PENGARUH KONSENTRASI Cu TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al Cu PADA PROSES PEMBEKUAN SEARAH (UNIDIRECTIONAL SOLIDIFICATION)

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Konsentrasi Cu Terhadap Sifat Mekanis Paduan

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH KONSENTRASI Cu PADA PROSES PEMBEKUAN Veronica SEARAH 1. TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al-Cu

PROSES PEMBEKUAN SEARAH PADA PRODUK COR PROPELER KUNINGAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

PENGARUH UNSUR ALUMINIUM DALAM KUNINGAN TERHADAP KEKERASAN, KEKUATAN TARIK, DAN STRUKTUR MIKRO

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENERAPAN MODEL SALURAN DAN CAWAN TUANG UNTUK MENGATASI CACAT POROSITAS PRODUK COR DI IKM BUDI JAYA LOGAM JUWANA KABUPATEN PATI

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR MIKRO PRODUK COR PROPELER KUNINGAN

Gugun Gumilar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Depok. Abstraksi

PENGUJIAN KEKERASAN DAN KOMPOSISI KIMIA PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn Bi

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH CHILLER PENDINGIN PADA KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

STUDI PENGARUH TEMPERATUR PEMASUKAN DAN PENARIKAN BATANG PENGADUK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR GLOBULAR PADA PROSES RHEOCASTING

PENGARUH CHILLER PENDINGIN PADA KEKERASAN PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENINGKATAN SIFAT MEKANIS ALUMINIUM BEKAS YANG DIDAUR ULANG MELALUI INOKULASI UNSUR TEMBAGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KAJIAN KOMPREHENSIF STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN TERHADAP PADUAN Al-7,1Si-1,5Cu HASIL PENGECORAN DENGAN METODE EVAPORATIVE

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

ANALISIS PENGARUH WAKTU PERLAKUKAN PANAS TERHADAP NILAI KEKERASAN KARBURASI BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

85%Cu-15%Zn % Cu - 30% Zn % Cu - 40% Zn

ISSN hal

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGANTAR MATERIAL TEKNIK

Perubahan Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Al-Mg-Si Akibat Variasi Temperatur Pemanasan. Disusun Oleh

