BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Label Gizi dan Konsumsi Makanan Kemasan Pada Anggota Persatuan Diabetisi Indonesia Unit RS Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks, 2009). Hasil Riskesdas tahun 2013 (Kemenkes, 2013) menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke di sebagian besar provinsi di Indonesia. Menurut International Diabetes Federation (IDF) (2013), 382 juta orang didunia menderita diabetes. Sementara 138 juta orang diantaranya berada di daerah Pasifik Barat termasuk Indonesia. Diperkirakan tahun 2035 akan ada 592 juta orang didunia menderita diabetes. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke 7 sebagai negara dengan penderita diabetes tertinggi di dunia yaitu sebanyak 8,5 juta orang (IDF, 2013). Sementara itu, prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi di Indonesia terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (2,6%). Di samping prevalensi diabetes yang terus meningkat di dunia, tingginya kadar glukosa darah secara berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi diabetes. Diabetes merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. Selain itu, tercatat lebih dari 1 juta orang mengalami amputasi akibat diabetes setiap tahunnya. Resiko penyakit jantung koroner dan kerusakan pembuluh darah bertambah 2-4 kali lipat akibat diabetes (Tandra, 2007). 1

Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di dunia salah satunya disebabkan oleh pola makan yang salah. Menurut Almatsier (2009), seiring dengan perkembangan kebudayaan, ekonomi, industrialisasi dan teknologi, mendorong masyarakat untuk bergeser menuju pola kebiasaan baru di masyarakat, salah satunya dalam pola konsumsi pangan. Masyarakat kini beralih menjadi lebih memilih pangan siap saji dan kemasan dengan alasan lebih praktis ataupun karena alasan lainnya. Hal tersebut perlu diwaspadai karena pangan siap saji dan kemasan memiliki kandungan sodium, gula, asam lemak jenuh, asam lemak trans maupun pengawet yang cukup tinggi (WHO, 2004). Menurut Erlanson-albertsson (2005), konsumsi makanan tinggi lemak dan gula (palatable food) dapat menghambat sinyal menuju insulin dan leptin sehingga menyebabkan munculnya keinginan untuk makan secara berlebihan (over-eating). Sehingga, apabila konsumsi zat-zat tersebut tidak dikendalikan, maka dapat meningkatkan prevalensi penyakit kronik terkait diet seperti obesitas dan diabetes mellitus (WHO, 2004). Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan kemasan dengan porsi lebih besar dari ukuran penyajian semakin meningkatkan prevalensi penyakit-penyakit degeneratif di dunia (FDA, 2014). Label gizi (nutrition labelling) dapat menjadi alat bantu yang baik dalam menentukan pilihan dalam mengkonsumsi pangan kemasan guna menyikapi peningkatan prevalensi penyakit-penyakit degeneratif belakangan ini. Sebagai salah satu pilar dari pesan gizi seimbang (PGS), perilaku membaca label gizi (nutrition labelling) tentu dapat mendukung pola hidup sehat karena dapat membantu konsumen untuk menentukan pilihan pangan yang akan dikonsumsi 2

sehingga aman bagi kesehatan. Hasil penelitian Arwanti dan Rosidi (2007) menunjukkan pengetahuan tentang label produk makanan kemasan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu rumah tangga dalam pembelian pangan kemasan. Label gizi (nutrition labelling) merupakan suatu informasi kandungan gizi yang terkandung dalam produk pangan disertai jumlah kandungan tersebut dalam tiap sajian atau kemasan pangan. Tujuan utama pelabelan gizi adalah membantu konsumen untuk menghindari atau mengurangi kelebihan ataupun kekurangan asupan zat gizi yang dapat berakibat pada masalah kesehatan terkait pola makan (FAO, 2007). Label gizi (nutrition labelling) di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan. Peraturan tersebut menerangkan bahwa merupakan kewajiban bagi perusahaan pangan kemasan untuk mencantumkan label pangan pada kemasannya. Zat gizi yang dilampirkan di antaranya kandungan kalori, lemak, protein, gula, dan sodium. Memperoleh informasi gizi melalui label gizi juga merupakan hak bagi masyarakat untuk mengetahuinya sebelum masyarakat membeli produk pangan kemasan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah banyak terbentuk paguyubanpaguyuban kesehatan. Dalam sebuah paguyuban atau komunitas, komunikasi antar anggota merupakan proses penting dalam bertukar informasi dan saling berinteraksi (Christensen dan Kenney, 2009), begitu pula dengan paguyubanpaguyuban kesehatan di Yogyakarta. Paguyuban-paguyuban tersebut dibentuk untuk memberikan wadah bagi anggotanya untuk berinteraksi dan saling bertukar 3

