1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai nasional terus memperlihatkan peningkatan yang semakin besar, sebagai akibat meningkatnya peruntukan kedelai untuk bahan pangan, pakan, maupun industri. Luas panen kedelai pada tahun 2011 dan 2012 mengalami penyusutan yaitu dari 622.254 hektar (ha) menjadi 567.264 ha (BPS, 2013). Produktivitas kedelai di Indonesia tahun 2011-2012 meningkat yaitu dari 1,37 hingga 1,49 ton/ha, tetapi terjadi penurunan produksi tahun 2011 dan 2012 dari 851.286 menjadi 843.153 ton atau sebesar 24,7 % menjadi 26,1 % dari kebutuhan kedelai nasional pada tahun yang sama sebesar 2,1 juta ton dan 2,2 juta ton (BPS, 2013). Kebutuhan kedelai nasional yang semakin meningkat merupakan indikasi bahwa pengguna kedelai semakin bertambah, oleh karenanya perlu peningkatan produksi maupun produktivitas. Peningkatan produksi kedelai dapat melalui cara ektensifikasi dan intensifikasi dan lebih efektif bila kedelai sesuai dengan pola tanam setempat. Umur panen merupakan komponen penting dalam pola tanam. Kedelai berumur panen genjah yang diikuti dengan produktivitas hasil tinggi berdampak luas terhadap perbaikan ekonomi mikro dan makro, antara lain peningkatan pendapatan petani dan penghematan devisa negara. Usaha tani kedelai dapat dilakukan di lahan kering tadah hujan dan di lahan sawah, namun keduanya menghadapi masalah kekurangan air pada waktu
2 tanaman memasuki fase pengisian polong yaitu akhir musim penghujan (MP), atau awal musim kemarau (MK I) atau musim kemarau kedua (MK II). Usaha tani kedelai pada lahan sawah pada musim MK I atau MK II adalah dengan memanfaatkan kelembahan tanah setelah tanaman padi. Kelembaban tanah yang tersedia sering tidak mencukupi kebutuhan tanaman kedelai terutama memasuki fase generatif. Satu musim tanam kedelai memiliki waktu relatif pendek yaitu antara 70-75 hari, yaitu memanfaatkan masa tanam sesudah tanaman padi pada lahan sawah atau akhir musim hujan pada lahan tadah hujan. Dalam kaitan ini, varietas kedelai yang memiliki umur panen genjah memiliki peranan strategis. Adie (2007) mengelompokkan umur panen tanaman kedelai di Indonesia menjadi sangat genjah kurang 70 hari setelah tanam (HST), genjah (70 80 HST), sedang (81 85 HST), dalam (86 90 HST) dan sangat dalam (>90 HST). Tanaman kedelai telah mencapai umur panen bila > 90% polong matang dan berwarna coklat muda atau coklat (Fehr dkk., 1971; Fehr dan Caviness, 1979; PCARRD, 1985). Tanaman kedelai berumur panen genjah dapat terhindar dari kekeringan pada perkembangan bijinya, terutama pada lahan yang biasa kekurangan air (Rodiah dkk., 1993; Sweeney dkk., 2003; Kazuya, 2004; Kyei- Boahen dan Zhang, 2006) maupun pendeknya periode musim tanam. Varietas kedelai berumur sedang-dalam berguna untuk daerah-daerah yang hanya dapat ditanami dua kali setahun. Sebaliknya, pada daerah yang memiliki sarana pengairan memadai dapat ditanami kedelai tiga kali setahun bila tersedia varietas kedelai berumur panen kurang dari 80 hari. Melihat berbagai keunggulan varietas umur panen genjah, maka upaya perbaikan umur panen tanaman kedelai menjadi penting, terutama di daerah tropis di Indonesia.