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

C.15. Pengaruh Konsentrasi Cu terhadap sifat mekanis paduan AlCu (Sugeng Slamet dan Suyitno) PENGARUH KONSENTRASI Cu TERHADAP SIFAT MEKANIS PADUAN Al Cu PADA PROSES PEMBEKUAN SEARAH (UNIDIRECTIONAL SOLIDIFICATION) Sugeng Slamet *1), Suyitno 2) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada *) E-mail : sugeng_hanun@yahoo.co.id Abstrak Meningkatkan sifat mekanis bahan logam dapat ditempuh dengan beberapa cara, salah satunya adalah melalui rekayasa pembekuan searah (unidirectional solidification). Proses ini dilakukan dengan cara mengatur gradien temperatur sehingga terjadi laju pendinginan lambat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi Cu pada paduan Al-Cu terhadap sifat mekanis melalui pengujian tarik dan pengujian kekerasan. Material utama adalah Al- dengan paduan (2.2, 3.1, 4.4,dan 4.7 %Cu) dilebur pada temperatur 700-710 0 C menggunakan dapur listrik dengan media pendingin air. Pengujian spesimen dilakukan dengan membandingkan struktur mikro yang terbentuk pada masing-masing konsentrasi. Pengujian sifat mekanis dilakukan dengan membandingkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik pada material awal terhadap hasil pembekuan searah pada masing-masing konsentrasi Cu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur kolumnar terlihat lebih jelas pada konsentrasi 4,4 %Cu dan 4,7 %Cu, sedangkan pada konsentrasi 2,2 %Cu dan 3,1 %Cu sturktur kolumnar cenderung sulit terbentuk. Sifat mekanis bahan yang meliputi kekuatan tarik dan kekerasan bahan meningkat dari material awal untuk semua konsentrasi Cu. Al-4,4%Cu mempunyai kekuatan tarik dan kekerasan bahan lebih tinggi dibandingkan dengan Al-(2,2 ; 3,1 dan 4,7% Cu). Hal ini juga dipengaruhi oleh kelarutan unsur Magnesium dan Silikon yang ada dalam paduan. Kata kunci: pembekuan searah, kolumnar-dendrit, sifat mekanis PENDAHULUAN Perbaikan sifat mekanis suatu bahan dapat dilakukan melalui beberapa cara baik melalui perlakuan panas, pengerasan endapan maupun rekayasa pembekuan (Amstead, 1989). Metode pembekuan searah adalah proses untuk meningkatkan terbentuknya dendrite arm spacing dan menurunkan kekasaran butir terutama pada daerah hypoeutectic (Oakwood dkk, 2002) serta mengarahkan pertumbuhan butir menjadi searah dengan mengatur laju aliran kalor (Smith dkk,1967). Metode ini dapat meningkatkan sifat mekanis material dalam hal ketangguhan, kekuatan tarik dan kekuatan mulur (creep) (Axmann, 1983). Aluminium murni memiliki kekuatan dan sifat mekanis yang rendah, maka untuk memperbaiki sifat-sifat mekanisnya harus dipadu dengan unsur lainnya. Paduan Al-Cu mempunyai kelebihan antara lain ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, tahan terhadap retak, mampu mesin dan las, koefisien pemuaian yang kecil ( Saito dan Surdia,1992). Paduan Al-Cu digunakan untuk konstruksi keling, konstruksi badan pesawat terbang, impeller pompa dan sudu turbin. Untuk aplikasi dimana membutuhkan kemampuan yang tinggi untuk menahan beban aksial dan kekuatan mulur (creep) rendah sangat dibutuhkan orientasi butir searah (Robert, 2000). Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh komposisi Cu pada pembekuan searah terhadap struktur mikro dan kekerasan paduan Al-Cu. STUDI PUSTAKA Al-Cu adalah kombinasi dari logam aluminium yang mempunyai sifat ringan, tahan korosi, mudah dimesin, dengan tembaga yang mempunyai sifat penghantar listrik yang baik, keuletan yang tinggi dan juga sifat tahan korosi (Surdia dan Saito,1992). Paduan Al-Cu dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu hypoeutectic, eutectic dan hypereutectic. Pada paduan Al-Cu dengan komposisi tembaga < 33% disebut hypoeutectic. Titik eutectic pada paduan Al-Cu terdapat pada kandungan Cu sebesar 31,9 sampai 32,9%. Sedangkan kandungan tembaga >33,0% disebut hypereutectic (Murray, 1985). C.82 ISBN 978-602-99334-1-3

Diagram fase biner paduan Al-Cu ditunjukkan pada Gambar 1.1. Fase yang terjadi selama proses pembekuan dari ketiga golongan paduan Al-Cu dapat dijelaskan sebagai berikut: sebagai contoh pada paduan Al-Cu hypoeutectic dengan kandungan 5,7% Cu, dengan menurunkan temperatur dibawah garis liquidus maka fase yang terjadi adalah L + α dimana pada fase ini sudah mulai terbentuk pengintian dendrit aluminium. Ketika temperaturnya diturunkan lagi dibawah garis solidus (548 o C) maka semua fase cair akan berubah menjadi fase padat dan berujung dengan terbentuknya struktur berbentuk dendrit, fase yang terjadi pada kondisi ini adalah α + θ. Gambar 1.1 Diagram fase binary Al-Cu (Surdia dan Saito, 1992). Titik eutectic pada paduan Al-Cu terjadi pada temperatur 548 o C dengan kandungan tembaga 33,0%. Ketika temperatur diturunkan dibawah titik eutectic maka reaksi yang terjadi adalah L α + θ, dimana L adalah fase cair, α adalah fase aluminium dan θ adalah fase tembaga. Pada kondisi ini pengintian terjadi secara cepat dan menghasilkan struktur akhir berbentuk dendrit. Pada paduan Al-Cu dengan kandungan Cu >33,0% disebut hypereutectic. Ketika temperatur diturunkan dibawah garis liquidus maka fase yang terbentuk adalah L + θ, dimana pada fase ini sudah mulai terbentuk pengintian fase tembaga. Selanjutnya dengan menurunkan temperatur lebih rendah lagi sampai melewati garis solidus maka semua fase cair akan berubah menjadi fase padat dan berakhir dengan menghasilkan struktur dendrit α + θ. Proses pembekuan coran sebagaimana pada Gambar 1.2 dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, kemudian inti kristal tumbuh (Fleming,1974). Gambar 1.2 Struktur mikro logam pada cetakan ( Colton, 1992) Bentuk butir dan ukurannya sangat tergantung pada pertumbuhan butir selama proses pembekuan. Meski besar butir dinyatakan dalam ukuran diameter, sangat sedikit sekali butiran logam fasa tunggal yang bentuknya bulat. Bentuk butir lain adalah bentuk pipih, kolumnar dan dendritik (Van Vlack dan Sriati, 1983). Struktur selular terjadi melalui proses pendinginan superkomposisi dengan bentuk butir saling sejajar dan searah pertumbuhan kristal. Adanya gradien temperatur, menyebabkan bidang antar permukaan menjadi kurang stabil dan cenderung tumbuh kearah lain. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai akhirnya terbentuk sederetan struktur selular yang disebut juga struktur closed packed. Struktur Selular dendrite terjadi bila gradien temperatur berkurang dan luas daerah pendinginan superkomposisi semakin dominan, karakteristiknya akan berubah menjadi struktur dendrit. Bentuk selular dengan ujung semi-lingkaran akan berubah menjadi struktur dendrit dengan Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang C.83

