MAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.

Modul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Pendidikan Kewarganegaraan

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Panduan diskusi kelompok

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: 12FEB OTONOMI DAERAH. Fakultas SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Management

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

ARTI PENTING OTODA - DESENTRALISASI

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

APA ITU DAERAH OTONOM?

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PENDIDIKAN PACASILA. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI OTOMOMI Dosen Pembimbing : Drs. Tahajudin Sudibyo

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

DESENTRALISASI. aris subagiyo

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi otonomi daerah merupakan sarana

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 dan UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. Dede Mariana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Mata Kuliah Kewarganegaraan OTONOMI DAERAH. Modul ke: Panti Rahayu, SH, MH. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

OTONOMI DAERAH SEBAGAI UPAYA MEMPERKUAT PEREKONOMIAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

TATA RUANG KOTA SOSIOLOGI PERKOTAAN ARIS MARTIANA

RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. EKONOMI AKUNTANSI. Modul ke: Fakultas. Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Daerah Provinsi merupakan Otonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

Manajemen Berbasis Sekolah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

Sumarma, SH R

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan ekonomi

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasar Undang-Undang telah ditetapkan sebagai kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PELAKSANAAAN TUGAS DAN WEWENANG CAMAT DALAM MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN IMOGIRI BERDASARKAN PERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitan. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

INTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMBAHARUAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN IRIGASI PRESIDEN REBUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah (Mardiasmo, 2002 : 50). Pengamat

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

Transkripsi:

MAKALAH CIVIC EDUCATION Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI Di susun oleh: 1. Nessri Meryani 2. Rismanto Dosen Pembimbing: Dr. H. Sirajudin, M., M.Ag., M.H Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkulu (STAIN) Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2011/2012 1

OTONOMI DAERAH Arti Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah dan disentralisasi dalam konteks bahasan system penyelenggaraan pemerintahan sering di gunakan secara campur aduk. Pembahasan otonomi daerah di ulas dengan memakai istilah desentralisasi. Kedua istilah tersebut bagaikan dua mata koin yang saling menyatu namun dapat di bedakan. Di mana desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggaraan Negara,sedangkan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut. Desentralisasi bukan merupakan sitem yang berdiri sendiri melinkan merupakan rangkaian kesatuan dari suatu sitem yang lebih besar. Suatu Negara bangsa menganut desentralisasi bukan karena alternative dari sentralisasi. Otonomi dalam makna sempit dapat di artikan sebagai mandiri. Sedangkan dalam makna yang lebih luas dapat di artikan sebagai berdaya. otonomi daerah dengan demikian berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisi tersebut,maka daerah dapat di katakana sudah berdaya untuk melakukan apa yang saja secara mandiri tanpa tekanan dari luar (eksternal intervention). Otonomi daerah: kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai daerahnya sendiri. M. Turner dan D. Hulme (dalam Teguh Yuwono, ed., 2001, hlm.27) berpandangan bahwa yang di maksud dengan desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada public dari seseorang atau agen pemerintah pusat kepada beberapa individu atau agen pemerintah pusat kepada public yang di layani.landasan yang mendasari transfer ini adalah territorial dan fungsional. Dengan territorial yang di maksud adalah menempatkan kewenangan kepada level pemerintahan yang lebih rendah dalam 2

wilayah hirarkis yang secara geografis lebih dekat kepada penyedia layanan dan yang di layani. Dengan fungsional artinya transfer kewenangan kepada agen yang secara fungsional terspesialisasi. Desentralisasi: pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Rondinelli mendefinisikan desentralisasi sebagai transfer tanggung jawab dalam perencanaan, manajemen dan alokasi sumber-sumber dari pemerintah pusat dan agen-agennya kepada unit kementrian pemerintah pusat, unit yang ada di bawah level pemerintah, otoritas atau korporasi public semi otonomi, otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non pemerintah dan organisasi nirlaba. Jadi desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. ARTI PENTING OTONOMI DAERAH DESENTRALISASI Krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah porak-porandakan hamper seluruh sendi-sendi ekonomi dan politik negeri ini yang telah di bagun cukup lama. Lebih jauh lagi, krisis ekonomi dan politik yang berlanjut menjadi multi krisis telah mengakibatkan semakin rendahnya tingkat kemampuan dan kapasitas Negara dalam menjamin kesinambungan pembangunan. Krisis tersebut salah satunya di akibatkan oleh system manajemen Negara dan pemerintahan yang sentralistik, dimana kewenangan dan pengelolaan segala sector pembangunan berada dalam kewenangan pemerintahan pusat, sementara daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengola dan mengatur daerahnya. Sebagai respon dari krisis tersebut, pada masa reformasi di canangkan suatu kebijakan resrukturisasi system pemerintahan yang sukup penting yaitu melaksanakan otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. 3

