BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2010). Penyakit. secara absolut maupun relatif (Riskesdas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) banyak digunakan oleh ibu rumah. tangga dan industri makanan sebagai penyedap rasa seperti halnya garam,

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

PENETAPAN KADAR SIKLAMAT PADA BEBERAPA MINUMAN RINGAN KEMASAN GELAS DENGAN METODA GRAVIMETRI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang terkandung di dalamnya dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah penting bagi manusia setelah keimanan. Tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. fast food atau makanan cepat saji. Makanan ini telah populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali lebih manis dari gula alami, sehingga disebut rendah atau tidak mengandung kalori. Tingkat kemanisan yang tinggi dengan harga yang relatif murah di Indonesia, mendorong produsen menggunakan sakarin dalam produk minuman ringan dan makanan jajanan untuk mengurangi modalnya (Ambarsari et al., 2008; Hoppu, 2009; Cahyadi, 2012; Effendi, 2012; Utomo et al., 2012). Peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan RI nomor 4 tahun 2014, tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) pemanis dalam bab III pasal 3 ayat 3 menyatakan, sakarin termasuk salah satu pemanis buatan yang diizinkan dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan acceptable daily intake (ADI) yang ditetapkan. Acceptable daily intake sakarin yang diizinkan adalah 5 mg/kgbb/hari. Penggunaan sakarin dilarang di Amerika dan Jepang karena terbukti berbahaya bagi kesehatan. Keamanan mengonsumsi sakarin masih banyak diperdebatkan, oleh karena itu penggunaan sakarin harus dibatasi walaupun penggunaannya diizinkan (Effendi, 2012; Beverage Institute For Health & Wellness, 2013; BPOM RI, 2014). Pemanis buatan yang dikonsumsi akan menyebabkan ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan radikal bebas atau yang dikenal sebagai reactive oxygen species (ROS) (Winarsi, 2011; Kumar et al., 2012). Hasil penelitian Amin dan Almuzafar (2015) pada tikus putih Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

jantan yang diinduksi sakarin dosis 500 mg/kgbb didapatkan bahwa, induksi sakarin menimbulkan kerusakan pada deoxyribonucleic acid (DNA), penurunan signifikan kadar glutathione (GSH), katalase, aktivitas superoxide dismutase (SOD), dan total antioxidant concentration (TAC), serta peningkatan kadar malondialdehyde (MDA) hati yang menjadi potensi pencetus stres oksidatif, sedangkan induksi sakarin dosis 10 mg/kgbb terjadi peningkatan MDA, SOD, dan katalase, serta penurunan GSH. Katalase, SOD, dan GSH merupakan antioksidan enzimatis endogen yang bekerja melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif akibat radikal bebas (Ariadini, 2007; Kumar et al., 2012; Amin dan Almuzafar, 2015). Radikal bebas adalah senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya di orbital terluar. Radikal bebas sulit diukur secara langsung karena bersifat sangat reaktif dan tidak stabil, tetapi peroksida lipid dapat mendeteksi secara tidak langsung adanya radikal bebas tersebut. Metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas disebut MDA. Peningkatan MDA pada hati menggambarkan peningkatan aktivitas radikal bebas di dalam sel hati (Asni et al., 2009; Winarsi, 2011; Wati, 2013). Sakarin dapat terakumulasi di dalam hati karena hati merupakan tempat metabolisme dari seluruh bahan makanan, sebagai perantara sistem pencernaan dengan darah, dan tempat detoksifikasi dalam tubuh. Sakarin yang terakumulasi dalam hati akan menyebabkan peningkatan radikal bebas (Asni et al., 2009; Winarsi, 2011; Mescher, 2012; Sherwood, 2014). Efek samping penggunaan sakarin dalam waktu lama dapat menimbulkan gangguan fungsi hati, degenerasi, dan nekrosis sel hati karena akumulasi lemak dalam sel hati yang ditandai dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