C.15. Pengaruh Konsentrasi Cu terhadap sifat mekanis paduan AlCu (Sugeng Slamet dan Suyitno) ujung berbentuk piramid dan bahkan berbentuk kubah. Secara keseluruhan struktur selular dendrit membentuk cabang dari jaring-jaring yang saling berhubungan satu dan lainnya. Kolumnar-dendrit merupakan bentuk butir kristal yang menyerupai cabang pohon. Struktur kolumnar-dendrit ditunjukkan pada Gambar 1.3 Gambar 1.3 Struktur kolumnar dendrit ( Sindo Kou,1987) Struktur ini terjadi jika gradien temperatur pada permukaan coran besar, misalnya pada pengecoran dengan cetakan logam (Surdia dan Saito, 1992; Rusli, 1995). Sementara struktur equiaxed terjadi karena laju pendinginan yang sangat tinggi, sehingga mudah terjadi makro segregasi. Laju pembekuan sangat menentukan struktur butir yang terbentuk. Laju pembekuan antara 0,01-0,5 μm/detik didapatkan pertumbuhan butir kolumnar-dendrit dari dasar sepanjang 2 inci pada baja karbon rendah. Butiran dendrit semakin kasar dengan penambahan laju pembekuan (Smith dkk, 1967 ; Oakwood dkk, 2002 ; Amauri dkk, 2002). Penurunan laju pembekuan antara 0,03 0,2 μm/detik didapatkan bentuk butir primary dendrite arm spacing, secondary dendrite arm spacing, dendrite tipe radius dan mushy zone depth yang lebih jelas ( Gunduz dkk, 2001). Konsentrasi unsur pada paduan akan mempengaruhi pembentukan struktur butir dendrit. Pada paduan Al-Cu dengan variasi konsentasi, perubahan struktur dendrit mulai terjadi pada temperatur 973 K (Gunduz dkk, 2001). Konsentrasi Zn yang rendah (<30 % berat) pada paduan Al- Zn, lebih sulit terbentuk struktur butir dendrit pada daerah eutektik (Gonzales dan Rappaz, 2006). Pengaruh gradien temperatur (G) dan laju pembekuan (V) yang rendah pada masing-masing konsentrasi akan meningkatkan primary dendrite arm spacing (λ 1 ), secondary dendrite arm spacing (λ 2 ), dendrite tipe radius (R), dan mushy zone depth (d) (Kou, 1987; Gunduz dkk, 2001). Proses pembekuan searah meningkatkan sifat mekanis material seperti : kekerasan, kekuatan mulur, kekuatan bending dibandingkan dengan proses pengecoran konvensional (Smith dkk, 1967; Axmann, 1983; Piwonka, 1992; Kim, dkk, 2000). METODOLOGI PENELITIAN Al-4,7%Cu dalam bentuk ingot sebagai material dasar, untuk membuat beberapa variasi konsentrasi Cu dilakukan dengan menambahkan Al 99% dengan perbandingan berat. Tabel1. menunjukkan komposisi paduan Al-(2.2, 3.1, 4.4, 4.7%Cu) setelah dilakukan uji dengan spectrometer. Tabel 1. Komposisi kimia paduan (%) 0,1 0,2242 2,221 0,0089 0,0052 0,065 0,0147 0,0043 0,0008 0,002 0,0043 97,35 0,12 0,2866 3,189 0,0090 0,0063 0,0708 0,0150 0,0060 0,0014 0,0041 0,0079 96,28 0,46 0,0986 4,450 0,000 0,4978 0,0345 0,0026 0,0470 0,0003 0,0036 0,0081 94,39 0,12 0,1468 4,767 0,0135 0,0071 0,0868 0,0085 0,0082 0,0013 0,0039 0,0089 94,83 Proses untuk menurunkan komposisi sampai dengan menuang ke dalam cetakan dilakukan dengan menggunakan dapur peleburan konvensional dengan temperatur tuang 700 0 C. Proses C.84 ISBN 978-602-99334-1-3