Desentralisasi di anggap dapat menjawab tununan pemerataan, pembangunan social ekonomi, penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan kehidupan berpolitik yang efektif. Sebab desentralisasi menjamin penanganan tuntunan masyarakat secara variatif dan cepat. Arti penting otonomi: daerah desentralisasi: 1. Untuk terciptanya efisiensi-efektivitas penyelenggaraan pemerintah. 2. Sebagai sarana pendidikan politik. 3. Pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lamjutan. 4. Stabilitas politik. 5. Kesetaraan politik. 6. Akuntabilitas publik. VISI OTONOMI DAERAH Visi Desentralisasi merupakan symbol adanya trust (kepercayaan) dari pemerintah pusat kepada daerah. Ini dengan sendirinya mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Kalau dalam system sentralistik mereka tidak bias berbuat banyak dalam mengatasi berbagai masalah, dalam system ini mereka di tantang untuk secara kreatif menemukan solusi-solusi dari berbagai masalah masalah yang di hadapi. Sekarang, dengan berlakunya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, kewenangan itu di desntralisasi ke daerah. Artinya pemerintah dan masyarakat di daerah di persilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab. Visi otonomi daerah itu dapat di rumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama: politik, ekonomi, serta social dan budaya,. Di bidang politik, karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan demokrasi, maka ia harus di pahami sebagai sebuah proses untuk membuat ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang di pilih secara demokrasi, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsive terhadap kepentingan masyarakat luas dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggung jawaban public. 4

Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan local untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Di bidang social dan budaya otonomi daerah daerah harus di kelola sebaikbaiknya demi menciptakan dan memelihara harmoni social, dan pada saat yang sama, memelihara nilai-nilai local yang di pandang kondusif dalam menciptakan kemampuan masyarakat untuk merespon di namika kehidupan di sekitarnya. Konsep dasar otonomi daerah: 1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam hubungan domestic kepada daerah. 2. Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat local dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah. 3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur berkualitas tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula. 4. Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif 5. Peningkatan efesiensi adminitrasi keuangan daerah 6. Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasan kepada daerah dan optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat. Model-model Desentralisasi: 1. Dekonsentrasi 2. Delegasi 3. Devolusi 4. Privatisasi. Dekonsentrasi adalah pembagian kewenangan dan tanggung jawab administrasi antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan tanpa 5

adanya penyerahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan. Delegasi: Pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manajerial dan kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Devolusi: transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan dan manajemen kepada unit otonomi pemerintah daerah. Privatisasi: tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat. Sejarah otonomi daerah di Indonesia 1. UU No. 1 Tahun 1945 2. UU No. 22 Tahun 1948 3. UU No. 1 Tahun 1957 4. UU No 18 tahun 1965 5. UU No 5 tahun 1974 6. UU No 22 tahun 1999 7. UU No 25 tahun 1999 Prinsip-prinsip otonomi daerah dalam UU No. 22 tahun 1999: 1. Demokrasi, keadilan, potensi, dan keanekaragaman daerah. 2. Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. 3. Otonomi daerah yang luas dan utuh di letakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota. 4. Sesuai dengan konstitusi Negara 5. Kemandirian daerah otonom 6. Meninggalkan peranan dan fungsi badan legislative daerah. 7. Asas dekonsentrasi di letakkan pada daerah provinsi sebagai wilayah administrasi. 6

Kewenangan pemerintah pusat dalam UU No. 22 tahun 1999: Hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, agama, dan berbagai jenis urusan yang memang lebih efisiensi di tangani secara sentral oleh pemerintah pusat, seperti kebijakan makro ekonomi, standarisai nasional, adminitrasi pemerintahan, badan usaha milik Negara dan pengembangan sumber daya manusia. 1999: Kewenangan provinsi sebagai daerah administrasi dalam UU No. 22 tahun 1. Kewenangan bersifat lintas kabupaten dan kota 2. Kewenangan pemerintahan lainnya, seperti perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro. 3. Kewenangan kelautan 4. Kewenangan yang tidak atau belum dapat di tangani daerah kabupaten dan kota. Kewenangan pemerintah kabupaten dan kota sebagai daerah otonom: 1. Pertahanan 2. Pertanian 3. Pendidikan dan kebudayaan 4. Tenaga kerja 5. Kesehatan 6. Lingkungan hidup 7. Pekerjaan umum 8. Perhubungan 9. Perdagangan dan industry 10. Penanaman modal 11. Koperasi 7

Keterkaitan otonomi daerah dengan demokratisasi: Memberikan otonomi daerah tidak saja bearti melaksanaan demokrasi, tapi mendorong berkembangnya auto aktiviteit. Auto aktiviteit adalah bertindak sendiri, melakukan sendiri, malaksanakan sendiri apa yang di anggap penting bagi lingkungan sendiri Konsekuensi otonomi daerah dengan demokratis: 1. Otonomi daerah harus di pandang sebagai instrument desentralisasi dalam rangka mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa. 2. Otonomi daerah harus di definisikan sebagi otonomi bagi rakyat daerah, bukan otonomi pemerintahan daerah (pemda) juga bukan otonomi bagi daerah 1 1 Azra,azyumardi, demokrasi,ham dan masyarakat madani,jakarta hlm147-176 8

DAFTAR PUSTAKA Azra,azyumardi, demokrasi,ham dan masyarakat madani,jakarta:icce UIN Syarif Hidyatullah Jakarta,2000 UU No. 22 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Pemerintah Daerah UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah UU No. 5 Tahun 1947 tentang Pokok-pokok pemerintahan di Daerah 9