BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi merupakan hal terpenting yang dilakukan oleh manusia dalam

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengembangkan Bakat Anak

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kebutuhan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki usia lanjut. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

Komunikasi dan Etika Profesi

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN. arti dari gesture-gesture yang mudah dipahami dalam dunia tari. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

Komunikasi dan Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya mulai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

DINAMIKA KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK TUNARUNGU (STUDI KASUS DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA PUTRA JAYA MALANG)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti memberikan analisis terhadap hal-hal yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan dari Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. orang penari Saman dan seorang pelatih tari Saman, maka didapatkan

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, istilah politik pada konteks ini berarti kekuasaan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya komunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri dan orang lain. Komunikasi dan sosialisasi dibutuhkan manusia untuk saling berinteraksi dengan manusia lain demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, karena memang sudah dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia berkomunikasi untuk menyampaikan informasi dan pesan berupa pemikiran, perasaan, dan gagasan kepada orang lain. Komunikasi digunakan untuk saling bertukar informasi dengan tujuan menambah pengetahuan dan pengalamannya serta dapat saling memahami makna yang disampaikan dalam pesan sehingga dapat membentuk indentitas diri manusia tersebut dengan menambah relasi untuk saling berhubungan satu dengan yang lain selama masa hidupnya. Secara sederhana komunikasi menurut Hovland dalam (Mulyana 2005:62) adalah proses yang memungkinkan seseorang yang disebut komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan peran kemampuan bahasa untuk mengembangkan dirinya. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dapat berupa bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Bahasa verbal merupakan bahasa yang biasa kita gunakan dalam sehari-hari seperti berbicara dan menulis, sedangkan bahasa nonverbal seperti bahasa isyarat, mimik wajah maupun gerak tubuh. Menurut William I. Gorden yang dikutip oleh (Mulyana 2005:5-30) ada empat fungsi komunikasi yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Komunikasi tidak selamanya 1

berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan karena tidak semua manusia dilahirkan secara normal dan sempurna. Manusia ada yang dilahirkan dengan memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dewasa dalam proses berkomunikasi dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Anakanak yang dilahirkan dengan ketidaksempurnaan ini disebut anak berkebutuhan khusus, salah satu dari ketidaksempurnaan itu adalah anak tunarungu. Menurut sumber data dari website Departemen Kesehatan, di Indonesia sendiri presentase pada tahun terakhir 2013 yang diambil dari survei Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan dikatakan tingkat tertinggi 0,53% penderita tunanetra dan presentase terkecil pada penderita tunarungu dengan 0,07% (http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatinbuletin.html). Secara fisik anak tunarungu terlihat sama dengan anak normal lain yang dapat mendengar serta berkomunikasi dengan lancar, tetapi sebenarnya mereka terlihat berbeda ketika diajak berinteraksi dengan orang yang normal. Mereka tidak dapat mendengar suara sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi mereka. Mereka tidak bisa melafalkan atau mengucapkan sesuatu dengan jelas, bahkan ada yang tidak dapat berbicara sama sekali. Hal ini dikarenakan mereka tidak peka terhadap rangsang bunyi sehingga mereka tidak dapat berbicara dan mengerti artikulasi dari suatu bunyi. Di Indonesia sendiri dalam salah satu penelitian yang dimuat dalam website www.glorianet.org terdapat 35% dari jumlah anak-anak Indonesia mengalami keterbatasan fisik yang tidak dapat mendengar atau disebut tunarungu (Kuswarno 2008 : 78). Anak dikatakan tunarungu ketika mereka mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat yang sesuai dengan tingkatannya. Menurut Moores definisi ketunarunguan dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, seseorang dikatakan tuli (deaf) jika mereka kehilangan kemampuannya untuk mendengar pada tingkat lebih dari 70dB, sehingga tidak dapat mengerti orang lain ketika berbicara melalui pendengarannya dengan atau tanpa alat bantu mendengar. Kedua, seseorang dapat dikatakan kurang dengar (hard of hearing) 2

