BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMISME MASA DEPAN PADA PEREMPUAN ORANG TUA TUNGGAL

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dijalaninya. Dalam memenuhi kodratnya untuk menikah, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

KEBAHAGIAAN PADA SINGLE MOTHER. Disusun oleh: Ratih Permata Putri Fakultas Psikologi 2016 Pembimbing: Warda Lisa, M.Psi., Psi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, DISIPLIN KERJA DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. KHARISMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan merupakan sesuatu yang akan menjadi pengalaman individu masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara. Pada tahun 2003, di Australia terdapat 14% keluarga dari

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, semua perempuan tentunya ingin mempunyai keluarga yang bahagia. Suami yang perhatian, bertanggung jawab, kondisi ekonomi yang stabil serta anak-anak yang ceria, sehat, dan cerdas tentunya menjadi dambaan bagi setiap perempuan sebagai seorang istri dan ibu. Di dalam berkeluarga pada umumnya perempuan tidak mengharapkan menjadi seorang orangtua tunggal. Apalagi bila dalam keluarga sudah hadir seorang anak, peran ayah dan ibu sangat penting bagi bertumbuhan dan perkembangan anak. Karena figur seorang ayah diperlukan sebagai sosok pemimpin yang melindungi dan bertanggung jawab serta sosok seorang ibu yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan. Dan pada hakikatnya perempuan harus selalu dipimpin dan dibimbing oleh seorang laik-laki. Namun menjadi seorang orangtua tunggalbagi seorang perempuan bisa saja terjadi, hal ini karena perceraian atau suami meninggal dunia. Di Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar pada tahun 2011 angka perempuan orangtua tunggal mencapai 7 juta orang (Poskota News: Rabu, 16 Mei 2012). Seorang perempuan orangtua tunggalmenjalankan tugas sebagai seorang ibu sekaligus seorang ayah. Hal ini membuat seorang perempuanorangtua tunggalmempunyai peran tambahan sebagai seorang ayah, yang sebelumnya 1

2 mungkin belum pernah terpikirkan oleh seorang perempuan. Mencari nafkah dan menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pelindung bagi anak-anaknya, dan bersikap tegas untuk menjadi pemimpin dalam keluarga adalah peran seorang ayah yang harus dipikul oleh seorang perempuan orangtua tunggal. Perempuan orangtua tunggal juga harus menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang dan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya.hal ini akan menjadi masalah karena seorang perempuan orangtua tunggal harus menjalani dua peran sekaligus dengan menjadi tegas sebagai seorang ayah dalam serta menjadi lembut sebagai seorang ibu.hal ini lebih menyulitkan khususnya bagi seorang ibu (Hurlock, 2004). Seorang perempuan orangtua tunggaldituntut oleh keadaan menjadi orang yang tangguh. Banyak kasus seorang perempuanorangtua tunggal dapat berhasil mendidik anak-anaknya. Seperti ditulis oleh Pemimpin Redaksi LintasGayo.co, Khalisuddin(2015) menuliskan seorang Ine Shalily asal dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh adalah contoh perempuanorangtua tunggal yang sukses mendidik kedelapan anaknya menjadi sukses dan mandiri setelah ditinggal meninggal oleh suaminya (Lintas Gayo: Senin, 22 Juni 2015). Hal ini dimungkinkan karena tekad yang kuat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari seorang Ine Shalily sendiri. Menurut Handoko (2012) didalam melihat sesuatu kedepan memiliki ketidakpastian yang tinggi. Karenanya itu, individu harus mempunyai tekad yang kuat (optimis) dalam menyongsong dan mempersiapkan masa depan. Menurut Ames dkk. (2015) penting untuk meningkatkan harga diri dan optimisme untuk mencapai kesehatan mental yang optimal. Karena itu, sikap optimis juga penting dimiliki seorang perempuan orangtua tunggal.

