TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN KUDA KUDA BAJA RINGAN DENGAN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V.18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

ANALISIS ELASTOPLASTIS PORTAL GABEL BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN STRAIN HARDENING

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Alternatif Rangka Atap..I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 95

Gambar 1.1 Keruntuhan rangka kuda-kuda kayu (suaramedianasional.blogspot.com, 2013)

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

ANALISIS PERBANDINGAN DESAIN BENTANG STRUKTUR, BIAYA DAN JADWAL PADA KOMPLEK PERGUDANGAN DI SIDOARJO. Hardi Antariksa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALOK ANAK KONSTRUKSI PROPPED PADA BANGUNAN TINGKAT DUA DENGAN VARIASI JARAK BALOK DAN PORTAL DARI SEGI TEKNIK DAN BIAYA

Analisis Balok Anak Konstruksi Propped pada Portal Tingkat Dua berdasarkan Variasi Jarak Balok dan Portal (Aspek Tehnis dan Biaya)

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

MATA KULIAH STRUKTUR BAJA I. Nandan Supriatna JURUSAN PEND. TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIAN

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk dapat memperoleh desain konstruksi baja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN. Pada konstruksi baja permasalahan stabilitas merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

EVALUASI GAYA DALAM DAN BIAYA KONSTRUKSI PADA RAFTER BAJA BERBENTUK PELANA DAN LENGKUNG PADA BANGUNAN GUDANG DI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil. yang mutlak harus dipenuhi seperti aspek ekonomi dan kemudahan

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi waktu pada proyek konstruksi. Selain memiliki kelebihan baja juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

ANALISA PERBANDINGAN ASPEK DESAIN STRUKTUR DAN BIAYA PADA KOMPLEKS PERGUDANGAN DI SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

BAB II STUDI PUSTAKA

penelitian dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagai daerah di Indonesia rawan terjadi bencana alam seperti gempa

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur

KAJIAN STRUKTUR KUBAH MASJID DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BEBAN DINAMIK GEMPA VERTIKAL PADA KEKUATAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN STARTRUSS BENTANG 6 METER TIPE-C INTISARI

STUDI LITERATUR PERANCANGAN DIMENSI RANGKA BATANG BAJA RINGAN BERDASARKAN ANALISIS LENDUTAN DAN KEKUATAN BAHAN

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

kuda bentang 6 meter dengan sudut kemiringan 30 yang menggunakan alat

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pembangunan di bidang-bidang lain, seperti gedung pusat olahraga

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN 5 ( LIMA ) LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTILITAS TINGKAT DUA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERENCANAAN DINDING GESER DENGAN METODE STRUT AND TIE MODEL RIDWAN H PAKPAHAN

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

Jurnal MITSU Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 3, No. 1, April ISSN :

PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan telah mempermudah manusia untuk melakukan pekerjaan

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU RANGKA BERPENGAKU SENTRIS DAN RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS DENGAN KONFIGURASI V-TERBALIK AKIBAT BEBAN LATERAL GEMPA

