4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

7 KAPASITAS FASILITAS

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

TINGKAT KEPUASAN STAKEHOLDER TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS FUNGSIONAL PPI BLANAKAN SUBANG RAISSA WINA WISUDAWAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI NGNGREYENG DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA UTAMA KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi

Transkripsi:

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0 31 107 0 54 Bujur Timur dan 6 0 11 6 0 30 Lintang Selatan (Lampiran 1). Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Subang adalah sebagai berikut: 1) Sebelah utara : Laut Jawa 2) Sebelah selatan : Kabupaten Bandung 3) Sebelah timur : Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang 4) Sebelah barat : Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang Luas wilayah Kabupaten Subang adalah 205.176,95 ha (5,39 % dari luas Provinsi Jawa Barat) dengan ketinggian antara 0 1500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1999 wilayah administratif Kabupaten Subang terbagi atas 30 kecamatan dengan jumlah desa 243 dan 8 kelurahan. Kondisi permukaan lahan di wilayah Kabupaten Subang terdiri atas pegunungan, perbukitan dan dataran rendah. Berdasarkan kemiringan lahan, tercatat bahwa 80,8% wilayah Kabupaten Subang memiliki kemiringan 0 0 17 0, sedangkan sisanya memiliki kemiringan di atas 18 0. Secara topografi terbagi ke dalam tiga zona, yaitu: 1) Daerah pegunungan dengan ketinggian 500 1500 m di atas permukaan laut dengan wilayah sekitar 20% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang; 2) Daerah berbukit dengan ketinggian 50 500 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 35,85% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang; dan 3) Daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 50 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah sekitar 44,15% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Secara umum daerah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 2.048 mm dan rata-rata hari hujannya sebanyak 87 hari. Temperatur di kawasan perairan Kabupaten Subang berkisar antara 25 32 0 C, besaran tersebut merupakan karakteristik perairan tropis. Kondisi ini mendukung

23 keberadaan ekosistem di wilayah Kabupaten Subang. Pada saat Musim Barat, pergerakan arus umumnya menuju kea rah timur atau arus timur dengan kecepatan berkisar antara 3 14 mil per hari. Sedangkan Musim Timur bergerak sebaliknya yaitu menuju arah barat dengan kecepatan antara 1 13 mil per hari. Kabupaten Subang memiliki 30 kecamatan (Lampiran 2), namun hanya 4 kecamatan yang merupakan kecamatan di wilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai kurang lebih 68 km, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, dan Kecamatan Pusakanegara. Sedangkan kecamatan lainnya berada di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Luas wilayah Kecamatan Blanakan adalah 85,81 km 2 dan terdiri atas sembilan buah desa. Diantara desa-desa tersebut yang berada di bawah naungan Kecamatan Blanakan, terdapat tujuh desa yang merupakan wilayah pesisir, yaitu Desa Cilamaya Hilir, Desa Rawameneng, Desa Jayamukti, Desa Blanakan, Desa Langensari, Desa Muara, dan Desa Tanjung Tiga. Desa Blanakan merupakan salah satu desa pesisir yang berada di Kecamatan Blanakan. Secara geografis, Desa Blanakan terletak di 107 0 30 107 0 53 Bujur Timur dan 6 0 10 6 0 22 Lintang Selatan. Secara administrasi batas wilayah Desa Blanakan adalah: 1) Sebelah utara : Laut Jawa dan Kecamatan Blanakan 2) Sebelah selatan : Desa Ciasem Baru dan Kecamatan Ciasem 3) Sebelah timur : Desa Langensari dan Kecamatan Blanakan 4) Sebelah barat : Desa Jayamukti dan Kecamatan Blanakan Secara umum Desa Blanakan memiliki iklim tropis dengan curah hujan ratarata per tahun sekitar 2.800 mm dan rata-rata jumlah bulan hujan adalah 6 bulan dengan suhu rata-rata harian sebesar 32 0 C. Suhu tersebut mengalami peningkatan karena pada tahun-tahun sebelumnya sebesar 29 0 C. Kelembaban udara Desa Blanakan sekitar 32% RH. Secara orbitasi jarak dari Desa Blanakan ke ibu kota Kecamatan adalah 1 km dan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 46,3 km dan jarak ke ibu kota provinsi Bandung adalah 112 km. Letak Desa Blanakan yang berada pada posisi strategis ini memberikan keuntungan tersendiri terhadap kehidupan ekonomi di Desa Blanakan. Oleh karena itu, hal tersebut berdampak positif terhadap sektor

