LAJU EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN YANG TERTANGKAP PUKAT CINCIN DI SELAT SUNDA

dokumen-dokumen yang mirip
Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):43-50

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STATUS STOK DAN ANALISIS POPULASI VIRTUAL IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NERI SRIBENITA SIHOMBING

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

3. METODE PENELITIAN

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

3.3 Pengumpulan Data Primer

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

(Leiognathus equulus) CAUGHT RAMPUS NET IN SUNDA STRAIT

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Struktur populasi ikan cakalang hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Kota Manado

DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA DESI KOMALASARI

ANALISIS SUMBERDAYA IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT SUNDA GAMA SATRIA NUGRAHA

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

PENDUGAAN STOK IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) PADA LAUT FLORES (KAB. BULUKUMBA, BANTAENG, JENEPONTO DAN TAKALAR) ABSTRACT

ANALISIS TINGKAT PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN PRIGI JAWA TIMUR Hari Ilhamdi 1, Riena Telussa 2, Dwi Ernaningsih 3

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

DINAMIKA POPULASI IKAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAJU EKSPLOITASI IKAN TENGGIRI DAN TONGKOL DI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pengumpulan Data

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

EVALUASI TINGKAT EKSPLOITASI SUMBERDAYA IKAN GULAMAH (Johnius sp) BERDASARKAN DATA TPI PPS CILACAP

3. METODE PENELITIAN

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

DINAMIKA POPULASI KERANG HIJAU (Perna viridis) DI PERAIRAN MANDALLE, KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING PROVINSI LAMPUNG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN

STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

3. METODE PENELITIAN

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

PENDUGAAN POTENSI LESTARI DAN PERTUMBUHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA

Effectiveness of fishing gear of lemuru fish in Kotabaru District, South Kalimantan

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGKAJIAN STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

3. METODE PENELITIAN

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

The Growth and Exploitation of Tamban (Sardinella albella Valenciennes, 1847) in Malacca Strait Tanjung Beringin Serdang Bedagai North Sumatra

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA.

2. METODOLOGI PENELITIAN

UMUR, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS HIU KERTAS (Mustelus manazo, Bleeker 1854) DI TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

ANALISIS BIOEKONOMI MODEL COPES PERIKANAN DEMERSAL PESISIR REMBANG. Bioeconomic Analitic Copes Mode Demersal Fish in Rembang Water

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG LINGKIS (Siganus canaliculatus) HASIL TANGKAPAN SERO DI PERAIRAN KEPULAUAN SELAYAR

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH

Volume 5, Nomor 2, Desember 2014 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS POTENSI LESTARI PERIKANAN TANGKAP DI KOTA DUMAI

Transkripsi:

Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 6, No. 1, Mei 2015 Hal: 69-76 LAJU EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN YANG TERTANGKAP PUKAT CINCIN DI SELAT SUNDA Exploitation Rate of Fisheries Resources which Caught by Purse seine in Sunda Strait Oleh: Widyanti Octoriani 1*, Achmad Fahrudin 2, Menofatria Boer 2 1 Program Studi Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor 2 Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor * Korespondensi: widyantioctoriani@gmail.com Diterima: 14 Januari 2015; Disetujui: 16 April 2015 ABSTRACT Sunda Strait is waters which have great fishery potential in Indonesia. Catches of the Sunda Strait were landed in Pandeglang Regency, one of which is in the Coastal Fishing Port (PPP) Labuan. Purse seine is fishing gear with the highest production in Sunda Strait. Species targets of purse seine are Fringescale sardinella, Mackerel, Short mackerel, Indian mackerel, Kawakawa, and Indian scad. The high price of the fish lead purse seine operation continuously. Increasing purse seine operation can lead to the scarcity fishery resources. Therefore, a study about fish exploitation rate is needed to know the utilization status. The purpose of this study was to evaluate the exploitation rate of multispesies fisheries which caught by purse seine in Sunda Strait based on catch data landed data in PPP Labuan. This study used the ELEFAN I methods and Pauly formula. The result showed that the exploitation rate of fish resources for female and male fringescale sardinella are 0,79 and 0,70; Island mackerel are 0,78 and 0,60; short mackerel are 0,85 and 0,88; Indian mackerel are 0,80 and 0,83; kawakawa are 0,95 and 0,90; Indian scad are 0,75 and 0,62. Nowadays, all fish which caught by purse seine in the Sunda Strait has been indicated to over-exploitation. Keywords: exploitation rate, pelagic fish, purse seine, Sunda strait ABSTRAK Selat Sunda merupakan perairan yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar di Indonesia. Hasil tangkapan ikan dari Selat Sunda didaratkan di Kabupaten Pandeglang, salah satunya adalah di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan. Pukat cincin merupakan alat tangkap dengan produksi paling banyak di Selat Sunda. Spesies yang merupakan target tangkapan pukat cincin yaitu tembang, kembung, kembung perempuan, kembung laki-laki, tongkol, dan layang. Harga jual ikan yang tinggi menyebabkan pengoperasian pukat cincin terus ditingkatkan. Pengoperasian pukat cincin yang terus meningkat dapat menyebabkan kelangkaan terhadap sumber daya perikanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai laju eksploitasi sumber daya ikan agar diketahui status pemanfaatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi laju eksploitasi multispesies yang tertangkap pukat cincin di Selat Sunda

