TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BAB III METODE PENELITIAN

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB III METODE PENELITIAN

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hama penghisap daun Aphis craccivora

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

ANATOMI DAN FISIOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

MODUL VI PENGAMATAN ORGAN-ORGAN HEWAN

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

Musca domestica ( Lalat rumah)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TREMATODA PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT ULAT SUTERA I. PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

Rickettsia prowazekii

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.3

STKIP PRIMA SENGKANG

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk)

Transkripsi:

5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut ini berbentuk tabung yang sangat lunak dan dapat memasukkan kelenjar ludah ke dalam kulit inangnya, serta mengangkut darah inang kembali ke dalam usus serangga. Kelenjar ludah merupakan bahan anti beku untuk mencegah pembekuan darah pada stilet waktu darah dipompa dari kulit inang ke dalam tubuh serangga dengan bantuan otot gerak usus. Di bagian punggung dan tubuh bagian belakang kutu ini berbentuk pipih, perutnya besar terdiri dari beberapa segmen yang jelas dan dada terdiri dari beberapa segmen yang batasnya tidak jelas. Kepala kecil, antena pendek dan mata majemuk. Kutu penghisap memiliki tungkai-tungkai yang amat kuat, masing-masing tungkai berakhir dengan ujung serupa cakar dan duri yang berkembang dengan baik dan jelas tampak sebagai penyesuian agar mampu mencengkeram bulu inang (Van Hoeve,1984) Kutu merupakan hewan yang kecil sehingga perlu dibuatkan sediaan untuk mengamatinya. kutu yang digunakan dalam membuat sediaan adalah kutu yang masih hidup kemudian kita masukkan dalam KOH 10% agar kutu tersebut mati, setelah itu ditempatkan di atas sebuah kaca benda (objek glass) dengan sebuah tusuk gigi, lidi, atau kawat platina. Untuk menutup morfologi kutu

6 digunakan satu/dua tetes larutan garam faal /entelen dan ditutup dengan sebuah kaca penutup (deck glass). Sediaan tetap memberikan kemungkinan untuk membeda - bedakan spesies dengan penelitian yang mendalam atas struktur dan dapat digunakan untuk demonstrasi/referensi, sediaan ini memberikan hasil yang terbaik biasanya adalah yang mempergunakan waktu yang lama dan sukar.(harold W. Brown,1983) Metode ini digunakan untuk mengawetkan serangga yang kecil yang tubuhnya berpigmen dan harus diperiksa dibawah mikroskop untuk menentukan spesiesnya (Soedarto, 1990) B. Macam-Macam Kutu Pada Manusia, Morfologinya, Siklus Hidup, Epidemiologi 1. Kutu rambut kepala (Pediculus humanus capitis ) a. Morfologi Badan berwarna putih kelabu, berbentuk pipih dan memanjang, mempunyai kepala yang ovoid sedikit bersudut, thorax dari chitin yang segmennya bersatu dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas, pada kepala tampak sepasang mata sederhana di sebelah lateral, sepasang antena pendek yang terdiri atas 5 ruas dan probosis, alat penusuk yang dapat memanjang, tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan tonjolan tibia untuk berpegangan erat pada

7 rambut atau bulu, ruas abdomen terakhir pada dorsal dan dua tonjolan genital di bagian lateral yang memegang rambut selama memegang telur, ukuran 1-2 mm. b. Siklus hidup Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6-0,8 mm, disebut nits ; telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5-11 hari pada suhu 21-36 0 C. Nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melalui operkulum yang terbuka. Nimfa mengalami 3 kali pergantian kulit selama dua minggu. Lingkaran hidup kutu kepala (Pediculus humanus capitis) rata-rata 18 hari, jumlah telur yang diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir. c. Epidemiologi Kutu rambut kepala (Pediculus humanus capitis) di tularkan dengan perantara sikat rambut, sisir, dan topi. Tempat-tempat yang disukai adalah rambut pada belakang kepala kutu rambut kepala (Pediculus humanus capitis) dapat bertahan 10 hari pada suhu 5 0 C tanpa makan, disamping itu kutu rambut kepala (Pediculus humanus capitis) paling sering menggigit pada bagian belakang kepala dan kuduk 2. Kutu badan (Pediculus humanus corporis )