24 perikanan khususnya subsektor perikanan tangkap. Salah satu contoh keuntungan dari letak strategis Desa Blanakan untuk perikanan tangkap adalah kemudahan dalam memasarkan hasil tangkapan, baik itu hasil tangkapan segar maupun hasil tangkapan yang telah diolah. 4.2 Karakteristik Fisik Perairan, Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Subang Perairan pantai Subang terletak di pantai utara Jawa yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara. Morfologi dan topografi pantai Subang dicirikan oleh adanya bentuk pantai yang menjorok ke arah daratan berbentuk teluk, seperti di wilayah pantai Blanakan, maupun yang menjorok kea rah laut berbentuk tanjung, seperti di wilayah Legon Kulon. Beberapa sungai utama yang bermuara ke pantai Subang terdiri dari Sungai Cilamaya, Sungai Blanakan, Sungai Ciasem, Sungai Cileuleu yang membentuk 5 anak sungai, dan Sungai Cipunagara. Umumnya sungai-sungai tersebut dimanfaatkan oleh nelayan sebagai jalan keluar/masuk perahu untuk melakukan penangkapan ikan di perairan Pantai Subang maupun di perairan lain. Sungai Blanakan merupakan jalur yang paling ramai sebagai jalan keluar/masuk kapal penangkpan ikan dari dalam maupun luar Subang untuk mendaratkan hasil tangkapan di tempat pelelangan ikan (TPI) Blanakan. Umumnya sungai-sungai tersebut mengalami sedimentasi yang cukup tinggi yang tergambar dari tingkat kekeruhan yang relatif tinggi di sepanjang badan sungai dan muaranya. Beberapa sungai mengalami pendangkalan alami, seperti di muara sungai Blanakan sehingga perlu dilakukan pengerukan secara rutin untuk memelihara alur bagi lalu lintas perahu penangkapan ikan. Suhu dan salinitas di wilayah perairan pantai Subang berfluktuasi secara musiman yang dipengaruhi oleh dinamika perairan Laut Jawa. Secara umum fluktuasi suhu bulanan di Laut Jawa menunjukkan adanya dua puncak maksimum (sekitar 28,7 0 C) dan dua puncak minimum (sekitar 27,5 0 C). Puncak maksimum terjadi dalam periode musim peralihan (bulan Mei dan November), sedangkan puncak minimum terjadi pada bulan Agustus dan Februari (puncak musim Timur dan musim Barat). Rata-rata suhu bulanan bervariasi antara 27,5 0 C sampai 28,7

25 0 C. Rata-rata salinitas bulanan di perairan Laut Jawa berkisar antara 31,5 33,7. Salinitas maksimum pertama (33,7 ) dan kedua (33,3 ) terjadi pada bulan September dan November, sedangkan salinitas minimum pertama (31,8 ) dan kedua (31,3 ) terjadi masing-masing sekitar bulan Februari dan Mei. 4.3 Kependudukan Secara demografis Desa Blanakan merupakan desa yang cukup heterogen. Hal tersebut dapat diketahui dengan struktur kependudukannya yang cukup beragam. Menurut pendataan tahun 2009, penduduk Desa Blanakan berjumlah 11.399 orang dimana penduduk laki-laki berjumlah 5.862 orang dan penduduk perempuan berjumlah 5.537 orang. Jumlah penduduk Desa Blanakan mengalami peningkatan dari jumlah penduduk tahun lalu sebanyak 91 jiwa, dengan kata lain laju pertumbuhan penduduk Desa Blanakan tahun 2008-2009 sebesar 0,8%. Kepadatan penduduk di Desa Blanakan sebesar 12 orang/km dengan jumlah kepala keluarga sebangak 3.433 orang. Agama penduduk Desa Blanakan homogen yaitu agama Islam, sedangkan etnis penduduk setempat cukup heterogen yaitu Jawa, Sunda, Minang, dan Madura. Menurut pendataan penduduk Desa Blanakan tahun 2009, tingkat pendidikan penduduk di Desa Blanakan tergolong rendah. Tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan sebagian besar hanya tamat sekolah dasar (SD) yakni sebesar 19,7% sedangkan jumlah penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi sebesar 0,8%. Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan pendapatan dan pola pikir masyarakat setempat. Data mengenai jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1. Penduduk Desa Blanakan yang berjumlah 11.399 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.433 pada tahun 2009 dapat dibagi berdasarkan kesejahteraan keluarga. Sebagian besar penduduk Desa Blanakan tergolong keluarga prasejahtera. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan yang tergolong rendah sehingga memiliki pendapatan yang kurang. Persentase keluarga prasejahtera yang ada di Desa Blanakan sebesar 38,5% dari 3.433 kepala keluarga. Data mengenai penduduk Desa Balanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Tabel 2.