ketika peka atas pendengarannya hilang pada titik 35dB, mereka yang dalam posisi ini mengalami kesulitan memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa ataupun alat bantu mendengar (http://tunarungu.com/). Anak yang mengalami tunarungu presentasenya tidak sebanyak anak normal sehingga mereka memiliki pola komunikasi dan sistem kebahasaan yang berbeda untuk menyampaikan pesan yang dimaksud kepada teman sesama mereka ataupun komunikasi dengan orang yang normal. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dalam proses penyampaian pesan dari komunikator dapat diterima dengan efektif dan efisien oleh komunikan dengan memberi feedback dan efek dari pesan tersebut serta mengurangi noise yang ada. Tidak semua proses komunikasi dapat berjalan mulus dan lancar tanpa adanya hambatan, terutama untuk komunikasi orang yang berkebutuhan khusus seperti anak tunarungu. Komunikasi yang digunakan anak tunarungu dengan orang normal untuk menjembatani proses komunikasi dengan teman yang sesama tunarungu menggunakan komunikasi nonverbal melalui kemampuan bahasa isyarat dan bahasa lisan. Komunikasi yang biasa digunakan dengan orang normal biasanya menggunakan bahasa lisan, tetapi dengan menggunakan bahasa lisan masih banyak kendala didalam interaksinya karena anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam memahami bahasa lisan yang disampaikan orang normal dan biasanya akan timbul kegagalan dalam proses komunikasi sehingga orang normal harus mengetahui bahasa isyarat yang dipakai oleh anak tunarungu untuk mengurangi kendala dan hambatan dalam proses komunikasi mereka. Bahasa isyarat digunakan sebagai bahasa pokok kaum tunarungu dalam berkomunikasi dengan sesama tunarungu maupun dengan orang normal biasa. Bahasa isyarat sebagai wahana pengekspresian jiwa mereka dan komunikasi isyarat menjadi ciri khas komunikasi tunarungu seperti anak normal yang menguasai bahasa lisan. Ekpresi diri terdapat pada kegiatan komunikasi semua kelompok, khususnya pada anak tunarungu yang hanya mampu menyampaikan dan menerima pesan melalui bahasa nonverbal yang biasa digunakannya dalam 3

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan fungsi komunikasi ini salah satunya yaitu komunikasi ekspresif, komunikasi dalam fungsi ini dilakukan untuk menyampaikan perasaan-perasaan sayang, sedih, takut, rindu, marah, bahagia, simpati, benci, dan lainnya dengan menggunakan sentuhan komunikasi nonverbal, tetapi dapat menggunakan komunikasi verbal juga. Ekspresi diri adalah pengungkapan atau proses menyatakan, memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan yang ada. Ekspresi diri berhubungan dengan bahasa dan komunikasi. Bahasa digunakan untuk mengekspresikan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tetapi sesuai perkembangan bahasa tidak lagi digunakan untuk mengekspresikan diri saja melainkan untuk berkomunikasi juga dengan lingkungan disekitarnya demi menyatakan dirinya sendiri (Keraf 1997:4) dalam website (t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id). Bentuk komunikasi anak tunarungu dapat disalurkan melalui pantomim. Melalui pantomim mereka mampu mengekspresikan dirinya. Tidak semua orang-orang normal dapat mengerti arti pesan yang ingin disampaikan oleh anak tunarungu melalui bahasa pokok mereka yaitu bahasa isyarat, sehingga ketika mereka melakukan pantomim mereka dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang-orang disekitarnya melalui peran dalam pertunjukan pantomim mereka untuk menyampaikan sebuah pesan dari alur cerita yang diperankan. Pertunjukan pantomim ini dapat membuat mereka mengungkapkan rasa senang, bahagia, marah, kecewa dan ungkapan rasa lainnya melalui peran yang dimainkan di dalam pertunjukan pantomim tersebut. Pantomim adalah bentuk seni pertunjukan yang memvisualisasikan dengan menggunakan bahasa isyarat, gerakan tubuh, dan mimik wajah tanpa menggunakan bahasa verbal, seni sendiri berasal dari bahasa Latin Ars yang berarti keahlian. Seni tidak hanya melibatkan keahlian khusus saja, tetapi juga imajinasi kreatif dan sudut pandang. Jenis seni dibagi menjadi seni pertunjukan, seni musik, seni tari, dan sebagainya. Seni pertunjukan sendiri mencakup teater, tarian, menyanyi, musik instrumental, aksi sirkus, wayang, dan pertunjukan komunikasi yang megah. Pantomim termasuk kedalam dari seni pertunjukan, 4

