuti temannya tersebut, menjadi faktor pendorong timbulnya partisipasi orang tua, yang kemudian dapat menimbulkan dampak positif bagi penyelenggaraan program parenting yaitu Program Pembuatan APE dari Bahan Daur Ulang di Kober Al-Amanah. Dampak positif yang diperoleh para orang tua yang mengikuti pelatihan tersebut adalah mereka dapat mengetahui cara membuat alat permainan edukatif dari bahan daur ulang yang dikemas secara kreatif, sederhana, murah, aman, dan menarik bagi anak. Sedangkan dampak positif yang diperoleh lembaga PAUD yang menyelenggarakan (Kober Al-Amanah) adalah tersedianya APE daur ulang yang kreatif di lembaga dan dapat dipergunakan bagi warga belajar atau peserta didik di sana.

8 Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, diperoleh referensi empiris bahwa ada faktor pendorong dan faktor penghambat timbulnya partisipasi orang tua dalam suatu program parenting. Faktor pendorong dan faktor penghambat partisipasi dapat juga dikatakan sebagai motivasi seseorang untuk berpartisipasi. Permasalahannya adalah bagaimana cara mengoptimalkan faktor pendorongnya dan mencari solusi atas faktor penghambatnya, sehingga partisipasi orang tua dalam program parenting menjadi optimal dan tujuan program dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dilihat dari segi kompleksitas masalah, apabila permasalahan tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak yang dapat menghambat tercapainya keberhasilan suatu program parenting, karena seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi orang tua dalam suatu program parenting memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan program. Selain itu apabila partisipasi orang tua dalam program parenting tidak optimal, atau dengan kata lain tidak maksimal, maka akan membuat makna dan tujuan dari diadakannya program parenting tersebut menjadi tidak tersampaikan sepenuhnya. Temuan empiris selanjutnya, penulis dapatkan dari salah satu lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berlokasi di Kampung Lebak Cihideung- Lembang, Kabupaten Bandung Barat yaitu PKBM Mitra Insani. PKBM ini menyelenggarakan program PAUD Kelompok Bermain (Kober) bagi peserta didik dengan kelompok usia 3-4 tahun. Kober Mitra Insani memberikan pelayanan program parenting bagi para orang tua peserta didik. Program parenting yang telah diselenggarakan antara lain penyuluhan mengenai pola asuh orang tua, pelatihan membuat APE daur ulang (recycle), dan program parenting Mega Skill. Fakta yang ditemukan dari program parenting yang diselenggarakan adalah lebih besarnya partisipasi orang tua dalam kegiatan parenting yang sifatnya praktis seperti pelatihan membuat APE daur ulang (recycle), dibandingkan dengan kegiatan parenting yang sifatnya konseptual, seperti penyuluhan mengenai pola asuh. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mendalami lebih jauh seperti apa optimalisasi partisipasi orang tua dalam program parenting. Dengan adanya beberapa temuan empiris di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana suatu lembaga pendidikan dapat mengoptimalisasikan partisipasi orang tua dalam setiap program parenting yang diselenggarakan lembaga pendidikan tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah

9 partisipasi orang tua dalam program parenting tersebut optimal sehingga memberikan dampak atau pengaruh yang positif bagi orang tua yang menghadiri dan terlibat aktif didalamnya. Adapun penelitian ini dilakukan di lembaga PKBM Mitra Insani, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang menyelenggarakan program parenting. B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah Dari hasil observasi yang dilakukan penulis ke lembaga PKBM Mitra Insani, penulis mengidentifikasi fakta-fakta yang mendukung terhadap permasalahan yang diajukan penulis mengenai optimalisasi partisipasi orang tua dalam program parenting di PKBM Mitra Insani, yaitu: 1. Kondisi status sosial ekonomi orang tua peserta didik mempengaruhi partisipasi orang tua dalam setiap program parenting yang diselenggarakan PKBM Mitra Insani. Sebagai contoh, kesibukan pekerjaan orang tua menjadi salah satu alasan mengapa orang tua tidak dapat menghadiri program parenting yang diselenggarakan. 2. Program parenting yang lebih diminati oleh mayoritas orang tua di PKBM Mitra Insani adalah program yang sifatnya praktis dibandingkan dengan program yang sifatnya kontekstual. Hal ini dibuktikan dari jumlah kehadiran orang tua dalam kegiatan pelatihan seputar parenting, seperti pelatihan membuat APE daur ulang lebih banyak daripada jumlah kehadiran orang tua pada kegiatan penyuluhan mengenai pola asuh. 3. Persentase kehadiran orang tua dalam pelatihan membuat APE daur ulang yang diadakan pada tahun 2013 mencapai 80%, sedangkan persentase kehadiran pada penyuluhan mengenai pola asuh hanya mencapai 50% dari jumlah keseluruhan peserta didik. 4. Adanya perubahan sikap pada diri orang tua yang berpartisipasi pada program parenting yang diselenggarakan. Salah satunya adalah dengan diadakannya pelatihan membuat APE daur ulang, orang tua menjadi lebih terampil dalam mengkreasikan barang bekas menjadi alat permainan yang edukatif bagi anak.