26 Tabel 1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Belum sekolah 635 5,6 Masih sekolah usia 7-18 tahun 1.439 12.6 Tidak pernah sekolah 1.500 13,2 SD (tidak tamat) 1.880 16,5 Tamat SD/sederajat 2.244 19,7 Tamat SMP/sederajat 1.725 15,1 Tamat SMA/sederajat 1.885 16,5 Tamat D-1/sederajat 37 0,3 Tamat D-2/sederajat 22 0,2 Tamat D-3/sederajat 17 0,2 Tamat S-1/sederajat 15 0,1 Jumlah 11.399 100 Sumber: Desa Blanakan, Kabupaten Subang, 2009 (Diolah kembali) Tabel 2 Data penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan tahun 2009 Tingkat Kesejahteraan Jumlah (orang) Persentase (%) Keluarga prasejahtera 1.321 38,5 Keluarga sejahtera 1 822 23,9 Keluarga sejahtera 2 769 22,4 Keluarga sejahtera 3 440 12,8 Keluarga sejahtera 3 plus 81 2,4 Jumlah total kepala keluarga 3.433 100 Sumber: Desa Blanakan, Kabupaten Subang, 2009 (Diolah kembali) Selain dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan, penduduk Desa Blanakan dapat dilihat juga berdasarkan mata pencaharian pokok. Hal ini juga memberikan pengaruh bagi keheterogenan penduduk Desa Blanakan. Sebagian besar penduduk Desa Blanakan bekerja sebagai petani, buruh tani, dan nelayan. Profesi tersebut didukung oleh keadaan geografis Desa Blanakan yang memungkinkan untuk bekerja di sektor tersebut, selain itu tidak perlu memiliki keahlian dan keterampilan khusus.

27 4.4 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPI Blanakan 4.4.1 Sarana dan prasarana penangkapan Pangkalan pendaratan ikan yang ada di kecamatan Blanakan sampai saat ini ada empat buah, yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya Girang di Desa Cilamaya Girang, PPP Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem, PPI Karya Baru di Desa Rawameneng. Dari keempat PPI yang ada di Kecamatan Blanakan, PPI Blanakan merupakan PPI yang paling ramai dikunjungi baik oleh kapal penangkap ikan, bakul, ataupun pelaku ekonomi lainnya. Hal itu dikarenakan PPI Blanakan memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap daripada PPI lainnya yang berada di Kecamatan Blanakan, keamanan terjamin karena tidak ada pungutan-pungutan liar dan pengelola PPI memberikan pelayanan yang baik kepada seluruh pelaku ekonomi di PPI Blanakan. Secara umum fasilitas pelabuhan yang terdapat di PPI Blanakan dapat digolongkan menjadi: 1) Fasilitas pokok, terdiri dari dermaga dan kolam pelabuhan; 2) Fasilitas fungsional, terdiri dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es, bengkel, galangan kapal, Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN), tempat pemasaran; dan 3) Fasilitas penunjang, terdiri dari MCK, kantin, pertokoan/pujasera, perumahan nelayan, tempat ibadah (mushala), tempat parkir, kantor syahbandar, kantor POL AIR, dan kantor pengelola TPI (KUD). Fasilitas-fasilitas di PPI tersebut tergolong dalam kondisi yang baik, kecuali bengkel yang pengoperasiannya kurang baik dan pertokoan yang pengelolaannya kurang baik sehingga tidak lagi ramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas dan aktivitas yang ada di PPI Blanakan dikelola oleh KUD Inti Mina Fajar Sidik yang merupakan KUD mandiri sejak tahun 1990 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi RI nomor: 344/KPTS/M/III/1990. Pada mulanya KUD ini bernama Koperasi Perikanan Laut Misaya Laksana yang didirikan pada tanggal 23 Mei 1966. Pada tahun 1978 KPL Misaya Laksana berganti nama menjadi Koperasi Unit Desa Mina Fajar Sidik dibawah instruksi Presiden RI nomor 2/1978, Badan Hukum Nomor 3928 B. Nama Fajar Sidik diambil dari nama almarhum H. Fajar Sidik sebagai penghargaan selama menjabat sebagai ketua pengurus koperasi yang pertama. Selain pengelolaan TPI, aktivitas