3 Perempuan orangtua tunggal yang optimis maupun yang pesimis samasama akan menganggap saat melihat anak-anaknya bahagia tanpa kekurangan kebutuhan primernya bahwa hal ini adalah hal yang baik. Seorang perempuan orangtua tunggal yang optimis dengan perempuan orangtua tunggal yang pesimis akan terlihat perbedaannya ketika mereka melihat keberhasilan dan kegagalannya. Patton, Bartrum, dan Creed (2004) menyatakan optimisme dianggap sebagai suatu pertimbangan yang memiliki kecenderungan dapat mempengaruhi perasaan, sikap, cara berpikir dan perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Meskipun dengan segala konsekuensi yang harus dilakukan perempuan orangtua tunggal seperti bekerja, mengasuh anak-anaknya dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anak-anaknya. Berbeda dengan perempuan orangtua tunggal yang pesimis, menganggap bahwa peristiwa yang dialaminya yang menjadi seorang orangtua tunggal adalah hal yang buruk karena perempuan orangtua tunggal yang pesimis hanya terfokus pada kekhawatiran jika nanti dirinya tidak bisa memenuhi kebutuhannya dan anak-anaknya sendirian. Menurut Taylor dkk. (2010) kematangan sikap optimisme berhubungan secara signifikan dengan manajemen anak yang efektif. Oleh karena itu sikap optimis harus dimiliki setiap perempuan orangtua tunggal demi kebaikan anak-anaknya, dirinya, dan masyarakat. Fenomena yang terjadi di Kabupaten Sukoharjo, dimana terdapat perempuan orangtua tunggal yang berpisah dengan suaminya sebelum perempuan tersebut berumur 45 tahun karena suami meninggal dunia. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 3 orang perempuan orangtua tunggaldapat diketahui

4 bahwa dari ketiga informan tersebut semua merasa yakin dan semangat dalam menyongsong kehidupannya kedepan bersama anak-anaknya. Pertama wawancara dilakukan kepada informan RM, Ia berpisah dengan suaminya karena meninggal pada tahun 2010 dan pada saat itu umur RM 40 tahun. RM mempunyai 6 anak, pada saat berpisah dengan suami, anak kedua sedang menempuh pendidikan sarjana, anak ketiga dan keempat duduk di bangku SMA, sedangkan anak kelima dan keenam masih duduk dibangku TK. Suami RM meninggal karena sakit. RM adalah seorang wiraswasta. RM menyatakan pasrah dengan kehendak Allah Azza wa Jallaatas kepergian suaminya. Dan mengenai kehidupannya kedepan bersama anak-anaknya. RM menyatakan hal yang terjadi kepadanya adalah yang terbaik yang diberikan Allah Azza wa Jalla. Karena itu RM tidak merasa khawatir akan kehidupannya kedepan dan merasa yakin Allah Azza wa Jalla akan menolong dirinya untuk berhasil dalam mendidik dan mencukupi kebutuhannya dan anakanaknya. Informan yang kedua adalah NG, Ia berpisah dengan suaminya pada tahun 2010 dan pada saat itu NG berumur 43 tahun. NG mempunyai 3 anak, pada saat berpisah dengan suaminya, ketiga anaknya sedang menempuh pendidikan. Anak pertama NG duduk di bangku perkuliahan, sedangkan anak kedua dan ketiga sedang duduk di bangku kelas 1 dan kelas 5 di pondok pesantren. Suami NG meninggal karena sakit. NG menyatakan pada awal mula sedih namun akhirnya tersadar bahwa semua ketentuan yang terjadi padanya sudah merupakan takdir dan ujian dari Allah Azza wa Jalla. NG adalah seorang Guru di sebuah SMP di Kabupaten Sukoharjo. NG menyatakan merasa optimis dengan kehidupannya

