santalin, angolensin, pterocarpin, pterostilben homopterocarpin, prunetin (prunusetin), formonoetin, isoquiritigenin, p-hydroxyhydratropic acid,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

UKDW BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, hipotesis penelitian dan manfaat penelitian ini.

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. protein yang disebabkan insufisiensi sekresi ataupun aktivitas endogen

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu sebagai obat bahan alam,

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Di Indonesia, jumlah penderita diabetes mellitus tiap tahun menunjukkan peningkatan yang tinggi. Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai angka 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di peringkat keempat jumlah penderita diabetes mellitus di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Hans, 2008). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit ganguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemik), baik absolut maupun relativ, yang disebabkan terjadinya defisiensi insulin. Pengobatan diabetes mellitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan oral hipoglikemik atau dengan suntikan insulin, dan dapat pula menggunakan bahan alam (Rao, 2001). Tanaman obat terbukti merupakan salah satu sumber bagi bahan baku obat antidiabetes karena diantara tanaman tersebut memiliki senyawasenyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes. Beberapa tanaman di Indonesia yang sudah diteliti dan terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah adalah daun bidara cina, umbi bawang merah, umbi bawang putih, biji klabet dan masih banyak lagi tanaman lainnya (Suharmiati, 2003). Pada penelitian ini, digunakan daun angsana atau Pterocarpus indicus Willd. yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai peneduh jalan. Secara empiris, tanaman angsana memiliki banyak khasiat diantaranya sebagai terapi penyakit diabetes, leprosis, flu, batu ginjal, bisul, sariawan, pengobatan sifilis, dan diare (Thomson, 2006). Kandungan kimia yang ada pada tanaman angsana antara lain isoflavon, flavon, narrin, 1

2 santalin, angolensin, pterocarpin, pterostilben homopterocarpin, prunetin (prunusetin), formonoetin, isoquiritigenin, p-hydroxyhydratropic acid, pterofuran, pterocarpol, β-eudesmol (Duke, 1983), dan (-)-epicatechin (Takeuchi, 1985). Kandungan (-)-epicatechin ini yang dapat berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah (Diabeticbar, 2009). Penelitian yang telah dilakukan untuk tanaman ini, adalah pengaruh infus daun angsana terhadap penurunan kadar glukosa darah kelinci yang dibandingkan dengan tolbutamid (Poojet, 2010). Pada penelitian ini digunakan infus dengan konsentrasi 10% dan 20%, dan dari hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah, serta infus 20% menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang lebih besar dibandingkan dengan tolbutamid 50 mg/kgbb (Poojet, 2010). Penelitian lainnya mencantumkan pengaruh ekstrak kulit batang Pterocarpus santalinus L. (yang memiliki kandungan kimia lupeol, β-sitosterol, dan (-)- epicatechin) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes, dan hasilnya dapat menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 0,25 g/kgbb lebih efektif dibandingkan glibenklamid. (-)-Epicatechin memiliki efek hipoglikemik karena dapat meregenerasi sel beta, memiliki efek aktivitas seperti insulin, dan juga converting proinsulin menjadi insulin (Rao, 2001). Bentuk sediaan infus secara oral dari daun angsana memiliki khasiat yang kurang, dimana bahan aktif flavonoid dari sediaan tersebut akan mengalami hidrolisis dalam suasana asam di lambung (Antonius, 2010). Formulasi transdermal dari ekstrak ini dapat mengatasi permasalahan tersebut karena penyerapan obat masuk ke peredaran sistemik. Dan tipe sediaan transdermal yang digunakan adalah tipe matrix transdermal patch dimana obat dimasukkan ke dalam matriks, sehingga kecepatan pembebasan obat tergantung pada sifat matriks dan penetrasi bahan aktif tersebut (Joenoes, 2003).

3 Pada penelitian sebelumnya telah digunakan formulasi transdermal ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. sebanyak 0,2 gram sebagai bahan aktif; HPMC sebagai stabilizing; gliserol sebagai plasticizer; menthol sebagai enhancer; dan alkohol sebagai pelarut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah dengan pemberian ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. secara oral dengan dosis 250 mg/kgbb dan 450 mg/kgbb setelah hari ke-7 pada tikus putih jantan yang diberi aloksan dan adanya korelasi linear antara laju jumlah ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam sediaan transdermal yang terpenetrasi terhadap waktu (jam). Selain itu, disebutkan juga patch yang dihasilkan tidak pecah, tipis, dan elastis yang sesuai dengan persyaratan patch yang baik (Antonius et al., 2010). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam dosis 35,36 mg/cm 2 dan 70,72 mg/cm 2 secara transdermal dengan enhancer asam oleat memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan insulin. Pada penelitian ini dipilih asam oleat sebagai penetration enhancer karena mekanisme kerja asam oleat dalam meningkatkan penetrasi absorpsi perkutan berdasarkan kemampuannya mengubah fluiditas lipida dalam stratum korneum yang dapat meningkatkan permeabilitas lapisan stratum korneum (Darijanto, 2004), HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) sebagai stabilizing agent (Rowe et al., 2006), gliserol dipilih sebagai plasticizer, dan sebagai pelarut digunakan alkohol.

4 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul pada penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam dosis 35,36 mg/cm 2 dan 70,72 mg/cm 2 secara transdermal dengan enhancer asam oleat, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik? 2. Apakah terdapat hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. yang diberikan secara transdermal dengan enhancer asam oleat dan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik? Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam dosis 35,36 mg/cm 2 dan 70,72 mg/cm 2 secara transdermal dengan enhancer asam oleat, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik dan mengetahui hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. yang diberikan secara transdermal dengan enhancer asam oleat dan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik. Adapun hipotesis penelitian ini adalah ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam dosis 35,36 mg/cm 2 dan 70,72 mg/cm 2 secara transdermal dengan enhancer asam oleat, mempunyai efek terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik dan terdapat hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. yang diberikan secara transdermal dengan enhancer asam oleat dan peningkatan efek penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik.

5 Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya pemanfaatan daun angsana yang dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pengobatan diabetes mellitus. Penggunaan daun angsana sebagai obat tradisional dikembangkan dengan bentuk sediaan modern diharapkan dapat meningkatkan pasien compliance terutama untuk pasien geriatri. Dari penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengembangan pengobatan di negara kita.