I PENDAHULUAN. merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang penelitian,

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merr)merupakansalahsatubahannabati yang

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

Proses Pembuatan Madu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I. PENDAHULUAN. kembang gula merupakan produk sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd PEMANFAATAN LIMBAH BUAH MENJADI JELLY KERING

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis,

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman kelor merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah 0 sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Kelor dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan (Thomas, 2007). Kelor dikenal diseluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di Afrika dan Asia daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan (Masdiana et al., 2015). Berbagai bagian dari tanaman kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah dan bunga bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki anti tumor, anti hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti diabetik, anti bakteri dan anti jamur (Krisnadi, 2015). Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zinc, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin (Syarifah et al., 2015). 1

2 Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan metionin (Syarifah et al., 2015). Tabel 1. Kandungan nilai gizi daun kelor segar dan kering. Komponen gizi Daun segar Daun kering Kadar air (%) 75,0 7,50 Protein (gram) 6,7 27,1 Lemak (gram) 1,7 2,3 Karbohidrat (gram) 13,4 38,2 Serat (gram) 0,9 19,2 Kalsium (mg) 440,0 2003,0 Magnesium (mg) 24,0 368,0 Fosfor (mg) 70,0 204,0 Vitamin A (mg) 6,80 16,3 Vitamin B (mg) 0,21 2,6 Vitamin C (mg) 220,00 17,3 Sumber : Krisnadi (2015). Daun kelor mengandung fenol dalam jumlah yang banyak yang dikenal sebagai penangkal senyawa radikal bebas. Kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6% (Syarifah et al., 2015). Penelitian lain menyatakan bahwa daun kelor mengandung vitamin A, 10 kali lebih banyak dibanding wortel, vitamin B 50 kali lebih banyak dibanding sardines dan kacang, vitamin E 4 kali lebih banyak dibanding minyak jagung, beta karoten 4 kali lebih banyak dibanding wortel, zat besi 25 kali lebih banyak dibanding bayam, zinc 6 kali lebih banyak dibanding almond, kalium 15 kali lebih banyak dibanding pisang, kalsium 17 kali lebih banyak dibanding susu, dan protein 9 kali lebih banyak dibanding yoghurt. (Krisnadi, 2015).

3 Kandungan nilai gizi yang tinggi, khasiat dan manfaatnya menyebabkan kelor mendapat julukan sebagai Mother s Best Friend dan Miracle Tree karena kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, kelaparan, serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri pemanfaatan kelor masih belum banyak diketahui, umumnya hanya dikenal sebagai salah satu menu sayuran, oleh karena itu untuk meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman kelor, daun kelor diolah menjadi salah satu produk olahan yang digemari oleh konsumen yaitu permen jelly (soft candy). Berdasarkan SNI No. 3547.2-2008, soft candy atau kembang gula lunak adalah jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pemanis lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan (BTP) yang diijinkan, bertekstur relatif lunak atau menjadi lunak jika dikunyah. Permen lunak merupakan campuran kristal-kristal sukrosa, sirup glukosa, air, dan bahan pembentuk gel (gelling agent) yang dapat membentuk gel lunak dan meleleh pada saat dikunyah dimulut, serta ditambahkan bahan tambahan seperti flavour dan zat pewarna. Permen lunak mempunyai tekstur yang lunak, dapat digigit dan tidak lengket digigi sewaktu dikunyah (Alikonis, 1979). Pembuatan permen jelly membutuhkan penambahan komponen hidrokoloid untuk memperoleh tekstur yang baik. Komponen hidrokolid tersebut diantaranya agar-agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin dan glukosa. Komponen hidrokolid digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga menghasilkan produk yang kenyal (Shabrina, 2016).

4 Salah satu parameter mutu yang sangat berperan dalam menampilkan karakteristik permen kunyah adalah tekstur. Sensasi yang didapatkan saat mengkonsumsi permen kunyah pada dasarnya adalah perpaduan tekstur dan aroma. Dari tekstur bisa dirasakan sensasi kenyal, keras, empuk, alot, lengket, halus atau kasar berpasir. Selain itu permen lunak dapat dibuat dengan berbagai cita rasa dan aroma yang ditambahkan, bahkan ada pula yang menambahkan sensasi dingin, menyengat dan sebagainya. (Faridah et al, 2008). Permen jelly memerlukan bahan pelapis berupa campuran tapioka dengan tepung gula untuk membuat permen tidak melekat satu sama lain dan juga menambah rasa sehingga bertambah manis (Shabrina, 2016). Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa kopyor. Sukrosa dapat memperbaiki konsistensi dan membantu transfer panas selama pengeringan dan dapat memberikan perbaikan aroma bagi bahan yang diawetkan. Selain berpengaruh pada rasa, sukrosa juga berpengaruh pada penampakan dan tekstur dari pada makanan (Winarno, 1997). Penambahan gula dalam produk bukanlah untuk menghasilkan rasa manis saja meskipun sifat ini penting. Jadi gula bersifat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya juga memberikan kekentalan (Buckle et al., 1987). Konsentrasi sukrosa yang dibutuhkan untuk membentuk gel paling rendah sekitar 40% dan paling tinggi 70%. Hal ini disebabkan pada konsentrasi sukrosa yang lebih rendah dari 60% pembentukan gel kurang sempurna dan konsentrasi gula diatas 65% akan mengalami kristalisasi.