pembekuan searah dilakukan dengan cara melebur kembali logam yang telah ada dalam cetakan dengan menggunakan dapur listrik sampai temperatur 700-710 0 C. Besarnya pengaruh komposisi yang ada pada paduan mulai terjadi pada temperatur tinggi yaitu 973 K (Gunduz dkk, 2001). Setelah itu cetakan diturunkan untuk melakukan proses pendinginan sampai batang chill masuk kedalam media air sepanjang 5 cm dan ditahan selama ± 10 menit. Gambar 1.4 dan 1.5 menunjukkan peralatan dan mekanisme pembekuan searah. Gambar 1.4 Peralatan pembekuan searah Gambar 1.5 Mekanisme Pembekuan searah Cetakan terbuat dari logam dengan diameter dalam 5 mm, diamater luar 6 mm dan panjang 100 mm. Untuk menghambat pembekuan dari arah samping digunakan tanah liat (clay) yang menyelimuti seluruh permukaan cetakan. Gambar 1.6 menunjukkan desain cetakan untuk pembekuan searah. Gambar 1.6. Cetakan pembekuan searah Pengujian kekerasan Brinell menggunakan indentor bola baja dengan diamater 2,5 mm dan beban 60 kg. Mesin yang digunakan untuk pengujian ini adalah Weinheim-Birkenau tipe 38505. Pengujian dilakukan pada lima titik yang berbeda mulai dari dasar cetakan ke atas pada spesimen potongan melintang sepanjang 60 mm dan tiga titik pada potongan membujur dengan diameter 5 mm, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.7. 1 2 3 4 5 3 5 mm 60 mm (a) 2 (b) 1 Gambar 1.7 Pengujian kekerasan (a) potongan membujur (b) potongan melintang Pengujian kekuatan tarik menggunakan Servopulser SHIMADZU tipe EHF-EB20. Spesimen uji tarik ini dibuat berdasarkan standar ASTM B 557M (ASTM, 2002) sebagaimana di tunjukkan pada Gambar 1.8. Beban maksimal yang diberikan pada spesimen sebesar 2000 kg. Gambar 1.8 Spesimen uji tarik (ASTM, 2002) Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang C.85