pantomim adalah sebuah pertunjukan yang merepresentasikan sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun peristiwa lain yang ditampilkan oleh aktor diatas panggung melalui gerakan tubuh dan ekspresi wajah untuk menyampaikan isi dari alur ceritanya. Charles Aubert dalam bukunya The Art of Pantomime (1970) mendefinisikan pantomim adalah seni pertunjukan yang diungkapkan melalui ciri-ciri dasarnya, ketika seseorang melakukan gerak isyarat, seorang pantomimer dapat bergerak secara universal, menjalankan ekspresi emosi yang serupa (http://teater-teri.blogspot.co.id/2014/10/pantomim.html). Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam hal mendengar sehingga terhambat dalam menjalankan komunikasi, tetapi dari keterbatasan ini mereka manfaatkan dalam menghasilkan suatu karya yang dapat menyalurkan ekspresi diri mereka dengan memanfaatkan media pantomim yang ada di sekolah mereka. Semangatnya para siswa tunarungu SLB Negeri Cicendo yang dilihat pada saat pra-penelitian ini diaplikasikan dalam menghasilkan karya yang diantaranya adalah pertunjukan pantomim. Walaupun mereka memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dan berinteraksi tetapi mereka tidak menjadikan keterbatasan ini sebagai gangguan hidup mereka atau bermalas-malasan. Keterbatasan yang mereka miliki dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu karya yang lebih berguna dan menghibur, keterbatasan ini tidak menghalangi mereka untuk tetap semangat dalam hal pendidikan. Mereka memiliki hak yang sama dengan anak lainnya dan tidak berbeda, hal ini sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa jenis pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah Pendidikan Khusus. Jadi walaupun anak yang mengalami keterbatasan seperti anak tunarungu mereka pantas mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang mereka butuhkan agar dapat berkembang dan menjadi sukses sesuai dengan kemampuannya. Pantomim dijadikan sarana komunikasi anak tunarungu dengan menggunakan bahasa nonverbal sesuai dengan bahasa mereka sehari-hari untuk mengekpresikan diri mereka sebagai ungkapan suatu pesan dari alur sebuah cerita pantomim kepada penonton. 5

Sekolah khusus untuk anak tunarungu adalah SLB B berdasarkan daftar SLB tahun 2013 terdapat sebanyak 20 sekolah SLB untuk menangani anak tunarungu yang ada di Bandung, salah satunya adalah SLB B Negeri Cicendo (http://ako.blog.upi.edu/files/2015/08/daftar-slb-332-2013.pdf). SLB B Negeri Cicendo merupakan sekolah luar biasa yang dikhususkan untuk anak tunarungu sejak tahun 1930 dan diresmikan menjadi SLB Negeri pada tahun 2009 di kota Bandung (http://slbn-cicendo.blogspot.co.id/). Menurut salah satu guru yang ada di sekolah tersebut mengatakan bahwa anak tunarungu memiliki tingkat emosional yang berbeda dari siswa normal pada lainnya, selain itu juga terdapat kendala komunikasi antarpersonal antara murid dan guru, karena anak tunarungu tidak mengerti bahasa lisan secara keseluruhan dan harus dibantu dengan menggunakan bahasa isyarat. Anak tunarungu memiliki hak yang sama dengan anak lainnya, mereka tidak berbeda, mereka tetap menjalani keterbatasannya ini dengan semangat belajar dan menghasilkan suatu karya. Anak tunarungu di SLB B Negeri Cicendo dapat secara bebas dalam memilih media sarana dalam mengekspresikan diri mereka, karena SLB Cicendo sendiri memiliki berbagai macam ekstrakurikuler seperti dalam tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Daftar Ekstrakurikuler SLB B Negeri Cicendo Bandung No. Nama Ekstrakurikuler Keterangan 1. Pramuka (Ekstrakurikuler Wajib) - Mengadakan kegiatan pertemuan pramuka luar biasa. - Mengikuti pesta siaga. 2. Pantomim (Ekstrakurikuler Pilihan) - Mengekspresikan keinginan melalui gerakan tubuh. - Mengekspresikan cerita melalui gerakan tubuh. 3. Modeling (Ekstrakurikuler Pilihan) - Memperagakan berbagai busana. - Menyelaraskan gerakan, tema, dan busana. 4. Angklung - Menyimak dan memainkan alat musik Jawa Barat 6

(Ekstrakurikuler Pilihan) yaitu angklung. - Memainkan lagu dengan menggunakan alat musik angklung. 5. Seni Tari (Ekstrakurikuler Pilihan) - Menyelaraskan gerakan dengan musik. - Mendemonstrasikan gerakan-gerakan tarian. 6. Hasta Karya (Ekstrakurikuler Pilihan) - Membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan sederhana. - Mempromosikan hasil hasta karya yang telah dibuat kepada masyarakat melalui pameranpameran. 7. Olahraga (Ekstrakurikuler Pilihan) - Membentuk peserta didik di bidang olahraga untuk ajang berprestasi. 8. Keagamaan (Ekstrakurikuler Pilihan) - Membentuk peserta didik di bidang agama khususnya pendidikan dan pendalaman keislaman (Fiqih, Aqidah, belajar membaca Al-Quran, dan lain-lain). 9. IT (Komputer Grafis) - Ekstrakurikuler Pilihan Sumber : dokumen.tips/documents/sekolah-luar-biasa-negri-cicendo-kotabandung.html Berdasarkan pemaparan masalah yang telah dijelaskan di atas, secara sistematis peneliti bermaksud mengadakan penelitian mengenai Pantomim Sebagai Sarana Ekspresi Diri Siswa Tunarungu. Peneliti mengambil masalah ini karena menurut peneliti ini merupakan hal unik yang dapat diangkat, setiap manusia memerlukan komunikasi dan interaksi tetapi tidak semua manusia memiliki fisik yang sempurna. Manusia ada yang dilahirkan dengan ketidaksempurnaan dan memiliki kekurangan, salah satunya adalah anak tunarungu. Manusia normal yang melakukan komunikasi tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa adanya gangguan, begitupun dengan yang memiliki 7