5 Adapun penyimpangan yang harus dihindari dari hasil dalam proses pembuatan soft candy diantaranya, karamelisasi dan reaksi maillard. Reaksi karamelisasi merupakan suatu proses pemecahan molekul sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, sedangkan reaksi maillard terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dan protein membentuk senyawa kompleks yang tidak berwarna dan larut dalam air. Kompleks gula-gula protein akan terurai menghasilkan berbagai senyawa kimia yang kompleks. Kemudian polimerisasi akan meningkatkan terbentuknya senyawa-senyawa komplek berwarna coklat (Winarno, 1997). Pengeringan merupakan suatu cara untuk menguapkan air yang ada dalam bahan pangan hingga kadar air keseimbangan atau setara dengan nilai aktifitas air (Aw) dengan menggunakan energi panas. Panas yang dibutuhkan untuk penguapan air yang ada dalam bahan pangan bersumber dari panas alami dan panas buatan. Panas alami yang berasal dari matahari dapat menimbulkan masalah yaitu pengontrolan yang sulit karena tidak adanya pengaturan suhu dan waktu, adanya kontaminasi dan cuaca yang tidak menentu sehingga pengeringan berlangsung lebih lama. Panas yang bersumber dari pengeringan buatan mempunyai keuntungan yang baik, dimana suhu pengeringan dapat diukur sehingga bahan pangan yang dikeringkan sesuai dengan yang diharapkan (Buckle et al., 1987). Salah satu alat pengering buatan yang sering digunakan adalah tunnel dryer. Tunnel dryer pada dasarnya merupakan satu kelompok pengering berupa rak yang dioperasikan dalam satu rangkaian. Alat pengering ini umumnya digunakan untuk mengeringkan buah-buahan dan sayuran (Desrosier, 1988).

6 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efek suhu pengeringan terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 2. Bagaimana efek konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara efek suhu pengeringan dan konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik permen jelly daun kelor. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memanfaatkan daun kelor yang kaya zat gizi agar bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana efek suhu pengeringan dan efek konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengenalkan daun kelor kepada masyarakat, untuk memanfaatkan daun kelor menjadi produk olahan yang digemari oleh konsumen, untuk meningkatkan nilai ekonomis dari daun kelor, dan untuk dapat mengetahui perlakuan proses pengolahan permen jelly daun kelor. 1.5. Kerangka Pemikiran Berdasarkan SNI 3547.2-2008 permen kembang gula lunak adalah jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan

7 pemanis lain, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan (BTP) yang diijinkan, bertekstur relatif lunak atau menjadi lunak jika dikunyah. Widawati (2010), menyatakan bahwa bahan yang digunakan dalam pembuatan permen jelly harus memenuhi syarat yaitu mengandung pektin, gula, asam, dan pengenyal. Menurut Margono (1997), permen jelly memiliki rasa dan aroma yang khas kembang gula, biasanya dibuat dari sari buah, sukrosa, pektin, asam, zat pengental atau pengenyal, tepung gula dan air. Menurut Tenri (2011), tekstur permen jelly dipengaruhi oleh banyak sedikitnya penambahan pektin dan gula. Semakin banyak konsentrasi pektin maka semakin kental larutan, sedangkan gula membantu pektin untuk membentuk gel yang mengental. Terdapat berbagai bahan pembentuk gel (gelling agent) yang dapat digunakan dalam pembuatan permen jelly seperti gelatin, agar-agar, pektin, dan karagenan (Shabrina, 2016). Menurut Adriyani (2012), pada penelitian soft candy jelly ekstrak bunga kecombrang menyatakan bahwa jenis penstabil pektin dan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) pada konsentrasi 10% berpengaruh terhadap warna, rasa, tekstur, tetapi tidak berpengaruh terhadap aroma. Menurut Wijana, (2014) pada pembuatan permen jelly nanas menyatakan bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada formulasi karagenan 3,5% dan gelatin 14%. Menurut Nurismanto, (2015) pada pembuatan permen jelly sari brokoli menyatakan bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada konsentrasi karagenan 4%