Kekuatan tarik (Mpa) Nilai kekerasan (BHN) Nilai kekerasan (BHN) C.15. Pengaruh Konsentrasi Cu terhadap sifat mekanis paduan AlCu (Sugeng Slamet dan Suyitno) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil nilai kekerasan yang dilakukan pada potongan membujur berdasar titik pengujian, menunjukkan terjadi penurunan nilai kekerasan dari pangkal hingga ke atas cetakan akibat makin cepatnya laju pendinginan. Paduan Al-4,4% Cu menurun nilai kekerasannya sebesar 7,73%, Al- 4,7% Cu menurun nilai kekerasannya 5,07%, sedangkan Al-3,1% dan 2,2 % Cu nilai kekerasannya relatif stabil dari dasar hingga atas cetakan. Gambar 1.9 menunjukkan hubungan antara titik pengujian dari pangkal ke atas cetakan terhadap nilai kekerasan paduan. 120 100 100 90 80 80 70 60 60 50 40 20 40 30 20 0 1 2 3 4 5 Titik pengujian 10 0 2,2 3,1 4,4 4,7 Konsentrasi Cu (% ) Al-4,7%Cu Al-4,4%Cu Al-3,1%Cu Al-2,2%Cu Material awal Hasil pembekuan searah Gambar 1.9 Nilai kekerasan Al-Cu dari pangkal hingga jarak 60 mm Gambar 1.10 Nilai kekerasan paduan Al- Cu arah membujur Nilai kekerasan hasil pembekuan searah yang dilakukan pada spesimen yang dipotong membujur sepanjang 60 mm ditunjukkan pada Gambar 1.10. Pada gambar tersebut memperlihatkan peningkatan kekerasan pada semua konsentrasi Cu. Material awal Al-4,4%Cu menunjukkan peningkatan nilai kekerasan yang relatif besar mencapai 58,24% dibanding Al-3,1%Cu, hal ini disebabkan adanya konsentrasi magnesium yang relatif besar sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Sedangkan nilai kekuatan tarik gambar 1.11 memperlihatkan dengan jelas hubungan antara konsentrasi Cu (%) dengan kekuatan tarik, dimana kekuatan tarik dari paduan berbanding lurus dengan nilai kekerasannya. Konsentrasi Cu akan meningkatkan kekuatan tarik paduan lebih tinggi dari kekuatan tarik material awalnya. Hasil pengujian tarik yang dilakukan menunjukkan bahwa struktur hasil pembekuan searah butir kolumnar-dendrit pada paduan Al-Cu akan meningkatkan kekuatan mekanis (Kim, dkk, 2000; Axmann, 1983). 250 200 150 100 50 0 2,2 3,1 4,4 4,7 Konsentrasi Cu(%) Material awal Hasil pembekuan searah Gambar 1.11 Hasil uji tarik paduan Al-Cu Struktur mikro patahan tarik Gambar 1.12 (a) dan (b) memperlihatkan terjadinya patahan tarik pada struktur mikro kolumnar dendrit. Paduan Al-(2,2 dan 3,1%Cu) terjadinya patahan akibat beban tarik disebabkan pengkasaran butir dan segregasi. Sementara patahan tarik paduan Al-(4,4 dan 4,7%Cu) terjadi pada daerah dimana adanya pengumpulan segregasi di sekitar butir kolumnar dendrit. C.86 ISBN 978-602-99334-1-3

a b c d Kolumnar dendrit Kolumnar dendrit 200 μm 200 μm 200 μm 200 μm Gambar 1.12 Bentuk patahan tarik pembekuan searah (a) 4,7%Cu, (b) 4,4%Cu, (c) 3,1%Cu, (d) 2,2%Cu. KESIMPULAN Konsentrasi Cu juga mempengaruhi sifat mekanis paduan. Proses pembekuan searah meningkatkan sifat mekanis paduan dari material awal pada semua variasi konsentrasi Cu. Paduan Al-4,4%Cu hasil pembekuan searah menunjukkan peningkatan kekerasan yang tinggi 85,41 BHN dan kekuatan tarik sebesar 179,28 MPa. Peningkatan kekerasan dan kekuatan tarik Al-4,4%Cu juga disebabkan adanya unsur magnesium dan silikon yang relatif besar. Penambahan konsentrasi 4,7%Cu menyebabkan peningkatan segregasi yang dapat menyebabkan penurunan sifat mekanisnya. DAFTAR PUSTAKA Amstead B.H. dkk, 1989, Teknologi Mekanik edisi 7, Erlangga, Jakarta, pp.156-157. Axmann.W, 1983, Dynamic Directional Solidification,Workshop RWTH Aachen,pp.71-95. Fleming,M.C, 1974, Solidification processing, Mc Graw-Hill Book Company, New York,pp.181-183. Gunduz.M and Cadirh.E,2001, Directional solidification of Aluminium-Copper alloys, Elsevier,pp.167-185. Murray J.L,1985, Binary Alloy Phase Diagrams,Int.Met.Rev.Trans. Metal.Soc.AIME. Oakwood T.G, Goodrich G.M,2002, Role of Gravity Forces on the Directional Solidification of Gray Cast Iron, American Foundry Society,USA,pp.1-17. Robert S.G, 2000, High Performance Alloys,Trans Tech Publications LTD,USA. Rappaz,Michel, Beckermann,C, dan Trivedi,R, 2004, Solidification Processes and Microstructures, TMS,USA,pp.225, Smith.L and Beeley P.R, 1967, Controlled directional solidification of steel, Leeds University,pp.330-333. Surdia dan Saito, S., 1992, Pengetahuan bahan teknik, P.T. Pradnya Paramitha, Jakarta. pp. 135. Sindo Kou,1987, Welding Metallurgy, John Wiley and Sons,Wisconsin,pp.129-140. Van Vlack. H, Lawrence, dan Djaprie, S,1983, Ilmu dan Teknologi Bahan,Erlangga,Jakarta pp.225-231 Prosiding SNST ke-3 Tahun 2012 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang C.87