kekurangan seperti yang tidak dapat mendengar dan berbicara. Oleh karena itu anak tunarungu memiliki cara berkomunikasi yang berbeda dengan menggunakan komunikasi nonverbal dan bahasa isyarat sebagai bahasa pokok yang digunakan dalam kegiatan komunikasi dan interaksi sehari-harinya. Tidak semua orang khususnya orang normal dapat mengerti bahasa isyarat sehingga anak-anak tunarungu tidak secara maksimal dapat mengekspresikan diri mereka sendiri. Cara anak tunarungu ini dalam memaksimalkan ekspresi diri mereka dengan mengikuti ekstrakurikuler yang disediakan SLB Negeri Cicendo Bandung, mereka secara bebas memilih akan mengikuti ekstrakurikuler apa yang dapat membantu dirinya berekspresi tanpa dibatasi dan menunjukan ke lingkungan sekitarnya bahwa mereka dengan kekurangannya dapat menghasilkan sesuatu yang dapat diapresiasi. Meskipun anak tunarungu memiliki keterbatasan tetapi mereka tetap semangat dalam belajar dan berprestasi dalam menghasilkan suatu karya. Pantomim di SLB Negeri Cicendo ini merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan bakat siswa-siswanya juga karena dari media yang sebagai menyalurkan ekspresi diri dan bakat anak tunarungu ini memberikan prestasi yang dapat membanggakan. Pantomim SLB Negeri Cicendo mendapatkan juara I dalam tingkat Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat (osntik201202.wordpress.com/profil/sejarah-singkat-slb-negeri-cicendo). Selain itu juga pantomim SLB Negeri Cicendo ini sudah diundang ke acara yang ada di Bandung, salah satunya dalam menyambut Hari Disabilitas yang diselenggarakan oleh mahasiswa FIKOM Unpad dengan tema acara Berkualitas Meski Terbatas di Saung Angklung Udjo (www.unpad.ac.id/2014/12/sambut-hari-disabilitasinternasional-mahasiswa-fikom-unpad-sukses-gelar-acara-siknifitas). Pantomim berhasil membawa Rio Hardiyanto menjadi juara I ditingkat Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat, dalam sebuah artikel didalam E-paper Belia Pikiran Rakyat edisi 19 Mei 2015 Rio mengatakan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya memerlukan latihan-latihan dan kepercayaan dari masyarakat (issuu.com/cnexus/docs/epaper_belia_19_mei_2015). Aku sih caranya bergaul 8

dengan teman-teman yang lain terus aku juga ikutan berbagai kegiatan kayak pantomim, modeling, dan lomba lari. Waktu kecil juga aku pernah ikutan latihan menari. Melalui media pantomim mereka dapat mengekspresikan dirinya kepada penonton untuk mengkomunikasikan pesan yang terdapat dalam alur cerita tersebut dengan menggunakan bahasa yang mereka gunakan dalam sehari-hari yaitu bahasa isyarat dengan memaksimalkan peran yang sedang dimainkannya melalui ekspresi muka, mimik wajah, gesture tubuh sehingga penonton ikut mendapatkan pesan yang dimaksud dalam alur cerita pantomim yang diperankan oleh siswa tunarungu SLB Negeri Cicendo. Selain itu juga melalui pantomim dapat menyalurkan ekspresi diri dan mengasah serta mengembangkan bakat anak tunarungu, karena pantomim merupakan sarana komunikasi mereka maka dengan pantomim mereka dapat belajar komunikasi lebih banyak lagi untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam berekspresi dan menghasilkan suatu karya. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, dalam penelitian ini difokuskan masalah agar tidak meluas. Peneliti memfokuskan pada Bagaimana Peran Pantomim Sebagai Ekspresi Diri Siswa Tunarungu? Dari fokus penelitian tersebut, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana makna pantomim menurut siswa tunarungu? 2. Bagaimana cara dan makna ekspresi diri siswa tunarungu melalui pantomim? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu : 1. Mengetahui makna pantomim menurut siswa tunarungu. 9