8 dan gelatin 13% dan menurut Suptijah, (2013) menyatakan bahwa formulasi permen jelly kulit ikan cucut terbaik terdapat pada permen jelly dengan formulasi karagenan 3,5% dan gelatin 1,75%. Wahyuni, (2012) telah melakukan penelitian pada pembuatan permen jelly kulit buah naga merah dengan bahan pembentuk gel yang digunakan adalah tepung karagenan dan tepung agar-agar dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil terbaik yang didapatkan adalah permen jelly kulit buah naga merah dengan menggunakan tepung karagenan sebanyak 6%. Perbedaan tekstur yang dihasilkan dari kedua bahan pembentuk gel tersebut yaitu tepung karagenan menghasilkan permen jelly yang lunak dan bersifat seperti karet, sedangkan tepung agar-agar menghasilkan tekstur permen jelly yang lunak tetapi rapuh sehingga kurang disukai. Akan tetapi, penggunaan tepung karagenan sebagai bahan pembentuk gel dalam pembuatan permen jelly kurang efektif apabila diaplikasikan pada masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena tepung karagenan kurang dikenal dan dalam pembeliannya harus dalam jumlah yang besar. Tepung karagenan lebih banyak digunakan sebagai bahan pengental dalam industri menengah ke atas seperti selai, sirup, saus dan lainnya (Angka, 2000). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipilih tepung agar-agar sebagai bahan untuk memperbaiki tekstur dari permen jelly daun kelor. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel dan lain-lain. Agar-agar digunakan pada industri makanan, yaitu untuk meningkatkan viskositas sup dan

9 saus, serta dalam pembuatan fruit jelly. Kekuatan gel agar-agar dapat diperkuat dengan keberadaan gula tetapi berkurang apabila dicampur dengan pati. Agar dapat dipergunakan bersamaan dengan gelatin, umumnya konsentrasi agar pada permen jelly antara 0,5-1,5% (Sudarmawan, 2011). Sifat yang paling menonjol dari agar-agar adalah memiliki daya gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu pembentukan gel), dan melting point (suhu mencairnya gel). Agar-agar dengan kemurnian tinggi tidak akan larut pada air bersuhu 25⁰C, tetapi larut di dalam air panas. Pada suhu 32-39⁰C, agar-agar akan berbentuk padatan yang tidak akan mencair lagi pada suhu di bawah 80⁰C (Askara, 2009). Menurut Shabrina, (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa permen jelly buah naga merah memiliki sifat sensorik terbaik dengan penambahan agaragar sebesar 2,0%, selain itu permen jelly buah naga merah dengan bahan pembentuk gel agar-agar tanpa penambahan bahan pengawet dapat bertahan selama lima hari. Pengeringan adalah suatu cara untuk menghilangkan sebagian air dari suatu bahan yang bertujuan untuk menghindari kebusukan oleh aktivitas mikroba. Beberapa keuntungan dari bahan yang dikeringkan adalah menjadi awet, volume bahan lebih kecil sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan demikian halnya berat bahan sehingga biaya pengangkutan lebih murah (Satuhu, 1994). Wijana (2014), menyatakan bahwa cara pengeringan terbaik dalam pembuatan permen jelly buah nanas dilakukan pada suhu 50-55⁰C selama 8 jam. Menurut Senjaya (2003), menyatakan bahwa rasa, penampakan dan tekstur

10 manisan paprika merah yang dikeringkan pada suhu 65⁰C selama 6 jam memberikan hasil yang terbaik. Menurut Orchidantari (1993), menyatakan bahwa salak bali kering yang diberi perlakuan pengeringan pada suhu 60⁰C selama 9 jam memberikan penampakan, tekstur dan rasa yang terbaik, dan menurut Permana (1998), menyatakan bahwa manisan belimbing wuluh yang dikeringkan pada suhu 50⁰C selama 12 jam memberikan kekerasan yang terbaik. Suhu pengeringan merupakan faktor yang sangat penting, apabila suhu yang digunakan terlalu rendah, pengeringan akan memakan waktu yang lama, sehingga dapat menurunkan mutu bahan yang dikeringkan serta memberi pengaruh bau yang tidak normal. Jika proses pengeringan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan terjadinya proses case hardening dan reaksi pencoklatan non-enzimatis (Desrosier, 1988). Pembuatan permen jelly meliputi pencampuran gula yang dimasak dengan penambahan bahan pembentuk gel. Gula yang biasa digunakan adalah gula sukrosa dengan penambahan gula glukosa atau fruktosa. Tekstur permen sangat tergantung pada kandungan sukrosa, dimana semakin tinggi kandungan sukrosa maka tekstur pada permen semakin keras. Menurut Enie, et al (1992), sukrosa memiliki peranan penting diantaranya sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk cita rasa, pengisi dan pelarut. Fungsi utama sukrosa sebagai pemanis memegang peranan penting karena dapat meningkatkan penerimaan dari suatu makanan, yaitu dapat menutupi cita rasa yang tidak menyenangkan dan juga dapat menyeimbangkan rasa asam, pahit, dan asin atau melalui reaksi kimia seperti karamelisasi.