KOLOM PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGISI BETON RINGAN DENGAN BEBAN KONSENTRIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN BAJA PROFIL TUNGGAL WF DENGAN PROFIL TERSUSUN (BUILT-UP) KANAL PADA BANGUNAN GABLE FRAME Srikirana Meidiani*, Imelda Juita** *Dosen Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas IBA **Alumni Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Universitas PGRI Email :salehkirana@ymail.com ABSTRAK Gable Frame adalah struktur yang terdiri dari elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh joints (titik hubung). Pada umumnya bangunan Gable Frame lebih sering menggunakan profil baja tunggal WF, tetapi yang jadi masalah adalah berat sendiri baja tunggal cukup besar terutama untuk bentang yang panjang. Pemakaian profil baja tersusun (built-up) kanal yang memiliki berat lebih ringan namun memiliki kekakuan yang tinggi. Penelitian ini membandingkan 5 jenis mutu baja konvensional (Bj.37, Bj.41, Bj.44, Bj.50 dan Bj.52) pada struktur gable frameganda yang direncanakan dengan bentang 40 M dan tinggi kolom 7,5 M.Hasil penelitian menunjukkan jika ditinjau dari berat pemakaian baja profil tersusun (built-up) kanal lebih berat dibandingkan baja profil tunggal WF. Dimana dari profil tunggal WF pada mutu baja BJ 37 dan mutu baja BJ 41 beratnya adalah 17772,84 kg lebih ringan 11,96% dibanding dari profil tersusun kanal (Builtup). Pada mutu BJ 44 berat naik menjadi 18945,07 kg lebih ringan 14,42% dibanding dari profil tersusun kanal (Built-Up), pada mutu baja BJ 50 berat menjadi 18507,33 kg, lebih ringan 16,40% dibanding profil tersusun kanal (Built-Up) dan mutu BJ 52 berat menjadi 18351,53 kg lebih ringan 17,10% dibanding profil tersusun kanal (Built-Up).Ditinjau dari harga profil built-up kanal lebih ekonomis dibandingkan profil Wf. Pada mutu baja BJ 37 dan mutu BJ 41 mempunyai harga yang sama sebesar Rp. 196.352.379 lebih rendah dibandingkan dengan harga profil Wf. Pada mutu baja BJ 44, mutu baja 50, mutu baja 52 mempunyai harga yang sama sebesar Rp. 215.338.648 lebih rendah dibandingkan dengan harga profil Wf. Kata Kunci : Baja Konvensional, Profil tunggal WF, Profil tersusun Kanal, Mutu Baja, Gable Frame. 1. PENDAHULUAN Pada saat ini pembangunan suatu konstruksi dengan penggunaan baja konvensional menjadi salah satu pilihan yang populer. Keunggulan dari pemakaian baja konvensional diantaranya berkekuatan tinggi, keseragaman, elastisitas, permanen, daktilitas.dan baja konvensional mempunyai kekuatan struktur yang lebih kuat danfleksible dibandingkan struktur kayu dan beton.terutama untuk struktur gable frame pada umumnya direncanakan dengan menggunakan baja konvensional dan biasanya menggunakan profil WF. Namun yang menjadi permasalah utama pemakaian material baja konvensional adalah berat yang besar dan harga yang mahal terutama untuk bentang-bentang yang besar. Pemakaian baja profil tersusun yang memiliki kekakuan yang besar dengan harga yang relatif lebih murah mampu mengatasi hal ini, maka pemakaian baja konvesional berkekuatan tinggi seperti profil tunggal WF dapat disiasati dengan menggunakan profil tersusun (Built-Up) kanaldiharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya pembangunan.penelitian ini membandingkan biaya pemakaian material untuk struktur gable framedengan menggunakan profil baja tunggal Wide Flange (WF) dengan struktur gable framedengan menggunakan profil baja tersusun kanal. 94

2. LANDASAN TEO RI 2.1. Baja Konvesional Baja konvesional mempunyai kekuatan yang tinggi dan sama kuat pada kekuatan tarik maupun tekan, oleh karna itu baja konvesional elemen struktur yang memiliki batasan sempurna yang akan menahan beban jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur. Saat ini metode pengolahan baja konvesional yang murah dikembangkan dalam skala besar. Baja adalah bahan berkekuatan tinggi, terdiri dari Fe dan kabon. Baja berasal dari biji-biji besi yang telah melalui proses pengelolahan,dengan menggunakan proses dapur tinggi. Sifat baja adalah memiliki ketangguhan yang besar dan sebagian besar tergantung pada cara pengelolahan dan campurannya. Titik lelehnya sekitar 1460 0-1520 0 c, berat jenisnya sekitar 7,85. Baja yang digunakan untuk bangunan adalah baja yang berupa batangan. 2.1.1. Kelebihan dan Kekurangan baja konvesional Penggunaan baja konvesional pada bangunan sudah biasa dilakukan sejak lama, karena baja konvesional memiliki kelebihan antara lain : 1. Waktu pekerjaan lebih cepat. 2. Kekuatan lebih terjamin. 3. Tahan terhadap rayap. 4. Kuat terhadap patik. 5. Bentang bebas dapat sampai jarak yang jauh. 6. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen. 7. Pemeliharaan yang tidak terlalu sukar. Adapun kekurangan baja konvesional antara lain : 1. Biaya relatife mahal 2. Proses pabrikasi yang membutuhkan waktu yang lama. 3. Beban konstruksi lebih berat. 4. Rentan terhadap buckling. 5. Biaya perlindungan terhadap kebakaran. 6. Tidak mampu mencegah terjadinya pergeseran horizontal. 7. Kekuatan berkurang pada tempratur tinggi. 2.1.2. Kekuatan Baja Sifat penting pada baja adalah kekuatan tarik. Pada saat baja diberi beban maka baja akan cenderung mengalami deformasi atau perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan menimbulkan regangan, akibat regangan tersebut tegangan atau strees. Pada waktu terjadi regangan awal dimana baja belum sampai berubah bentuknya dan bila beban yang menyebabkan regangan tadi dilepas maka baja akan kembali kebentuk semula. Regangan ini disebut dengan regangan elastis karena sifat bahan masih elastis. 2.2. Tegangan Tegangan Baja 2.2.1. Tegangan Leleh Pada saat baja meleleh tegangan yang terjadi besarnya tetap, tetapi regangannya bertambah besar. Tegangan leleh sulit ditentukan besarnya karna adanya perubahan dari elastis menjadi leleh yang besarnya tidak betul betul tetap. Oleh karena itu sebagai patokan untuk menentukan besarnya tegangan leleh, maka di definisikan sebagai tegangan yang menyebabkan regangan sebesar 0,2 %. 2.2.2. Tegangan Dasar Tegangan dasar adalah tegangan leleh dibagi faktor keamanan diambil sebesar 1,5 jadi tegangan dasar dapat diperhitungkan sebagai berikut :, Tabel 2.1 Tegangan Leleh dan Tegangan Dasar berdasarkan PPBBI. 95