28 ekonomi yang dilakukan oleh KUD Inti Mina Fajar Sidik yaitu, unit usaha pabrik es, penyediaan perumahan 150 unit type 36/120 diatas area lahan 53.500 m 2, unit usaha simpan pinjam, penyediaan bahan dan alat perikanan, pertokoan dan pujasera, serta pengadaan BBM Solar melalui Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Selain aktivitas ekonomi, KUD ini pun melakukan aktivitas sosial. Sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan, KUD menyediakan tanah untuk Sekolah Dasar (SD). Dalam hal kerohanian, KUD juga mengorganisasi dan membina aktivitas keagamaan, sementara dalam hal kebudayaan KUD memelihara dan menyelenggarakan tradisi budaya setempat yaitu acara tahunan syukuran laut/ruwatan laut. Untuk kegiatan sosial, KUD memberi santunan kepada para jompo dan anak yatim serta khitanan massal, pembinaan kelompok nelayan dan kelompok wanita nelayan, pemberian beasiswa bagi putra-putri nelayan berprestasi (bekerjasama dengan BP Migas Indonesia). Gambar 1 Gedung KUD mandiri Mina Fajar Sidik. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Blanakan didirikan pada tahun 1970. TPI ini dikelola oleh KUD Inti Mina Fajar Sidik. Unit usaha ini merupakan unit usaha utama yang menjadi tulang punggung KUD Mandiri Mina Fajar Sidik didalam melaksanakan aktivitas ekonomi lainnya. Unit usaha TPI ini mengupayakan stabilitas dan peningkatan harga ikan melalui penambahan bakulbakul ikan (konsumen), prasarana dan sarana serta pelayanan yang baik. Pihakpihak yang berperan dalam pelelangan tersebut diantaranya adalah juru tawar, juru karcis, kasir dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD Inti Mina Fajar Sidik

29 mendapatkan pemasukan dari potongan atau retribusi pelelangan ikan berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KUD. Dalam pelaksanaan retribusi lelang saat ini TPI berpedoman kepada Perda Jawa Barat No.5 Tahun 2005, serta Hasil Keputusan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Gambar 2 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Blanakan. Berdasarkan PERDA tersebut, besarnya potongan atau retribusi biaya lelang adalah sebesar 5% dari raman kotor yang berasal dari nelayan sebesar 2% dan dari bakul/pembeli sebesar 3%. Potongan atau retribusi ongkos lelang berdasarkan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KUD Mandiri Mina Fajar Sidik tahun 2008 adalah sebesar 3% dari raman kotor dan simpanan sukarela anggota sebesar 2%, untuk perinciannya dapat dilihat pada Tabel 3. Kebutuhan solar untuk melaut di PPI Blanakan telah disediakan oleh unit Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) yang diresmikan pada tanggal 28 Februari 2003 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada saat itu dan mulai beroperasi pada tanggal 13 Maret 2003. Kapasitas solar yang disediakan oleh Unit SPDN ini adalah sebanyak 8.000 liter/hari dengan nilai Rp 12.000.000.000 pada tahun 2009.

30 Tabel 3 Persentase potongan pelelangan bagi nelayan maupun bakul di TPI Blanakan No. Jenis Potongan Lelang Persentase a. Potongan lelang berdasarkan PERDA No.5 Tahun 2005 1 Penerimaan pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten 1,60% atau kota 2 Biaya pembinaan atau pengawasan oleh pemerintah daerah 0,30% dan pemerintah kabupaten atau kota 3 Biaya pembangunan daerah perikanan 0,30% 4 Biaya operasional PUSKUD Mina 0,15% 5 Biaya operasional TPI 1,65% 6 Tabungan nelayan 0,35% 7 Asuransi nelayan 0,15% 8 Dana paceklik 0,25% 9 Dana sosial 0,10% 10 Dana keamanan 0,10% 11 Dana bantuan kas desa 0,05% Jumlah 5% b. Potongan lelang berdasarkan Rapat Anggota Tahunan (RAT) 2008 12 Dana kesejahteraan pengurus/karyawan 1,60% 13 Dana bantuan pembangunan desa 0,20% 14 Dana pembangunan wilayah kerja KUD 0,20% 15 Tabungan nelayan 0,50% 16 Dana lain-lain 0,50% Jumlah 3% Jumlah total potongan lelang 8% Sumber: KUD Mandiri Mina Fajar Sidik, 2009 (diolah kembali) Gambar 3 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Unit usaha pabrik es KUD Inti Mina Fajar Sidik dikelola oleh pihak swasta yaitu PT. TIRTA RATNA sejak tahun 2000. Hal ini dilakukan karena semakin berat beban biaya yang harus ditanggung oleh pabrik es serta kondisi teknis pabrik yang semakin menurun. Jangka waktu kontrak antara KUD Inti