11 Menurut Malik (2007), dalam Hasniarti (2012) mengatakan bahwa sukrosa akan membentuk flavor dan warrna pada saat pemanasan, sukrosa juga dapat memperbaiki aroma dan cita rasa dengan cara membentuk keseimbangan yang lebih baik antara keasaman, rasa pahit, dan rasa asin. Kekentalan dari sukrosa berbanding lurus dengan konsentrasi dan berbanding terbalik dengan suhu, semakin tinggi konsentrasi sukrosa dalam larutan, kekentalannya akan semakin meningkat, sedangkan semakin tinggu suhu, kekentalan semakin menurun. Dalam penelitian Hasniarti, (2012) mengatakan bahwa pembuatan permen buah Dengen dengan perbandingan sari buah 40% dan sukrosa 60% menghasilkan permen yang lebih disukai konsumen berdasarkan analisis kadar air 21,47%, total asam 0,60% dan gula reduksi 27,21%. Dalam penelitian Puspita (2015), mengatakan bahwa perlakuan terbaik pada pembuatan permen jelly salak Bangkok didapatkan dengan konsentrasi sukrosa 60%, konsentrasi agar agar 3%, dan kadar gula total 62,54%. Menurut Adriyani (2012), bahwa konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap kadar gula total, warna dan rasa soft candy jelly ekstrak bunga kecombrang. Formulasi dari soft candy jelly ekstrak bunga kecombrang yang terbaik dari keseluruhan respon adalah sukrosa 38% dan pektin 10% yang menghasilkan kadar air 23,52%, kadar gula 64,192% dan kadar vitamin C 13,087%. Menurut Fatimah (2014), konsentrasi sukrosa yang paling disukai oleh panelis pada produk permen jelly whey adalah konsentrasi sukrosa 45%, konsentrasi tersebut berpengaruh terhadap rasa dan kekenyalan tetapi tidak berpengaruh terhadap warna dan aroma.

12 Menurut Wijana (2014), pada pembuatan permen jelly buah nanas dengan penambahan 40% (sukrosa : fruktosa), memiliki rerata kadar gula total sebesar 84,69%, kadar abu 0,71%, kekerasan 45 g, kadar air 13,69% dan rata-rata kesukaan panelis 4,16 (agak menyukai). Menurut Basuki (2014), pada pembuatan permen jelly nanas dengan konsentrasi sukrosa 30% menghasilkan kadar air 10,64%, gula reduksi 11,25%, vitamin C 11,42%, dan nilai kesukaan panelis 4,33. Menurut Nurismato (2015), pada pembuatan permen jelly sari brokoli dengan penambahan sukrosa 45% menghasilkan kadar gula reduksi 0,665%, kekuatan gel 42,85%, dan kadar air 17,47% Menurut Nadriyanti (2000), jumlah sukrosa yang lebih banyak akan mengalami kekerasan (pengkristalan gula bagian luar) yang mengakibatkan peningkatan kekerasan pada permen jelly, apabila jumlah sukrosa yang ditambahkan terlalu banyak maka akan diperoleh produk yang tidak jernih dengan tekstur yang keras, kusam dan pecah-pecah. Kondisi optimum untuk pembentukan gel yaitu konsentrasi gula sekitar 60-65%. Konsentrasi pektin sekitar 0,17-1,5% dan biasanya pektin terdapat secara alami dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil dari degradasi protopektin selama pematangan, dan mungkin ditambahkan dalam bentuk padat atau cair untuk melengkapi buah-buahan yang kekurangan pektin. Konsentrasi asam pada pembentukan gel sekitar ph 3,2-3,4% (Buckle et al, 1987). Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi

13 tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan yang akan berkurang (Hidayat, 2007). Produk-produk pangan berkadar gula tinggi memiliki umur simpan yang lebih lama, tetapi cenderung rusak oleh mikroorganisme seperti khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah rusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) (Buckle et al, 1987) 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesa sebagai berikut : 1. Diduga efek suhu pengeringan berpengaruh terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 2. Diduga efek konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 3. Diduga terdapat interaksi antara efek suhu pengeringan dan efek konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik permen jelly daun kelor yang dihasilkan. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan selesai di Laboratorium Penelitian, Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung, dan Laboratorium Uji Jasa, Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjajaran Bandung.