70 Marine Fisheries 6 (1): 69-76, Mei 2015 berdasarkan data tangkapan yang didaratkan di PPP Labuan. Pada penelitian ini digunakan metode ELEFAN I dan rumus Pauly. Hasil analisis menunjukkan bahwa laju eksploitasi sumber daya ikan berturut-turut betina dan jantan spesies tembang sebesar 0,79 dan 0,70; kembung 0,78 dan 0,60; kembung laki-laki 0,85 dan 0,88; kembung perempuan 0,80 dan 0,83; tongkol 0,95 dan 0,90; layang 0,75 dan 0,62. Saat ini kondisi semua ikan hasil tangkapan dominan pukat cincin di Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih. Kata kunci: ikan pelagis, pukat cincin, laju eksploitasi, Selat Sunda PENDAHULUAN Perairan Selat Sunda merupakan bagian dari wilayah pengelolaan perikanan (WPP-RI) 572. Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi perikanan besar di Indonesia, baik perikanan pelagis maupun demersal. Hasil tangkapan ikan dari Selat Sunda didaratkan di Kabupaten Pandeglang, Banten. Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang terbesar di Kabupaten Pandeglang adalah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan. Menurut DKP Pandeglang (2014), alat tangkap pukat cincin merupakan alat tangkap dengan produksi paling banyak yaitu sebesar 3.690,44 ton. Jumlah armada pukat cincin di Kabupaten Pandeglang-Banten, terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah armada pukat cincin tahun 2007 hingga 2013 secara berturut-turut yaitu 27 unit, 30 unit, 33 unit, 36 unit, dan 44 unit. Pukat cincin dioperasikan dengan dilengkapi lampu. Hal ini sesuai dengan sifat fototaksis positif beberapa sumber daya ikan seperti tembang dan kembung (Rosyidah et al. 2009). Pukat cincin merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan kembung. Selain tembang dan kembung, pukat cincin juga menangkap ikan pelagis lain seperti tongkol dan layang. Tuntutan ekonomi dan harga jual ikan yang tinggi menyebabkan eksploitasi terhadap ikan-ikan tersebut terus dilakukan tanpa batas (Suhartono et al. 2013). Pengoperasian pukat cincin yang terus meningkat menjelaskan bahwa tingkat eksploitasi terhadap sumber daya ikan juga terus meningkat. Kondisi ini yang menyebabkan isu tangkap lebih dan kelangkaan terhadap sumber daya perikanan semakin meluas. Tangkap lebih dapat berakibat pada penurunan hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit effort), yang kemudian menurunkan pendapatan nelayan. Menurut Prahadina (2014), kembung perempuan dan kembung laki-laki di Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kajian mengenai laju eksploitasi sumber daya ikan agar dapat diketahui status pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat eksploitasi aktual multispesies yang tertangkap pukat cincin di Selat Sunda berdasarkan data tangkapan yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. METODE Data yang digunakan merupakan data primer, yaitu data panjang ikan. Pengambilan contoh data primer dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, khususnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) II Labuan, karena pukat cincin hanya mendaratkan hasil tangkapannya di TPI II Labuan. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Mei 2014 hingga Oktober 2014. Ikan-ikan yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan dominan pukat cincin, yaitu tembang, kembung, kembung perempuan, kembung laki-laki, tongkol, dan layang. Ikan-ikan tersebut diukur panjang totalnya (mm), kemudian dibedah dan dianalisis jenis kelaminnya. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumber daya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pendugaan parameter pertumbuhan (L dan K) menggunakan program FISAT (FAO- ICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2 dengan metode ELEFAN I (Electronic Length- Frequency Analysis). Pendugaan terhadap nilai t 0 (umur teoritik ikan pada saat panjang sama dengan nol) diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999): log (-t 0 ) = 0,3922 0,2752 logl 1,038 logk L t adalah panjang ikan pada saat umur t (mm), L adalah panjang asimtotik ikan (mm), K adalah koefisien laju pertumbuhan (mm/satuan waktu), t adalah umur ikan, t 0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun). Parameter mortalitas meliputi mortalitas alami dan mortalitas penangkapan (Sparre dan Venema 1999). Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berda-