5 kedepan bersama anak-anaknya karena NG yakin Allah Azza wa Jalla mengujinya sesuai kemampuannya. Informan yang ketiga adalah M, ia berpisah dengan suaminya karena meninggal pada tahun 2012 dan pada saat itu M berumur 44 tahun. M mempunyai 2 orang anak, dan pada saat berpisah dengan suaminya, anak pertama M sedang duduk di bangku SMP dan anak keduanya duduk di bangku SD. M adalah seorang wiraswasta. M menyatakan pada masa-masa setelah berpisah dengan suaminya, M tidak begitu mengkhawatirkan kehidupannya dan anak-anaknya kedepan karena dari sebelum suaminya meninggal, M sudah mempunyai usaha sendiri sehingga M tidak merasa khawatir dalam mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya. M juga menyatakan merasa yakin dengan pendidikan anak-anaknya karena rejekinya sudah ditentukan walaupun tidak ada suami disisinya. Dari wawancara singkat yang dilakukan terhadap 3 orang perempuan orangtua tunggal yang semuannya berdomisili di Kabupaten Sukoharjo, dapat diambil gambaran bahwa perempuan orangtua tunggal tersebut menyatakan merasa yakin akan kebaikan kehidupannya ke depan bersama anak-anaknya. Dari hasilpenelitian Aldita (2004) hanya orang yang optimis yang memandang masa depan dengan penuh semangat dan harapan, yang akan mampu meraih keberhasilan dan mengembangkan diri secara maksimal. Seperti diungkapkan Hermawan Kartajaya, perempuanorangtua tunggal selalu ingin merasa bahagia baik untuk dirinya maupun anak-anaknya, karena mereka mempunyai optimisme tinggi untuk membuat perubahan yang lebih baik dalam hidupnya (Kompas: Jum at, 1 April 2011).

6 Optimisme yang tinggi inilah yang membuat perempuanorangtua tunggal mempunyai tekad yang kuat untuk membuat perubahan yang lebih baik untuk masa depan dirinya dan anak-anaknya. Hal ini menjadi suatu yang tidak biasa karena menurut Amawidyawati dan Utami (2006) setelah mengalami suatu kesedihan dalam hal ini kematian suami, individu mengalami fase stress dan traumatic grief. Namun para perempuan orangtua tunggal tersebut merasa yakin dan optimis serta memilih bangkit dan tidak terlarut dalam kesedihan. Sedangkan menurut Kivimaki, Elovainio, Singh-Manoux, Vahtera, Helenius, & Pentti (2005) adanya peristiwa besar dalam hidup seseorang seperti kematian keluarga atau serangan penyakit parah pada keluarga, akan meningkatkan tingkat pesimisme dan akan menurunkan tingkat optimisme seseorang. Melihat dari bagaimana perempuan-perempuan orangtua tunggaltersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan rasa optimis akan kehidupannya kedepan. Serta sangat pentingnya peran orang tua khususnya ibu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, maka para ibu walaupun keadaannya sebagai seorang orangtua tunggal harus mempunyai rasa optimis terhadap masa depannya bersama anak-anaknya, sehingga nantinya dalam mendidik dan membimbing anakanaknya dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan generasi masa depan bangsa yang berkualitas. Dari uraian di atas peneliti menemukan masalah yang memiliki keunikan untuk dibahas pada apa saja yang dapat menumbuhkan sikap optimis dalam menyongsong masa depan pada seorang perempuan orangtua

7 tunggal. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Optimisme masa depan pada perempuan orangtua tunggal. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami optimisme masa depan pada perempuan orangtua tunggal. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmuan Psikologi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi rujukan bagi para ilmuan Psikologi dalam menangani kasus yang menyangkut orangtua tunggal. 2. Bagi perempuan orangtua tunggal, penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan bagi para perempuan orangtua tunggal agar dapat menumbuhkan sikap optimis dalam menjalani kehidupan kedepannya dengan memfokuskan diri pada faktor-faktor penumbuhnya. 3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan serta menjadi bahan kajian bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa psikologi khususnya. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang perempuan orangtua tunggaldi lingkungan mereka, sehingga masyarakat dapat ikut membantu dan memberikan dukungan untuk kebaikan bersama.

8 5. Bagi subyek, penelitian ini diharapkan dapat membantu para perempuan orangtua tunggal untuk menemukan potensi dalam dirinya sehingga dapat selalu optimis dalam menjalani kehidupannya.