BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatan mutu kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

I. PENDAHULUAN. akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World. Singapura sudah sangat baiksebesar 6 per KH.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. ditangani adalah tinggi nya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak masih merupakan masalah di beberapa negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibudan Anak (KIA)merupakan masalah kesehatan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. meninggal saat hamil dan bersalin setiap tahunnya. Di Amerika Utara 1:6 wanita

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, lebih dari 529.000 wanita di dunia meninggal setiap tahunnya akibat persalinan, dan hal ini 99% terjadi di negara miskin dan berkembang. Angka kematian ibu bersalin berbeda-beda di berbagai wilayah dunia, wanita di Asia Selatan dan Afrika ternyata mempunyai resiko kematian akibat bersalin tertinggi di dunia. Diantara Negara-negara Asia yang mempunyai resiko kematian ibu tertinggi di dunia adalah Banglades dan India. Kematian ibu bersalin di Banglades adalah 600 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di India mencapai 874 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2005). Berdasarkan laporan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2005, mengenai angka kematian ibu bersalin dari 320 wanita usia produktif tercatat 38 kematian maternal. Masalah utama ibu bersalin dipengaruhi oleh faktor demografi, status kesehatan ibu, perilaku dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Laporan MDGs juga menyatakan bahwa proporsi kematian dari 38 kasus kematian maternal, 29% terjadi saat hamil, 45% pada saat persalinan, dan 26% pada masa nifas. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kematian ibu saat persalinan lebih besar. Selain itu menurut laporan MDGs Tahun 2005, proporsi kematian ibu bersalin di pedesaan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan perkotaan. Hal ini terjadi ketika tenaga 1

2 penolong persalinan adalah dari tenaga non kesehatan dan tenaga profesional khususnya bidan. Lebih jauh mengenai data tersebut, khususnya mengenai pertolongan persalinan di pedesaan diketahui sebanyak 31,2% ibu untuk pertolongan awal persalinan meminta pertolongan tenaga non kesehatan, sisanya 68,8% ibu meminta pertolongan tenaga kesehatan. Diantara ibu-ibu yang meminta pertolongan dari tenaga non kesehatan, kebanyakan meminta pertolongan dari dukun atau dibantu oleh sanak keluarga. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005, angka kematian ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 18.000 ibu meninggal per tahun yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Kasus ini jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah masih jauh dari yang diharapkan yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu secara langsung adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan yang dikenal dengan Trias Klasik yaitu pendarahan menjadi penyebab terbanyak eklampsia dan infeksi. Berdasarkan penolong dalam persalinan, kematian ibu terbanyak diakibatkan oleh karena meminta pertolongan dengan dukun (67,9%), bidan (21,0%), dokter (6,8%), keluarga (2,5%), dan tenaga medis lainnya (1,8%) (Depkes RI, 2005). Berdasarkan keadaan tersebut maka upaya pelayanan kesehatan ibu bersalin oleh tenaga kesehatan terutama bidan menjadi suatu program penting dalam pembangunan kesehatan secara menyeluruh (Depkes RI, 2005). Program ini merupakan bagian integral dari konsep pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 (Depkes RI, 2006).

3 Salah satu upaya Pemerintah untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan adalah dengan kebijakan untuk mengangkat bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) melalui Keppres No. 23/1994. Surat Edaran Direktur Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.429/Binkesmas/DJ/BM/BKK/1994, juga ditetapkan untuk menerangkan mengenai tugas pokok bidan PTT di desa. Tugas tersebut adalah melaksanakan dan mengelola program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pelayanan yang diberikan diantaranya adalah kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Termasuk di dalam tugas ini juga sebagai pendorong untuk meningkatkan dukun bayi dan kader (Depkes. RI, 1997). Angka Kematian Ibu bersalin di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) masih tinggi yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Pertolongan persalinan belum mencapai target standar pelayanan minimal yaitu cakupan 90% yang harus dilakukan oleh bidan. Berdasarkan data di Provinsi NAD, secara umum sebanyak 71,6% pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan, 21,2% dilakukan oleh dukun bayi, 6,4% oleh dokter, dan 0,8% oleh tenaga kesehatan lainnya. (Dinkes Prov. NAD, 2005). Salah satu Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam yang masih tinggi angka kematian ibu bersalinnya adalah di Kabupaten Bireuen. Pata tahun 2007 angka kematian ibu bersalin di Kabupaten menempati urutan ke 15 dari 23 kabupaten lainnya yaitu 35 per 100.000 kelahiran hidup. Cakupan persalinan di Kabupaten ini dilakukan oleh bidan desa sebanyak 44,4%, dukun bayi 38,4%, dokter 16,9%, sedangkan oleh tenaga kesehatan lainnya 0,3% (Dinkes RI, 2006).