Tegangan Lille Tegangan dasar Macam Baja Kg / cm 2 Mpa Kg / cm 2 Mpa Bj 37 2400 240 1600 160 Bj 41 2500 250 1666 166,6 Bj 44 2800 280 1867 186,7 Bj 50 2900 290 1933 193,3 Bj 52 3600 360 2400 240 Sumber : Gunawan, 2000, Konstruksi baja 1 Delta Teknik Grup Jakarta 2.3 Struktur Gable Frame 2.3.1 Struktur Gable Frame Mengunakan Profil WF Gambar.2.1. Konstruksi Bangunan Yang Ditinjau 2.3.2 Profil WF dan Kanal Tersusun (a). Profil WF (b). Profil Kanal Tersusun Gambar 2.2. Detail Profil WF dan Profil Kanal Tersusun 96

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Model Sruktur Gable Frame Gambar 3.1 Struktur Gable Frame Analisa perhitungan berdasarkan data-data umum sebagai berikut : Bentang Bangunan : 2x20 meter Tinggi Kolom : 7,5 meter Panjang Bangunan : 500 meter Kemiringan Atap : 26,5 tan = CB/AB tan 26,5 0 = CB/10 CB (tinggi Kuda2) = tan 26,5 0 x10 = 4,98 m AB (1/2 bentang) = L/2 = 10 m AC = = 11,17 Tabel 3.1. Berat Total dan Harga Total Pemakaian Profil Tunggal WF dan Profil Tersusun (Built-Up) kanal Tegangan Berat Total (Kg) Harga Total Dasar WF BUILT-UP kanal WF BUILT-UP kanal Bj 37 17772,84 20186,32 Rp222.160.463 Rp196.352.379 BJ 41 17772,84 20186,32 Rp222.160.463 Rp196.352.379 Bj 44 18945,07 22138,24 Rp236.813.317 Bj 50 18507,33 22138,24 Rp231.341.681 BJ 52 18351,53 22138,24 Rp229.394.150 Pada Tabel 3.1 Terlihat bahwa berat profil Wf pada mutu baja BJ 37 dan mutu baja BJ 41 adalah 17772,84 kg dan harganya Rp. 222.160.463. Pada mutu BJ 44 berat naik menjadi 18945,07 kg dan harganya Rp. 236.813.317, Sedangkan pada mutu baja BJ 50 dan mutu BJ 52 berat turun masing-masing menjadi 18507,33 kg, 18351,53 kg dengan harga masing-masing menjadi Rp. 231.341.681, Rp 229.394.150. Sedangkan berat profil built-up kanal pada mutu baja BJ 37, mutu baja BJ 41 adalah 20186,32 kg dengan harga Rp. 196.352.379, pada mutu baja BJ 44 mutu baja BJ 50 dan mutu baja BJ 52 mempunyai berat yang sama yaitu 22138,24 kg dengan harga Rp 215.338.648. 97