3 Perakitan varietas kedelai unggul yang memiliki umur panen sesuai, produktivitas tinggi dengan karakter lain yang dikehendaki dapat dilakukan melalui kegiatan pemuliaan. Tantangan perakitan varietas unggul berumur genjah masa akan datang adalah bagaimana memperbaiki karakter umur panen tanaman kedelai di Indonesia. Oleh karena itu, memerlukan langkah-langkah penelitian untuk mempelajari parameter genetiknya. Pengetahuan tentang aksi gen yang mengendalikan suatu karakter sangat berguna bagi pemulia, terutama dalam hal keefektifan penerapan program seleksi yang akan digunakan untuk mendapatkan karakter yang diinginkan (Ahmad dkk., 2007). Di Indonesia, perbaikan umur panen tanaman kedelai relatif belum banyak dilakukan, karena terbatasnya informasi yang menelaah umur panen dari sisi bidang pemuliaan tanamannya. Penelitian tentang genetika umur panen selain tanaman kedelai telah dilakukan, antara lain pada kacang buncis (Cerna dan Beaver, 1990), kacang tanah (Upadhyay dan Nigam, 2004), maupun pada tanaman gandum (Iqbal dkk., 2007) bertujuan untuk mendapatkan informasi parameter genetik tanaman. Hasil penelitian Sher dkk. (2012) pada tanaman jagung maupun Kabeta (2006) pada kacang arab, menginformasikan bahwa umur panen genjah dikendalikan oleh aksi gen pengaruh aditif. Hal ini menunjukkan terdapat interaksi gen-gen dalam satu lokus mempengaruhi umur panen (Kabeta, 2006). Informasi tentang parameter genetik umur panen kedelai bermanfaat dalam upaya perbaikan varietas kedelai yang sangat diperlukan. Perbaikan umur panen juga penting memperhatikan karakter lainnya, meliputi komponen hasil maupun hasil biji. Penelitian ini menggunakan varietas Dieng tergolong berumur panen sedang, berpolong banyak (>60) dan berukuran biji sedang, Malabar
4 berumur panen genjah, polong banyak (>50), berukuran biji besar dan Grobogan berumur panen genjah, tetapi jumlah polong relatif sedikit (<30 polong), dan varietas tersebut belum pernah dikaji genetika pewarisannya. Selain itu juga digunakan varietas Nanti yang berumur sangat dalam serta Dempo berumur dalam, kedua varietas berpolong banyak (> 50 polong) dan berukuran biji sedang (Lampiran 1) (Balitkabi, 2011). Keberhasilan program pemuliaan tanaman ditentukan oleh kemampuan dasar populasi yang menjadi dasar seleksi, dari hasil seleksi tetua-tetua diinginkan (Farshadfar dkk., 2013). Populasi dasar di dalam penelitian ini dibentuk melalui persilangan dialel, yang dapat diketahui daya gabung dan parameter genetik pola pewarisan umur panen. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dalam budidaya kedelai, terutama pada lahan-lahan yang memiliki periode tanam yang pendek atau indek panen (IP) tinggi. Untuk itu, umur panen varietas kedelai menjadi faktor pembatas. Di dalam mempelajari genetika umur panen tanaman kedelai dilakukan persilangan dialel yang dapat diketahui daya gabung umum dan khusus yang menggambarkan peran aditif dan dominan, yang selanjutnya dapat juga diketahui genetika umur panen kedelai berdasarkan populasi yang terbentuk meliputi :1) Peran gen dan pola segregasi, 2) Model pewarisan, 3) Heritabilitas dan kemajuan genetik. Selain itu, menentukan tetua sebagai sumber gen umur panen genjah, dan pasangan-pasangan persilangan dari dua tetua yang prospektif untuk diteruskan pada program pemuliaan kedelai varietas unggul ke arah umur panen genjah.
5 Menilai hubungan/ korelasi umur panen dengan hasil biji dan komponen hasil tanaman kedelai. Berdasarkan informasi genetika umur panen kedelai terhadap tetua-tetua dan hasil persilangannya dapat ditentukan metode pemuliaan yang tepat untuk merakit varietas unggul umur panen genjah yang berdaya hasil tinggi. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian bertujuan untuk : A) Memperoleh informasi tentang genetika pewarisan umur panen pada tanaman kedelai. B) Diperoleh tetua-tetua dan kombinasi persilangan yang prospektif untuk perbaikan umur panen ke arah umur genjah pada tanaman kedelai, C) Diketahui keeratan hubungan antara umur panen dengan hasil dan komponen hasil pada populasi tanaman F 2. Kegunaan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi parameter genetik umur panen dan berimplikasi dalam perbaikan umur panen kedelai ke arah umur panen genjah untuk program pemuliaan selanjutnya. Manfaat penelitian adalah tersedianya bahan pemuliaan untuk kelanjutan program perakitan varietas kedelai umur panen genjah.