4 Pada Kabupaten Bireuen terdapat satu kecamatan dengan angka kematian ibu bersalin tertinggi yaitu kecamatan Peudada. Berdasarkan profil Puskesmas (2007), dari 454 orang pertolongan persalinan, diketahui 50,6% ditolong oleh dukun bayi, 42,0% bidan, 4,3% dokter dan 3,1% ditolong oleh tenaga medis lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertolongan oleh dukun bayi merupakan pertolongan terbanyak di Kecamatan Peudada, sehingga berpotensi untuk terjadinya kematian ibu bersalin, hal ini juga dibuktikan dengan data kematian ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Peudada tahun 2007, bahwa 8 kematian ibu bersalin, 3 diantaranya adalah akibat terlambatnya dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan setelah bersalin ditempat praktek dukun bayi, 4 akibat pendarahan dan 1 lagi terlambat mendapat pertolongan. Sebenarnya, di Kecamatan Peudada di Kabupaten Bireuen selalu terdapat 1 orang bidan untuk 1 desa (terdapat 52 desa), akan tetapi hanya ada 8 orang bidan saja yang menetap di desa, seharusnya semua bidan menetap didesa sesuai dengan SK yang telah ditetapkan. Dibandingkan dengan jumlah dukun bayi, lebih sedikit yaitu 22 orang saja, tetapi dukun bayi lebih siaga dalam membantu kelahiran. Berbagai faktor lain diperkirakan menjadi penyebab rendahnya pemanfaatan bidan di kecamatan ini, tingginya animo ibu hamil dan bersalin untuk memilih dukun bayi, dari pada bidan desa dapat disebabkan karena umur bidan desa yang dianggap relatif masih muda yaitu rata-rata berumur 27 tahun (Registrasi KIA Kabupaten Bireuen, 2007). Menurut Green (1980) dalan Notoatmodjo (2003), kondisi ini merupakan masalah reinforcing factor, yaitu salah satu faktor dari ketiga faktor yang penting dalam menggambarkan perilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan.

5 Kegagalan tindakan petugas kesehatan atau bidan desa menunjukkan sikap dan perilaku yang menyakinkan akan menyebabkan ibu hamil dan bersalin memilih pelayanan di tempat yang lain. Berdasarkan penelitian Novi (2006) tentang bidan desa diketahui bahwa pengetahuan ibu juga sangat penting dalam peningkatan kesehatan ibu hamil dan bersalin. Tingkat pengetahuan ibu sangat penting dalam menjaga kesehatan diri terutama saat hamil. Tingkat pengetahuan ibu juga menentukan kemana ibu akan memeriksakan kehamilannya. Pengetahuan dan sikap ibu beserta kondisi ekonomi ibu menurut Green (1980) dalam Notoadmodjo (2003) adalah faktor kedua yaitu predisposing factor dari tiga faktor pencarian pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin. Faktor penting lain (yang ketiga) menurut Green (1980) adalah faktor pemungkin (enabling factor) yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi ibu bersalin, misalnya puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta. Untuk berperilaku sehat ibu hamil dan bersalin memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya pada saat pemeriksaan kehamilan dan persalinan. Ibu hamil yang mau memeriksa kehamilan atau bersalin tidak hanya sudah tahu harus dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan dan bersalin dengan tenaga kesehatan, melainkan ibu tersebut juga harus dengan mudah dapat memperoleh fasilitas atau tempat pemeriksaan kehamilan dan bersalin, misalnya puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Penelitian yang dilakukan Murni (2003) di puskesmas kabupaten Aceh Jaya, menunjukkan bahwa hanya 34,6% persalinan dibantu oleh bidan desa selebihnya dilakukan oleh tenaga non kesehatan. Hal ini disebabkan

6 karena bidan desa tidak tinggal didesa tempat mereka bertugas. Haris (2005), dengan judul penelitian analisis pelaksanaan tugas bidan desa sehubungan dengan penyelenggaraan program kesehatan ibu dan anak yang juga melaksanakan penelitian tentang bidan desa di Kabupaten Aceh Barat dengan alasan yang sama beliau mendapat hanya 35,6% persalinan dibantu oleh bidan desa. Dengan demikian dirasakan sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sangat berperan bagi ibu besalin dalam pemanfaatan bidan desa di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen sebagai usaha untuk menurunkan angka kematian ibu hamil dan bersalin. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara predisposing factor (faktor pendidikan, pengetahuan, sikap ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor (ketersediaan sarana dan prasarana) dan reinforcing factor (faktor tindakan petugas kesehatan, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama) dalam pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis hubungan predisposing factor (faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor (ketersediaan sarana dan prasara), dan reinforcing factor (faktor tindakan petugas

7 kesehatan, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama) dengan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan bersalin di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. 1.4. Hipotesis Terdapat hubungan antara predisposing factor (faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, ekonomi dan nilai-nilai kepercayaan), enabling factor (faktor sarana dan prasarana) dan reinforcing factor (faktor tindakan petugas, tindakan tokoh masyarakat dan tokoh agama) dengan pemanfaatan bidan desa oleh ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen tahun 2007. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan ibu bersalin 2. Sebagai masukan bagi puskesmas untuk membantu bidan-bidan di wilayah kerjanya dalam memberikan pelayanan Kesehatan masyarakat khususnya ibu bersalin. 3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan oleh bidan terhadap ibu bersalin.