Octoriani et al. Laju Eksploitasi Sumber Daya Ikan yang Tertangkap Pukat Cincin... 71 sarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan: ln ( ) ( ) = h Z t (( ) ) Persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y = b 0 +b 1 x, dengan y = ln ( ) ( ) ( ( ) ) sebagai absis, dan Z = - b 1. sebagai ordinat, x = Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut: M adalah laju mortalitas alami (per tahun), L adalah panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien pertumbuhan, t 0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan nol, T adalah suhu rata-rata perairan (ºC). Setelah laju mortalitas total (Z) dan laju mortalitas alami (M) dihitung, laju mortalitas penangkapan diperoleh melalui: F = Z M Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z): F adalah laju mortalitas penangkapan (per tahun), Z adalah laju mortalitas total (per tahun), M adalah laju mortalitas alami (per tahun), E adalah laju eksploitasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan pada populasi sumber daya ikan tembang, kembung, kembung perempuan, kembung laki-laki, tongkol, dan layang dapat dianalisis melalui perubahan modus frekuensi panjang. Perubahan modus ke arah kanan (nilai tengah panjang lebih besar) menunjukkan adanya pertumbuhan pada populasi sumber daya ikan. Kemudian perubahan modus ke arah kiri menunjukkan adanya rekrutmen pada populasi sumber daya ikan. Sebaran frekuensi panjang setiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Menurut Sparre dan Venema (1999), pendugaan stok ikan tropis menggunakan analisis frekuensi panjang total ikan. Hal ini dikarenakan spesies ikan tropis jarang memperlihatkan lingkaran-lingkaran tahunan yang jelas di dalam otolith serta sisiknya. Parameter pertumbuhan spesies dominan yang tertangkap pukat cincin disajikan pada Tabel 1. Koefisien pertumbuhan (K) didefinisikan sebagai parameter yang menyatakan kecepatan kurva pertumbuhan dalam mencapai panjang asimtotiknya (L ) dari pola pertumbuhan ikan. Semakin tinggi nilai koefisien pertumbuhan, semakin cepat mencapai panjang asimtotik dan beberapa spesies kebanyakan diantaranya berumur pendek (Sparre dan Venema 1999). Menurut Froese et al. (2000) dalam Bakhtiar (2013), nilai K > 0,3 per tahun termasuk dalam kategori yang tinggi. Berdasarkan pernyataan Froese et al. (2000) dalam Bakhtiar (2013) tersebut, kembung dan layang termasuk kategori spesies yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi. Parameter pertumbuhan digunakan untuk menduga mortalitas dan laju eksploitasi. Pendugaan laju mortalitas melalui kurva hasil tangkapan yang dilinearkan sehingga berbasis data panjang. Mortalitas terdiri dari mortlitas alami dan mortalitas penangkapan. Mortalitas dan laju eksploitasi spesies dominan yang tertangkap pukat cincin disajikan pada Tabel 2. Penyebab mortalitas pada suatu populasi antara lain yaitu kegiatan penangkapan, pemangsaan, penyakit, dan ketuaan (Sparre dan Venema 1999). Menurut Beverton dan Holt (1959) dalam Bakhtiar (2013), parameter kurvatur pertumbuhan (K) berkaitan dengan umur ikan karena K menggambarkan waktu yang diperlukan untuk mencapai L, dan umur yang panjang berkaitan dengan mortalitas. Secara umum, ikan yang memiliki nilai K yang tinggi mempunyai nilai M yang tinggi juga. Ikan yang tumbuh lambat (K rendah) akan cepat punah jika mortalitasnya tinggi. Menurut Gulland (1971) dalam Pauly (1984), laju eksploitasi optimal sumber daya ikan sebesar 0,5 yang berarti besarnya mortalitas alami sama dengan mortalitas penangkapan. Nilai E yang lebih besar dari 0,5 mengindikasikan bahwa laju eksploitasi sumber daya ikan berada pada kondisi tangkap lebih (overeksploitasi). Keadaan ini sesuai dengan penelitian Boer dan Aziz (2007) mengenai gejala tangkap lebih perikanan pelagis di perairan Selat Sunda yang mengatakan bahwa sudah terlihat adanya gejala tangkap lebih ikan pelagis kecil di perairan Selat Sunda. Kondisi tersebut mengindikasikan pula bahwa penurunan stok ikan di Selat Sunda disebabkan oleh tingginya kegiatan penangkapan.