10 Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan. Adapun rumusan masalah yang diambil penulis adalah sebagai berikut: Bagaimanakah optimalisasi partisipasi orang tua dalam program parenting yang diadakan di PKBM Mitra Insani? Mengacu pada rumusan masalah di atas dan agar penelitian ini lebih efektif dan tepat sasaran, maka penulis menyusun pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi yang digunakan pihak penyelenggara program untuk mengoptimalisasikan partisipasi orang tua dalam program parenting? 2. Bagaimana bentuk program yang digunakan pihak penyelenggara program untuk mengoptimalisasikan partisipasi orang tua dalam program parenting? 3. Bagaimana hasil yang diperoleh dengan adanya optimalisasi partisipasi orang tua dalam program parenting? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi yang digunakan pihak penyelenggara program untuk mengoptimalisasikan partisipasi orang tua dalam program parenting. 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk program yang digunakan pihak penyelenggara program untuk mengoptimalisasikan partisipasi orang tua dalam program parenting. 3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil yang diperoleh dengan adanya optimalisasi partisipasi orang tua dalam program parenting. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Dari tujuan penelitian di atas, maka adapun manfaat/signifikasi penelitian ini dilihat dari dua aspek yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat/signifikasi secara teoritis:

11 a. Memperoleh gambaran dan deskripsi mengenai faktor-faktor yang mendukung tercapainya optimalisasi partisipasi orang tua dalam suatu program parenting, yaitu dilihat dari segi pendekatan atau strategi, bentuk program, dan hasil yang diperoleh. b. Memberikan kontribusi dalam keilmuan pendidikan anak usia dini, khususnya mengenai penyelenggaraan program parenting yang dapat mencapai partisipasi orang tua yang optimal, sehingga dapat dijadikan referensi baru dalam penyelenggaraan parenting yang kreatif, inovatif, dan bermakna. 2. Manfaat/signifikasi secara praktis: a. Ditemukannya strategi yang dapat digunakan berbagai pihak penyelenggara program parenting untuk mengoptimalisasikan partisipasi orang tua, sehingga program parenting yang diselenggarakan benar-benar bermakna. b. Ditemukannya cara yang dapat digunakan berbagai pihak penyelenggara program parenting untuk mengoptimalkan faktor pendorong partisipasi dan ditemukannya solusi atas faktor penghambat partisipasi orang tua dalam setiap program parenting. c. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi pihak yang berminat untuk meneliti lebih lanjut terhadap aspek yang sama dengan kajian yang berbeda. E. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi skripsi pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan skripsi, yang meliputi: 1. Latar belakang penelitian, menjelaskan alasan mengapa masalah ini diteliti, alasan rasional penelitian berdasarkan fakta-fakta dan data-data penelitian sebelumnya. 2. Identifikasi dan perumusan masalah, menjelaskan identifikasi variabel penelitian, rumusan masalah yang dikaitkan antara variabel satu dengan lainnya. 3. Tujuan penelitian, menjelaskan tentang keinginan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara operasional. 4. Manfaat penelitian, menjelaskan manfaat yang diharapkan muncul setelah penelitian dilaksanakan secara teoritis dan praktis. 5. Struktur organisasi skripsi, menjelaskan mengenai rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab mulai dari Bab I sebagai pendahuluan hingga Bab V sebagai bab terakhir yang berupa kesimpulan dan saran.

12 Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, yang meliputi: 1. Parenting, menjelaskan tentang pentingnya program parenting, dan menguraikan tentang konsep dasar lainnya yang meliputi; Pengertian Parenting, Unsur yang Terlibat dalam Program Parenting, Manfaat Parenting, Tujuan Parenting, Strategi dan Metode Penyelenggaraan Program Parenting, Bentuk Program Parenting, dan Manjemen Program Parenting. 2. Partisipasi, menjelaskan tentang konsep-konsep dasar partisipasi yang meliputi; Pengertian Partisipasi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Partisipasi, Faktor-faktor Penghambat Timbulnya Partisipasi, Tipologi Partisipasi, Tahap-tahap Partisipasi, dan Tingkat Kesukarelaan Partisipasi. Bab III Metode Penelitian, menjelaskan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian dengan berbagai komponen, yang meliputi: 1. Lokasi dan subyek penelitian 2. Desain penelitian 3. Metode penelitian 4. Definisi operasional 5. Instrumen penelitian 6. Proses pengembangan instrumen 7. Teknik pengumpulan data 8. Analisis data Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menjelaskan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, serta berisi tentang pembahasan dan analisis temuan. didalamnya. Bab ini juga merupakan inti dari penelitian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang melatarbelakangi penelitian beserta analisis data yang sesuai dengan metode penelitian, yang meliputi dua komponen utama yaitu analisis data dan pembahasan. Adapun struktur yang lebih rincinya adalah sebagai berikut: 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2. Profil PKBM Mitra Insani 3. Deskripsi Hasil Penelitian 4. Pembahasan Hasil Penelitian

13 Bab V Kesimpulan dan Saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan penelitian serta rekomendasi pada pihak-pihak yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan. Isi bab ini meliputi: 1. Kesimpulan 2. Saran