2. Mengetahui cara dan makna ekspresi diri siswa tunarungu melalui pantomim. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan memberi banyak manfaat dalam bidang akademis dan bidang praktis. 1.4.1 Bidang Akademis Secara akademis, diharapkan dengan penelitian pantomim sebagai sarana ekspresi diri pada siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo, maka dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pembelajaran dalam membuat ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi siswa tunarungu di sekolah-sekolah luar biasa lainnya. 1.4.2 Bidang Praktis 1. Bidang pendidikan : Sebagai saran dalam memberikan fasilitas layanan penidikan melalui ekstrakurikuler dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berekspresi bagi siswa yang memiliki keterbatasan. 2. Sekolah dan guru : Penyeragaman penggunaan sistem komunikasi antara guru dan siswa tunarungu agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh siswa tunarungu dengan efektif dan efisien, dan mendapatkan lulusan siswa yang kreatif dan tetap memiliki suatu karya walaupun dalam keterbatasannya. 3. Peneliti sendiri : Pengalaman berharga sehingga dapat selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan, menambah banyak wawasan dan keterampilan dalam pengetahuan maupun berkomunikasi selama berlangsungnya penelitian. 10

1.5 Tahap Penelitian Tahap penelitian merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif. Dalam menyusun penelitian ini penulis telah melakukan observasi, mencari teori dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian, dan selanjutnya peneliti mencari informan sebagai tambahan informasi untuk penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong tahap penelitian terdiri dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Ghony dan Almashur, 2012:144). Tahap penelitian fenomenologi menurut Kuswarno (2009:58-73) terdiri dari : 1.5.1 Tahap Perencanaan Penelitian Tahap perencanaan ini peneliti menentukan untuk memilih fenomena mengenai suatu hal kegiatan yang dapat menyampaikan ekspresi diri siswa tunarungu melalui sarana pantomim yang telah dijelaskan didalam latar belakang penelitian, selanjutnya peneliti membuat daftar pertanyaan, menjelaskan latar belakang, memilih informan, dan memperhatikan dokumen. 1.5.2 Tahap Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan peneliti untuk mengembangkan fenomena ini dimulai dari observasi kecil langsung ke lapangan sebelum mulai menyusun penelitian ini, terjun langsung ke lapangan untuk melihat bagaimana saat mereka berlatih pantomim yang dilakukan oleh siswa tunarungu, selanjutnya wawancara mendalam terhadap informan yaitu siswa tunarungu, guru mereka, dan orang tua mereka serta melakukan dokumentasi berupa foto-foto. Melihat lagi ke lapangan apakah dari penelitian pantomim sebagai sarana ekspresi diri siswa tunarungu ini data yang diperoleh sudah benar, tepat, dan akurat. 11

1.5.3 Tahap Analisis Data Setelah semua data yang dibutuhkan sudah didapat selanjutnya adalah menganalisis dari data-data tersebut untuk dijadikan pembahasan apakah pantomim benar menjadi sarana siswa tunarungu untuk ekspresi dirinya dari penelitian ini dengan menggunakan analisis fenomenologi. 1.5.4 Tahap Membuat Simpulan, Dampak dan Manfaat Penelitian a. Membuat rangkuman dan intisari dari keseluruhan penelitian. b. Menegaskan hasil penelitian dengan mengatakan perbedaan-perbedaan dari penelitian terdahulu. c. Menjelaskan hasil penelitian dengan kemungkinan penelitian selanjutnya. d. Melihat korelasi hasil penelitian dengan manfaat penelitian. e. Menghubungkan hasil penelitian dengan makna-makna dan realitas sosial. f. Memberikan saran dan arah tujuan untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLB B Negeri Cicendo Bandung, Jl. Cicendo No. 2, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117 sebagai tempat peneliti melakukan pengamatan dan wawancara mendalam pada informan kunci maupun informan pendukung. 1.6.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dibutuhkan rentang waktu dari mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan April 2016. 12

Tabel 1.2 Waktu Penelitian No. Tahapan Bulan Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 April 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan penyusunan proposal skripsi BAB I sampai BAB III 2. Pengumpulan data dari observasi awal dan pengumpulan dokumentasi kegiatan latihan dan pertunjukan pantomime 3. Pengumpulan data dari wawancara mendalam 4. Analisis data berdasarkan indikator yang telah ditentukan 5. Penyelesaian data meliputi kesimpulan dan saran Sumber : Olahan Peneliti Tahun 2015 13