31 Mina Fajar Sidik dengan PT. TIRTA RATNA adalah 12 tahun dengan nilai kontrak sebesar Rp 1.400.000.000 dengan cara pembayaran diangsur. Gambar 4 Gedung pabrik es PPI Blanakan. 4.4.2 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan Perkembangan volume produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan dari tahun 2002-2008 cukup fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari volume produksi yang mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003, volume produksi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 1,79% dan nilai produksi mengalami penurunan sebesar Rp 1.106.440.000. Pada tahun 2004 volume produksi mengalami peningkatan sebesar 0,88% dari tahun sebelumnya dan nilai produksi juga meningkat sebesar Rp 2.923.368.500. Tabel 4 Perkembangan volume produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002-2008 Tahun Volume % Volume % Nilai Nilai Produksi (Kg) Produksi (Rp) Produksi Produksi 2002 5.559.672 25.650.308.500 18,98 16,85 2003 5.035.876 24.543.868.500 17,19 16,12 2004 5.294.010 27.467.237.000 18,07 18,04 2005 3.917.940 21.273.731.000 13,37 13,98 2006 2.994.785 17.349.948.000 10,22 11,40 2007 3.124.200 17.282.733.000 10,66 11,35 2008 3.370.470 18.648.828.000 11,50 12,25 Total 29.296.953 152.216.654.000 Sumber: KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik (diolah kembali)

32 Tahun 2005 volume produksi mengalami penurunan yang cukup besar dibandingkan tahun 2003 yaitu sebesar 4.7% dan nilai produksi mengalami penurunan Rp 6.193.506.000. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005, jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di PPI Blanakan berkurang. Tahun 2006 volume produksi masih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan merupakan volume produksi terendah yaitu sebesar 2.994.785 kg, namun nilai produksi terendah dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 17.282.733.000. Pada tahun 2008 volume produksi di TPI Blanakan telah mengalami peningkatan sebesar 246.270 kg dengan volume produksi Rp 18.648.828.000. 4.4.3 Perkembangan alat tangkap di TPI Blanakan Pada tahun 2008 jumlah alat tangkap cantrang adalah 42 unit. Alat tangkap yang dominan di PPI Blanakan adalah jaring udang atau Trammel net sebanyak 97 unit. Tabel 5 Jumlah alat tangkap dan trip penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008 Unit alat tangkap Trip Penangkapan Jumlah Payang 3.636 105 Dogol/cantrang 702 50 Jaring arad 16.808 120 Jaring insang hanyut 585 30 Jaring insang klitik 36.210 180 Jaring insang tetap 31.082 160 Pancing 24.974 130 Perangkap lainnya/tegur 6.550 30 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008) Alat tangkap yang dominan di Kabupaten Subang adalah jaring insang klitik yaitu sebanyak 180 unit dengan trip penangkapan sebanyak 36.210 kali. Keberadaan cantrang di Kabupaten Subang hanya 50 unit. Jumlah alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan dari tahun 2004-2007 mengalami penurunan, namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebanyak 17 unit. Perkembangan jumlah cantrang yang beroperasi di PPI Blanakan

33 mengalami penurunan dalam kurun waktu 2004-2007, namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 3 unit (Tabel 6). Tabel 6 Perkembangan alat tangkap di PPI Blanakan No. Jenis alat tangkap Unit penangkapan 2004 2005 2006 2007 2008 1 Pukat Cincin/Purse seine 48 37 30 30 32 2 Cantrang/Seine net 62 48 39 39 42 3 Jaring Udang/Trammel net 145 112 91 90 97 4 Jaring Bondet/Beach seine net 15 12 10 10 11 5 Jaring Tegur 12 9 7 7 8 6 Pancing/Hook and Lines 49 38 31 30 32 7 Jaring Sotong 11 9 7 7 8 Total 342 265 215 213 230 Sumber: KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik 4.4.4 Daerah penangkapan ikan Penentuan daerah penangkapan ikan (Fishing Ground) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Daerah penangkapan ikan bagi kapal cantrang di PPI Blanakan adalah daerah Perairan Kalimantan, daerah Perairan Sumatera, dan Laut Jawa. Penentuan fishing ground cantrang oleh nelayan PPI Blanakan biasanya menggunakan GPS atau fishfinder, informasi melalui radio dan pengalaman.