informasi kesehatan serta memelihara pengetahuan terkait diabetes mellitus. Kemudahan untuk mendapatkan informasi kesehatan baik dari dalam maupun dari luar paguyuban sangat mendukung peningkatan kesadaran akan pola hidup sehat. Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta merupakan salah satu peguyuban kesehatan di Yogyakarta yang beranggotakan diabetisi, dokter, simpatisan non-diabetisi, maupun simpatisan tenaga profesional yang berkaitan dengan kesehatan diabetes. Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta merupakan paguyuban kesehatan yang memiliki jumlah anggota terbanyak di Yogyakarta. Para anggota Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta diketahui memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi dalam kegiatan rutin yang dilakukan oleh paguyuban kesehatan tersebut. Salah satu kegiatan rutin Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta adalah mengadakan senam diabetes mellitus sekali seminggu yaitu pada hari Jumat. Selain itu juga sering diadakan penyuluhanpenyuluhan terkait gizi dan kesehatan. Kegiatan-kegiatan tersebut menunjang peningkatan pengetahuan para anggota Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta mengenai kesehatan serta meningkatkan kesadaran para anggotanya untuk menerapkan pola hidup sehat. Penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa anggota Persadia memiliki persentase pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota (14,3%). Melihat kebermanfaatannya sebagai alat untuk mempertimbangkan pemilihan konsumsi pangan kemasan, perilaku membaca label gizi (nutrition labelling) perlu dikembangkan di masyarakat agar dapat mendukung 4

terbentuknya pola hidup yang sehat. Akan tetapi informasi mengenai kesadaran perilaku membaca label gizi (nutrition labelling) sebagai salah satu penerapan dari Pesan Gizi Seimbang (PGS) pada anggota Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta belum banyak diketahui. Selain itu penelitian terkait perilaku membaca label gizi (nutrition labelling) pada para anggota Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta belum pernah dilakukan. Dilatarbelakangi hal tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui perilaku penggunaan informasi label gizi (nutrition labelling) produk pangan kemasan dan hubungannya dengan tingkat konsumsi pangan kemasan pada anggota Persadia Unit RSUD Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan, rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang label gizi (nutrition labelling) dengan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara sikap tentang label gizi (nutrition labelling) dengan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta? 3. Apakah terdapat hubungan antara praktik penggunaan label gizi (nutrition labelling) dengan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta? 5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, praktik penggunaan label gizi (nutrition labelling) dan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta b. Diketahuinya pengetahuan, sikap, praktik penggunaan label gizi pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta c. Diketahuinya hubungan pengetahuan tentang label gizi (nutrition labelling) dan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta d. Diketahuinya hubungan sikap tentang label gizi (nutrition labelling) dan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta e. Diketahuinya hubungan praktik penggunaan label gizi (nutrition labelling) dan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman melakukan penelitian serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai perilaku penggunaan label gizi (nutrition labelling) dan konsumsi pangan kemasan pada anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) Unit RSUD Kota Yogyakarta. 2. Bagi masyarakat Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan label gizi (nutrition labelling) meliputi manfaat dan cara pembacaan label gizi (nutrition labelling) yang tepat. 3. Bagi pemerintah Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengambilan kebijakan terkait pelabelan gizi pada pangan kemasan serta sosialisasi penggunaan label gizi (nutrition labelling) sehingga dapat menunjang penerapan Pesan Gizi Seimbang (PGS) guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. 4. Bagi peneliti lain Dapat menjadi referensi dalam penelitian-penelitian terkait guna pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Fitzgerald et al. (2008) yang berjudul Nutrition Knowledge, Food Label Use, and Food Intake Patterns Among Latinas with and without Type 2 Diabetes. Penelitian Fitzgerald et al. bertujuan untuk mengetahui hubungan 7