72 Marine Fisheries 6 (1): 69-76, Mei 2015 Gambar 1 Sebaran frekuensi panjang spesies tembang (a) dan kembung (b)

Octoriani et al. Laju Eksploitasi Sumber Daya Ikan yang Tertangkap Pukat Cincin... 73 a Gambar 2 Sebaran frekuensi panjang spesies kembung perempuan (a) dan kembung laki laki (b) b

74 Marine Fisheries 6 (1): 69-76, Mei 2015 a b Gambar 3 Sebaran frekuensi panjang spesies tongkol (a) dan layang (b)

Octoriani et al. Laju Eksploitasi Sumber Daya Ikan yang Tertangkap Pukat Cincin... 75 Tabel 1 Parameter pertumbuhan spesies dominan yang tertangkap pukat cincin Spesies Jenis n Parameter pertumbuhan K kelamin (individu) L (mm) (tahun -1 ) t 0 (tahun) Tembang Betina 178 190.58 0.29-0.3454 Jantan 267 169.58 0.30-0.3444 Kembung Betina 98 222.60 0.52-0.1805 Jantan 357 217.35 0.73-0.1278 Kembung Betina 44 252.53 0.28-0.3315 perempuan Jantan 590 336.53 0.27-0.3181 Kembung laki-laki Betina 146 248.85 0.89-0.1002 Jantan 333 259.35 0.20-0.4667 Tongkol Betina 43 508.73 0.07-1.1528 Jantan 374 498.23 0.16-0.4916 Layang Betina 113 191.10 0.63-0.1543 Jantan 211 196.35 0.38-0.2588 Tabel 2 Mortalitas dan laju eksploitasi spesies dominan yang tertangkap pukat cincin Spesies Parameter Jenis M kelamin (tahun -1 F (tahun -1 ) Z (tahun -1 ) ) E (tahun -1 ) Tembang Betina 0.39 1.47 1.86 0.79 Jantan 0.41 0.96 1.38 0.70 Kembung Betina 0.55 2.00 2.55 0.78 Jantan 0.69 1.05 1.74 0.60 Kembung perempuan Betina 0.35 2.06 2.42 0.85 Jantan 0.32 2.35 2.67 0.88 Kembung laki-laki Betina 0.76 3.00 3.76 0.80 Jantan 0.28 1.40 1.68 0.83 Tongkol Betina 0.12 2.32 2.44 0.95 Jantan 0.20 1.92 2.12 0.90 Layang Betina 0.65 1.93 2.58 0.75 Jantan 0.46 0.77 1.23 0.62 Spesies yang dieksploitasi akan berdampak pada tereduksinya ikan-ikan dewasa sehingga ikan-ikan dewasa tersebut lebih dulu ditangkap oleh aktivitas penangkapan sebelum sempat untuk bereproduksi. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya rekrutmen yang masuk ke dalam stok. Oleh karena itu, penangkapan berpengaruh terhadap perubahan populasi ikan di suatu perairan (Masrikat 2012). Menurut Priatna dan Natsir (2008), permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan penangkapan sumber daya ikan pelagis kecil adalah permasalahan biologi dan ekonomi. Permasalahan biologi mencakup terancamnya kelestarian stok sumber daya ikan di perairan. Kemudian permasalahan ekonomi mencakup usaha penangkapan yang belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, tingkat eksploitasi ekonomi (rasio biaya terhadap harga dan jumlah input upaya yang dibutuhkan pada tingkat rente ekonomi yang maksimum). Terancamnya sumber daya ikan tersebut akan berdampak terhadap ekosistemnya. Menurut Shephard et al. (2014), ikan pelagis merupakan elemen kunci dalam rantai makanan laut sehingga termasuk bagian penting dari keseluruhan ekosistem yang sehat. Pukat cincin di Selat Sunda memiliki banyak hasil tangkapan sampingan (bycatch), sehingga dapat dikatakan kurang selektif. Menurut Amande et al. (2011), bycatch adalah bukan spesies target dan spesies target dalam jumlah kecil atau hancur. Hasil tangkapan sampingan pukat cincin di Selat Sunda antara lain yaitu ikan demersal seperti kurisi dan kuniran. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, tangkapan utama pukat cincin telah diindikasikan mengalami tangkap lebih, sehingga diperlukan suatu upaya pengelolaan. Menurut Maouel et al. (2014), pengontrolan aktivitas penangkapan dapat dilakukan melalui pembatasan upaya tangkap dan pengaturan daerah penangkapan. Menurut Mattos et al. (2006), strategi pengelolaan terbaik dalam istilah ekonomi dan biologi merupakan aplikasi bersama dari beberapa tindakan pengelolaan yang memenuhi pernyataan stakeholder dan keseimbangan biologis dan ekonomis antara kegiatan dan upaya untuk