19.200 19.000 18.800 18.600 18.400 18.200 18.000 17.800 17.600 17.400 17.200 17.000 18945,07 17772,84 18507,33 17772,84 18351,53 BJ37 1 BJ 241 BJ 344 ` BJ 450 BJ 552 wf Gambar 3.2 Grafik Berat Total Profil WF Pada gambar 3.3 terlihat bahwa pada profil WF dengan mutu baja BJ 37 dan BJ 41 menghasilkan berat konstruksi yang sama yaitu 17772,84 kg. Pada mutu baja BJ 44 berat konstruksi naik menjadi 18945,07 kg. Sedangkan pada mutu baja BJ 50 berat konstruksi turun menjadi 18507,33 kg. Begitupun pada mutu baja BJ 52 berat konstruksi juga turun menjadi 18351,53 kg. Dari hasil grafik memperlihatkan bahwa makin tinggi mutu baja yang digunakan maka semakin ringan juga konstruksinya. 22500 22000 21500 21000 20500 20000 19500 19000 22138,24 22138,24 20186,32 20186,32 22138,24 BJ37 1 BJ 241 BJ 3 44 BJ 4 50 BJ 5 52 built-up Gambar 3.3 Grafik Berat Total Profil Tersusun (Built-Up) Kanal Berdasarkan grafik 3.3 telihat bahwa profil Built-Up dengan mutu baja BJ 37 dan mutu baja BJ 41 menghasilkan berat konstruksi yang sama sebesar 20186,32 Kg. Pada mutu baja BJ 44, mutu baja Bj 50, dan mutu baja BJ 52 berat konstruksi mengalami kenaikan menjadi 22138,24 Kg. Dari hasil grafik memperlihatkan bahwa berat konstruksi hanya mengalami satu kali kenaikan yaitu pada mutu BJ 44. 98

30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 20186,32 22138,24 22138,24 22138,24 20186,32 17772,84 18945,07 18507,33 17772,84 18351,53 Wf Built-Up BJ37 1 BJ 241 BJ 3 44 BJ 450 BJ 552 Gambar 3.4 Grafik Berat Total Profil Tersusun (Built-Up) Kanal Berdasarkan grafik 3.4 memperlihatkan bahwa profil tersusun kanal (built-up) memiliki berat konstruksi yang lebih berat dibandingkan dengan profil WF (pabrikasi). Tabel 3.2 Prosentase Perbandingan Berat Profil No Mutu Baja Berat Jenis Baja Prosentase WF (kg) Built-Up (kg) Naik Turun 1 BJ 37 17772,84 20186,32 11,96% - 2 BJ 41 17772,84 20186,32 11,96% - 3 BJ 44 18945,07 22138,24 14,42% - 4 Bj 50 18507,33 22138,24 16,40% - 5 BJ 52 18351,53 22138,24 17,10% - Berdasarkan tabel 3.2 di atas terlihat berapa persen perbedaan antara berat profil baja WF (pabrikasi) dengan berat profil baja tersusun kanal (built-up). Pada mutu baja BJ 37 dan BJ 41 profil WF lebih ringan 11,96% dibandingkan dengan profil Built-Up. Pada mutu baja BJ 44 profil WF lebih ringan 14,42% dibandingkan dengan profil Built-Up, dan pada mutu baja BJ 50 profil WF lebih ringan 16,40% dibandingkan dengan profil Built-Up. Pada mutu baja BJ 52 profil WF lebih ringan 17,10% dibanding profil Built-Up. Rp240.000.000 Rp235.000.000 Rp230.000.000 Rp225.000.000 Rp220.000.000 Rp215.000.000 Rp210.000.000 Rp236.813.317 Rp222.160.463 Rp231.341.681 Rp222.160.463 BJ 137 BJ 241 BJ44 3 BJ 4 50 BJ 5 52 Rp229.394.150 Wf Gambar 3.5. Grafik Harga Total Profil WF Pada grafik 3.5 terlihat bahwa pada profil Wf dengan mutu baja BJ 37 dan BJ 41 menghasilkan harga konstruksi yang sama yaitu Rp.222.160.463. Pada mutu baja BJ 44 harga konstruksi naik menjadi Rp.236.813.317. Sedangkan pada mutu baja BJ 50 dan mutu BJ 52 harga konstruksi turun masing-masing menjadi Rp.231.341.681 dan Rp.229.394.150. Dari hasil 99