antara pengetahuan gizi, penggunaan label pangan dan pola makan pada orang Latin terdiagnosis dan tidak terdiagnosis diabetes tipe 2. Penelitian ini dilakukan di Connecticut, Amerika Serikat dengan desain penelitian case control. Besar sampel penelitian ini adalah 201 orang (100 responden terdiagnosis diabetes tipe 2 masuk ke dalam kelompok kasus dan 101 responden tanpa diagnosis diabetes tipe 2 masuk ke dalam kelompok kontrol) yang direkrut dengan beberapa metode untuk menjangkau berbagai kalangan. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner mengenai label gizi (nutrition labelling) dan Food Frequency Questioner (FFQ). Responden yang terlibat berusia antara 35-60 tahun yang tidak sedang hamil, menyusui, maupun dalam kondisi sakit berat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum, pengetahuan gizi, kekuatan diri (self-efficacy) dan tingkat perubahan (stage of change) untuk menggunakan label pangan pada orang Latin terdiagnosis diabetes tipe 2 tidak berbeda secara signifikan dengan orang Latin yang tidak terdiagnosis diabetes tipe 2. Mendukung beberapa penelitian sebelumnya, orang Latin dengan pengetahuan gizi lebih tinggi lebih cenderung menggunakan label gizi (nutrition labelling) yang mendukung pada pola makan yang baik. Persamaan penelitian yang akan dilakukan yaitu instrumen yang digunakan yaitu kuesioner mengenai label gizi dan Food Frequency Questioner (FFQ). Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yang terlibat adalah anggota dari sebuah paguyuban kesehatan yaitu anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) unit RSUD Kota Yogyakarta terdiagnosis 8

mengalami diabetes tipe 2 dan tidak mengalami diabetes tipe 2 serta variabel terikat yang diteliti berfokus pada pengetahuan responden mengenai label gizi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ollberding et al. (2011) berjudul Food Label Use and Its Relation to Dietary Intake Among US Adults bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan prevalensi penggunaan label pangan dan hubungan antara penggunaan label pangan dengan asupan zat gizi. Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang bersifat survey tahunan yaitu NHANES yang diselenggarakan oleh National Center for Health Statistics of the Center for Disesase Control and Prevention di Amerika Serikat. Selama tahun 2005-2008, terdapat 5.502 responden berusia lebih dari 18 tahun yang mengikuti survey mengenai penggunaan label gizi dan 4.454 orang diantaranya dianalisis perbedaan asupan zat gizinya berdasarkan kelompok pengguna dan bukan pengguna label gizi (nutrition labelling). Responden diwawancarai mengenai label pangan dan dilakukan recall 24 jam untuk mengetahui asupan zat gizi dalam sehari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan dalam penggunaan food label dalam setiap karakteristik demografi yang diuji. Selain itu, terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata asupan total energi, total lemak, lemak jenuh kolesterol, sodium, serat, dan gula pada pengguna dengan bukan penguna label gizi (nutrition labelling). Perbedaan penelitian Ollberding, et al. dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada metode pengambilan sampel, variabel terikat yang juga meneliti mengenai pengetahuan dan sikap serta variabel bebas yang khusus pada konsumsi pangan kemasan. 9

3. Penelitian dilakukan oleh Budiarto (2012) berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Label Pangan dengan Perilaku Konsumsi Mi Instan di SMAN 1 Jetis dan SMAN 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2011 dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini melibatkan 168 siswa SMAN 1 Jetis dan SMAN 10 Yogyakarta sebagai subjek penelitian yang terdiri dari 77 laki-laki dan 91 perempuan yang direkrut dengan metode stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai label pangan dengan perilaku konsumsi mi instan, sikap mengenai label gizi (nutrition labelling) juga tidak memiliki hubungan dengan dengan perilaku konsumsi mi instan. Perbedaan penelitian Budiarto dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode pengambilan sampel, variabel terikat yang juga meneliti mengenai praktik penggunaan label gizi (nutrition labelling) serta variabel bebas yang meneliti mengenai konsumsi pangan kemasan. 4. Penelitian dilakukan oleh Arwanti dan Rosidi (2007) berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Label Produk Makanan Kemasan dengan Pengambilan Keputusan Ibu Rumah Tangga dalam Pembelian Makanan Kemasan di Kelurahan Tembalang Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan label produk makanan kemasan dengan pengambilan keputusan ibu rumah tangga dalam pembelian makanan kemasan. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan melibatkan 88 orang sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan di 10

Kelurahan Tembalang, Semarang dengan menggunakan instrumen kuesioner untuk menggali data tingkat pendidikan, pengetahuan label makanan kemasan dan pengambilan keputusan ibu rumah tangga. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan label produk makanan kemasan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengambilan keputusan ibu rumah tangga dalam pembelian bahan makanan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yang terlibat adalah anggota dari sebuah paguyuban kesehatan yaitu anggota Persatuan Diabetisi Indonesia (Persadia) unit RSUD Kota Yogyakarta terdiagnosis dan tidak terdiagnosis mengalami diabetes tipe 2, variabel terikat tidak meneliti tingkat pendidikan namun mengenai pengetahuan, sikap dan praktik penggunaan label gizi (nutrition labelling) serta variabel bebas yang diteliti mengenai konsumsi pangan kemasan. 11