76 Marine Fisheries 6 (1): 69-76, Mei 2015 membangun kembali stok. Selain itu, diperlukan juga interaksi dan kerja sama yang baik antar stakeholder perikanan pukat cincin, seperti pemerintah, pemilik kapal, nelayan, dan petugas TPI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Semua ikan memiliki laju mortalitas tangkap (F) yang lebih tinggi dari mortalitas alami (M). Kondisi semua ikan hasil tangkapan dominan pukat cincin di Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih. Laju eksploitasi tertinggi adalah pada spesies tongkol, yaitu sebesar 0,95/tahun untuk betina dan 0,90/tahun untuk jantan. Saran Pengoperasian pukat cincin di Selat Sunda perlu dikontrol, agar laju eksploitasi sumber daya ikan tidak meningkat. DAFTAR PUSTAKA Amande MJ, Ariz J, Chassot E, Molina AD, Gaertner D, Murua H, Pianet R, Ruiz J, Chavance P. 2011. Bycatch of the European Purse Seine Tuna Fishery in the Atlantic Ocean for the 2003-2007 Period. Aquatic Living Resources. 23(4): 353-362. Bakhtiar NM, Solichin A, Saputra SW. 2013. Pertumbuhan dan Laju Mortalitas Lobster Batu Hijau (Panulirus homarus) di Perairan Cilacap Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 2(4): 1-10. Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala Tangkap Lebih Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Selat Sunda. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 14(2): 167-172. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandglang. 2014. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2013. (Tidak dipublikasikan). Maouel D, Maynou F, Bedrani S. 2014. Bioe- conomic Analysis of Small Pelagic Fishery in Central Algeria. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science. 14: 897-904. Masrikat JAN. 2012. Standing Stock of Demersal Fish Assessment in Southern Part of South China Sea. Journal of Coastal Development. 3(15): 276-281. Mattos S, Maynou F, Franquesa R. 2006. A- Bioeconomic Analysis of the Hand Line and Gillnet Coastal Fisheries of Pernambuco State, North-Easthern Brazil. Scientia Marina. 70(2): 335-346. Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters: a Manual for Use with Programmable Calculators. ICLARM Stud Rev.8: 325. Prahadina VD. 2014. Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Priatna A, Natsir M. 2008. Pola Sebaran Ikan pada Musim Barat dan Peralihan di Perairan Utawa Jawa Tengah. Penelitian Perikanan Indonesia. 14(1): 63-72. Rosyidah IN, Farid A, Arisandi A, Nugraha WA. 2009. Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung. Kelautan. 2(1): 51-59. Shephard S, Rindorf A, Collas MD, Hintzen NT, Fransworth K, Reid DG. 2014. Assessing the State of Pelagic Fish Communities within an Ecosystem Approach and the European Marine Strategy Framework Directive. ICES Journal of Marine Science. 71(7): 1572-1585. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis [Edisi Terjemahan]. Jakarta: Kerja sama WHO, PBB dengan Badan Penelitian Pertanian. 438 hlm. Suhartono, Haruna, Pailin JB. 2013. Identifikasi dan Prediksi Daerah Penangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) di Perairan Kabupaten Pangkep. Jurnal Amanisal. 2(2): 55-65.