vakuola-vakuola dalam sitoplasma sehingga dapat menyebabkan perubahan morfologi pada hati (Mescher, 2012; Utomo et al., 2012). Sakarin diekskresikan melalui urine tanpa perubahan kimia karena sakarin di dalam tubuh tidak dimetabolisme sempurna. Sakarin mampu keluar melalui urine dalam bentuk yang utuh tetapi ada juga yang tetap tertinggal di dalam tubuh. Sakarin yang tertinggal dalam tubuh secara terus-menerus dalam waktu yang lama akan terakumulasi di tubuh dan menimbulkan masalah kesehatan, sehingga pada penelitian ini dilakukan pemberian sakarin selama 4 minggu. Pada penelitian Amin dan Almuzafar pemberian sakarin selama 4 minggu telah menunjukkan peningkatan kadar MDA pada hewan coba (Winarno, 2004; Cahyadi, 2012; Amin dan Almuzafar, 2015). Sakarin digunakan sebagai gula pengganti pada penyandang diabetes karena penyandang diabetes sulit untuk mengatur pola makan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori terutama terhadap makanan manis. Sakarin dapat merangsang sel-sel enteroendokrin usus untuk melepaskan glukagon like peptide 1 (GLP-1) dan glucose-dependent insulinotropic peptide. Glukagon like peptide 1 dapat merangsang ploriferasi dan neogenesis sel beta pankreas, menghambat apoptosis sel beta pankreas, dan meningkatkan eksositosis insulin sehingga dapat menurunkan glukosa darah. Penelitian lain pada mencit yang diberi pemanis buatan seperti sakarin, aspartam, dan sukralosa dapat menginduksi replikasi fenotipe intoleransi glukosa pada bakteri di usus melalui perubahan fungsi dan komposisi dari mikroba di usus dengan cara saling mengambil alih regulasi proses fisiologi di usus, sehingga menimbulkan sindroma metabolik seperti peningkatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

gula darah (Renwick dan Molinary, 2010; Bakaland Nabors, 2011; PERKENI, 2011; Cahyadi, 2012; Effendi, 2012; Suez et al., 2014). Sakarin diberikan sesuai dosis acceptable daily intake (ADI) yaitu 5 mg/kgbb/hari, kemudian dikonversikan berdasarkan tabel konversi dosis manusia ke hewan yaitu sebesar 45,5 mg/kgbb, sehingga dosis yang diberikan pada mencit akan divariasikan untuk melihat pengaruh pemberian sakarin berdasarkan dosis, untuk melihat apakah dengan peningkatan dosis, kadar MDA juga akan meningkat atau sebaliknya. Dosis sakarin yang diberikan yaitu: 22,75 mg/kgbb (0,5 kali ADI), 45,5 mg/kgbb (sesuai ADI), dan 91 mg/kgbb (2 kali ADI). Berdasarkan latar belakang yang diatas maka peneliti termotivasi melakukan penelitian tentang efek pemberian sakarin terhadap kadar malondialdehyde hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus). 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: Apakah terdapat pengaruh pemberian sakarin selama 4 minggu dengan dosis 22,75 mg/kgbb, 45,5mg/kgBB, dan 91 mg/kgbb terhadap kadar malondialdehyde hati dan glukosa darah mencit? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efek pemberian sakarin selama 4 minggu dengan dosis 22,75 mg/kgbb, 45,5mg/kgBB, dan 91 mg/kgbb terhadap kadar malondialdehyde (MDA) hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kadar MDA hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus) tanpa pemberian sakarin. 2. Mengetahui kadar MDA hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus) yang diberi sakarin selama 4 minggu dengan dosis 22,75 mg/kgbb mencit. 3. Mengetahui kadar MDA hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus) yang diberi sakarin selama 4 minggu dengan dosis 45,5 mg/kgbb mencit. 4. Mengetahui kadar MDA hati dan glukosa darah mencit (Mus musculus) yang diberi sakarin selama 4 minggu dengan dosis 91 mg/kgbb mencit. 5. Mengetahui pengaruh pemberian sakarin selama 4 minggu dengan dosis 22,75 mg/kgbb, 45,5 mg/kgbb, dan 91 mg/kgbb terhadap kadar MDA hati dan glukosa darah mencit dibandingkan dengan mencit tanpa pemberian sakarin. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Memperkuat dasar ilmiah mengenai efek pemberian sakarin terhadap kadar malondialdehyde hati dan glukosa darah mencit. 2. Manfaat Klinis Membantu klinisi dalam memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai efek pemberian sakarin terhadap kadar malondialdehyde hati dan glukosa darah. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

3. Manfaat bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai efek pemberian pemanis alternatif seperti sakarin terhadap kadar malondialdehyde hati dan glukosa darah mencit. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6