8 a. Morfologi Badan berwarna putih kelabu, berbentuk pipih dan memanjang, mempunyai kepala yang ovoid sedikit bersudut, thorax dari chitin yang segmennya bersatu dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas, pada kepala tampak sepasang mata sederhana di sebelah lateral, sepasang antena pendek yang terdiri atas 5 ruas dan probosis, alat penusuk yang dapat memanjang, tiap ruas thorax yang telah bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan tonjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut atau bulu, ruas abdomen terakhir pada dorsal dan dua tonjolan genital di bagian lateral yang memegang rambut selama memegang telur, ukuran 2-4 mm. b. Siklus hidup Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6 0,8 mm, disebut nits ; telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan-bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5 11 hari pada suhu 21 36 0 C. Nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melalui operkulum yang terbuka. c. Epidemiologi

9 Kutu badan (Pediculus humanus corporis) ditularkan secara kontak langsung atau dengan perantara pakaian atau barang-barang pribadi lain yang mengadung telur. Tempat-tempat yang disukai Kutu badan (Pediculus humanus corporis) ialah serat-serat pakaian, rambut dada dan ketiak kutu badan (Pediculus humanus corporis) menggigit pada tempat-tempat di mana pakaian melekat pada badan. Dapat bertahan 10 hari pada suhu 5 0 C tanpa makan. 3. Kutu kemaluan (Phthirus pubis) a. Morfologi Bentuk kepala segi empat, abdomen pendek dengan batas ruas yang tidak nyata lagi dan kuku yang besar dan kuat, ukuran 0,8 1,2 mm. b. Siklus hidup Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6-0,8 mm, disebut nits ; telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan-bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5-11 hari pada suhu 21-36 0 C. Nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melalui operkulum yang terbuka. c. Epidemiologi Kutu kemaluan (Phthirus pubis) biasanya ditularkan sewaktu bersetubuh, baik bentuk dewasa maupun telurnya pada rambut yang rontok dan jarang sekali melalui tempat duduk W.C., pakaian atau tempat

10 tidur. Tempat hidup kutu kemaluan (Phthirus pubis) adalah rambutrambut kemaluan. Kutu kemaluan (Phthirus pubis) menggigit terutama pada daerah kemaluan, mati dalam 2 hari tanpa makan. C. Preparat Permanen Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari morfologi kutu adalah pembuatan preparat permanen yang dapat diamati dengan bantuan mikroskop, sehingga kita bisa mengamati stuktur atau morfologi ini dalam waktu lama dan dalam berbagai keadaan fisiologis. Preparat yang ideal tentu saja harus diawetkan dengan zat kimia yang sesuai sehingga spesimen pada slide tersebut akan mempunyai stuktur dan komposisi yang sama seperti dalam tubuhnya. (Luis C.Junqueira, Jose Carneiro1997) 1. Daya Tahan Preparat Permanen Adalah kekuatan ataupun cara untuk dapat mempertahankan keadaannya dari berbagai hal yang bisa merusak dirinya agar tetap kuat dan tidak mudah rusak (Suharsa dan Ana Retnoningsih, 2005). 2. Kelemahan dan Kelebihan Metode Pembuatan Preparat Permanen a. Kelebihannya Perlakuan dehidrasi menggunakan konsentrasi berbeda mempunyai kelebihan, preparat permanen tersebut akan bisa bertahan lebih lama karena mendapat perlakuan dehidrasi yang menggantikan cairan tubuh parasit dengan cairan kimia sehingga tidak mudah busuk.

11 b. Kelemahan Sedangkan kelemahannya lebih banyak memakan waktu karena metode ini melalui proses yang panjang dan agak lama.. Dehidrasi dilaksanakan secara bertahap, mula mula direndam dalam alkohol dengan maksud menggantikan air jaringan dengan alkohol (dehidrasi). Kutu tidak langsung dicelupkan dalam alkohol konsentrasi tinggi karena difusi terlalu cepat mengakibatkan perubahan sel oleh karena itu mula mula dimasukkan dalam alkohol konsentrasi rendah dan berangsur angsur ke konsentrasi tinggi. Biasaya dimulai dengan alkohol 30%, kemudian 70% dan akhirnya alkohol absolut 96%. Untuk menjamin terjadinya dehidrasi sempurna, boleh dipakai dua kali alkohol absolut (Bajpai,1988). D. Kerangka Teori BAB III METODE PENELITIAN