grafik memperlihatkan bahwa makin tinggi mutu baja yang digunakan maka semakin rendah juga harga konstruksinya. Rp220.000.000 Rp215.000.000 Rp210.000.000 Rp205.000.000 Rp200.000.000 Rp195.000.000 Rp190.000.000 Rp185.000.000 Rp196.352.379 Rp196.352.379 BJ 137 BJ 241 BJ44 3 BJ 4 50 5BJ 52 Built-Up Grafik 3.6 Harga Total Profil Tersusun (Built-Up) Kanal Berdasarkan grafik 3.6 telihat bahwa profil Built-Up dengan mutu baja BJ 37 dan mutu baja BJ 41 menghasilkan harga konstruksi yang sama sebesar Rp. 196.352.379. Pada mutu baja BJ 44, mutu baja Bj 50, dan mutu baja BJ 52 harga konstruksi mengalami kenaikan menjadi Rp. 215.338.648. Dari hasil grafik memperlihatkan bahwa harga konstruksi hanya mengalami satu kali kenaikan yaitu pada mutu BJ 44. Rp300.000.000 Rp250.000.000 Rp200.000.000 Rp150.000.000 Rp100.000.000 Rp50.000.000 Rp0 Rp236.813.317 Rp222.160.463 Rp222.160.463 Rp231.341.681 Rp229.394.150 Rp196.352.379 Rp196.352.379 Wf BJ37 1 BJ 241 BJ 44 3 BJ 504 BJ 52 5 Built-Up Gambar 3.7 Grafik Gabungan Berat Total Profil WF (pabrikasi) dan Profil Built-up Kanal Berdasarkan gambar 3.7 memperlihatkan bahwa profil tersusun kanal (built-up) memiliki harga konstruksi yang lebih rendah dibandingkan dengan profil WF (pabrikasi). Tabel 3.3 Prosentase Perbandingan Harga Profil Tegangan Harga Total Prosentase Dasar WF BUILT-UP kanal Naik Turun Bj 37 Rp222.160.463 Rp196.352.379-11,62% BJ 41 Rp222.160.463 Rp196.352.379-11,62% Bj 44 Rp236.813.317-9,07% Bj 50 Rp231.341.681-6,92% BJ 52 Rp229.394.150-6,13% 100

Berdasarkan tabel 3.3 di atas terlihat berapa persen perbedaan antara harga profil baja WF dengan berat profil baja tersusun kanal (built-up). Pada mutu baja BJ 37 dan BJ 41 profil Built- Up lebih ekonomis 11,62% dibandingkan dengan profil Wf. Pada mutu baja BJ 44 profil Built- Up lebih ekonomis 9,07% dibandingkan dengan profil Wf, dan pada mutu baja BJ 50 profil Built-Up lebih ekonomis 6,92% dibandingkan dengan profil WF. Pada mutu baja BJ 52 profil Built-Up lebih ekonomis 6,13% dibanding profil WF. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan : 1. Ditinjau dari berat pemakaian baja profil tersusun kanal lebih berat dibandingkan pemakaian profil tunggal WF. 2. Ditinjau dari harga pemakaian baja profil tersusun kanal lebih murah dibandingkan pemakaian profil tunggal WF. 4.2 Saran 1. Analisa optimalisasi ini bisa dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya dengan profil baja buit-up yang berbeda, sudut dan bentang yang bervariasi. 2. Analisa ini juga bisa dihitung dengan faktor kontrol terhadap tegangan putus. 3. Untuk kemudahan dan kecepatan perhitungan hendaknya perencanaan ini dibantu dengan software computer, seperti STAAD PRO, SAP 2000, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Bappeda, 2015, Standarisasi harga satuan upah,bahan bangunan dan gedung Gunawan, 2000, Konstruksi baja 1 Delta Teknik Grup Jakarta Gunawan, 2000, Konstruksi Baja II Delta Teknik Group JakartaJurusan Teknik Sipil 2014. Pedoman Penulisan skripsi Meidiani, Srikirana, 2014, Struktur Baja I Universitas PGRI Palembang Munzal, Muhamad 2013 Kajian Optimalisasi Bentang Struktur Rangka Atap Baja Ringan Profil c75.75., Skripsi Jurusan Tekniik Sipil Universitas PGRI Palembang. Sunggono. 1995. Buku Teknik Sipil, Nova Bandung 101